Chapter 1

13 2 0
                                    


Pagi itu pukul lima, waktunya untuk para warga di kota itu bangun dan bersiap untuk bekerja dan sekolah. Pintu-pintu dan jendela dibuka. Para pedagang menyiapkan lapaknya. Disetiap rumah para ibu meneriaki anak-anaknya untuk bangun dan membantunya membersihkan rumah. Menyapu, mengepel, mencuci piring, memasak, merapikan tempat tidur. Kesunyian pagi terpecah oleh kegiatan para warga di kota itu. Untuk zaman yang sudah maju seperti sekarang, kota itu tetap mempertahankan suasana seperti tahun 80'an. Namun, meski kota ini terlihat seperti kota yang 'ketinggalan zaman', nyatanya kota ini adalah kota dengan teknologi terdepan di Negara itu.

Yang masih menjadi misteri adalah pemimpin kota itu. Hanya presiden dan beberapa warga kota itu yang tahu siapa pemimpin kota kecil ini. Namanya tak pernah diketahui. Kebanyakan warga berfikir bahwa pemimpin mereka adalah seorang pria yang sangat bijak disana. Namanya adalah William Budi. Ia terkenal dengan kelulusannya dengan nilai tertinggi disalah satu sekolah peringkat tinggi saat usianya masih muda.

"Selamat pagi, Pak Budi!." Sapa warga setiap berpapasan dengannya. Pak Budi balas menyapa dan tersenyum. Ia sedang sibuk menyirami tanaman di taman kecil depan rumahnya. "Pak Budi, rumah disebelah rumah Bapak ada yang nempatin gak ya?. Kok kayaknya selalu kosong." Tanya Bu Mary. "Kalau gak ada yang nempatin saya mau beli. Buat anak saya yang dua bulan lagi menikah."

Pak Budi mematikan keran airnya. "Rumah ini ada yang nempatin Bu. Cuma saya gak tau nih siapa yang nempatin." Ia menjawab. "Kalau mau beli rumah, menurut saya di perumahan depan Bu. Kakak saya beberapa hari lalu pindah kesana, katanya tempatnya bagus."

"Owalah.... Gitu,ya?. Yaudah nanti saya coba liat,deh." Bu Mary tersenyum. "Ngomong-ngomong, Pak Budi tau darimana ada orang yang nempatin?. Kan, Pak Budi gak tau siapa orangnya."

"Feeling aja sih,Bu sebenarnya." Pak Budi nyengir.

Bu Mary tertawa. "Ada-ada aja Pak Budi ini. Yasudah, saya mau ke pasar dulu. Permisi, Pak." Lantas Bu Mary pergi meninggalkan rumah Pak Budi.

Ada satu lagi misteri di kota ini. Yaitu rumah sederhana disebelah rumah Pak Budi. Rumah ini selalu terlihat seperti tak berpenghuni. Namun setiap hari lampu rumah itu menyala dimalam harinya. Juga sering terdengar aktivitas seperti di rumah-rumah lainnya. Namun tak ada orang yang pernah melihat seorangpun keluar dari rumah itu. Dan beberapa hari ini, keberadaan rumah yang terlihat mati ini membuat warga tak nyaman. "Sepertinya mala mini aku harus memeriksa siapa yang tinggal disini." Gumam Pak Budi. Latas ia melanjutkan aktivitasnya menyirami tanaman kesayangannya yang berwarna-warni. Lingkungan di kota ini memang masih banyak terdapat tumbuhan-tumbuhan obat-obatan dan tumbuhan-tumbuhan yang jika dijual akan sangat mahal diluar kota mereka.

Cklek!.

Pintu rumah yang terlihat kosong itu terbuka. Membuat Pak Budi terkejut. Seorang anak perempuan dengan rambut panjang keluar dari rumah itu. Memakai seragam SMP dan membawa tas. Pak Budi terus menatap anak itu. Sampai ia bergidik karena tiba-tiba anak itu menoleh kearahnya. Rambut anak itu sedikit menutupi wajahnya. Poninya juga nyaris menutup sebelah matanya. Setelah beberapa detik saling tatap, anak itu segera mengangkat wajahnya. Wajahnya jadi terlihat jelas. Lantas ia segera berlari. Pergi ke sekolahnya. Pak Budi yang sebelumnya merinding langsung terdiam saat melihat wajah anak itu setelah ia mengangkat wajahnya.

"Anak itu yang tinggal di rumah ini?." Pak Budi menatap anak perempuan tadi dan rumah disebelahnya bergantian. "Apa dia tinggal sendiri?." Gumamnya. Ia melamun untuk beberapa saat yang kemudian terpecah oleh suara anaknya yang keluar dari rumah, hendak berangkat sekolah. "Ayah?. Kok melamun?." Ucap anaknya sambil memakai sepatu.

Pak Budi langsung menoleh dan nyengir. "Gak... lagi kepikiran sesuatu. Kamu mau berangkat?." Ia meletakkan potter di atas meja. "PR semua udah dikerjain,kan?." Anaknya mencium tangannya. "Udah,kok. Aku berangkat, ya!." Anaknya menjawab dan segera berjalan meninggalkan rumah. "Hati-hati dijalan!." Ucap Pak Budi sambil melambaikan tangan.

[untitled]Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum