Like We Should And Say We're Good! (3)

Start from the beginning
                                    

Rick tertawa canggung lalu mundur perlahan. "Okey ... kau sebaiknya menjaga sikap sekarang sebelum aku menceritakan ini ke semua orang."

Sementara Lucy maju dengan tangan tergenggam erat pada kain lap. "Kau sebaiknya tutup mulut sekarang sebelum aku menceritakan ke Andy kalau kau masih—"

"Andy? Sungguh? Itu ancaman terbaikmu?"

Lucy memutar mata, dan berkata dengan pelan, "diam saja, okey? Kau tidak harus mencampuri semua urusanku."

"Aku memang tidak mau tahu, tapi bukannya sudah jelas? Kau tidak mau pulang denganku tadi siang alih-alih malah duduk di halte bersama si Topi Pink. Jadi ...." Semangat Rick kembali, dia langsung mengambil duduk di tempat Lucy membersihkan. "Kau pulang terlambat hari ini. Apa kalian ... berkencan?"

Gadis itu membuka mulut tak percaya dengan perilaku Rick saat ini, tetapi kemudian hanya menghela napas. Dia teringat dengan Alisha ketika pertama kali berkencan dengan Cyan, mereka tak pernah menceritakan hal tersebut, tetapi semuanya tetap terlihat jelas dari interaksi keduanya. Rick benar, cepat atau lambat, teman-temannya aku tahu soal hubungan ini.

"Tidak, kami tidak kemana-mana," kata Lucy setelah mengambil duduk.

Rick mengenal nada suara itu, adik tirinya sedikit kecewa. "Woah, woah. Ada apa ini? Apa kalian bertengkar. Tunggu ... sebenarnya sudah berapa lama kalian berpacaran?"

"Kau tidak harus tahu semua detailnya, tapi ... yah, kami bisa dibilang bertengkar. Atau sebenarnya tidak. Dia hanya ...." Lucy menaruh tangan pipinya dengan lemas "Menjadi Ken seperti biasa, yang menyembunyikan semuanya."

"Oh. Okey. Kukira kalian bertengkar. Maksudku ... kau saja melarangku tahu segalanya tentangmu, kenapa malah kau yang tidak terima kalau Ken juga tidak ingin bercerita?"

Lucy dan Rick memang punya hubungan yang unik. Mereka merasa harus bertengkar setiap saat, tetapi itu malah membuatnya menjadi tipikal hubungan saudara tiri seperti di cerita dongeng yang membosankan. Mereka memang sesekali berdebat, dan biasanya Rick selalu benar untuk beberapa hal.

Kali ini Rick benar.

"Aku tahu itu, tapi ... aku ingin dia tidak menyimpan ini sendirian. Memang sekarang aku tahu kenapa dia pindah sekolah, kenapa dia bersikap aneh di hari-hari pertama, dan keluarganya, lalu anak laki-laki yang pernah dia ajak berkelahi, tetapi ... aku ingin dia tahu kalau aku akan selalu membantunya."

Bayangan wajah Ken merasuk kepala Lucy. Rambut lebat yang kini dipotong pendek meski selalu tertutup topi, mata hitam legamnya yang selalu berbinar, senyum kecil Ken yang seolah-olah berkata 'hei, aku baik-baik saja' dan padahal tidak. Dia adalah laki-laki yang kuat.

Khayalannya pecah setelah Rick bersiul. "Kau keren, Sis. Aku akan mendukung hubungan kalian, sepenuhnya. Jadi ... aku juga butuh bantuanmu sekarang."

Sepertinya cowok itu tidak terlalu peduli, dan Lucy kembali kesal setelah bercerita panjang lebar, tetapi dia coba menahan amarahnya. "Apa?"

"Kulihat kau cukup baik membuat hubungan dengan murid baru. Maksudku Ken, aku bertaruh ada banyak yang ingin mengajaknya kencan."

"Sebenarnya kau mau apa ...?" Lucy menghela napas kasar.

Sekali lagi Rick berdehem. "Menurutmu ... apa para gadis menyukai laki-laki dengan rambut botak? Atau aku juga harus memakai topi mulai dari sekarang."

Awalnya Lucy hanya menyeringai, hingga dia menyembur tawa karena tak tahan. Langsung saja Rick cemberut. "Apa kau menghinaku?"

"Oh, astaga. Apa ini soal murid baru itu? Naegi?"

"Y–Ya. Ini dia." Pipi Rick perlahan-lahan memerah. "Punya tips untukku? Maksudku? Apa yang harus kutanyakan padanya? Bagaimana kau bisa berhasil dengan Ken?"

You Just Met The Wrong PersonWhere stories live. Discover now