2

8 2 0
                                    

Hari ini Brian mengajak Rara untuk berkeliling kota. Cuaca cerah, sehingga memang pantas untuk berkeliling kota.

Hari ini, Rara mengenakan kaus polos putih dengan cardigan tipis berwarna kuning. Dipadukan dengan rok hitam selutut. Sedangkan Brian, menggunakan celana pendek selutut berwarna khaki dengan atasa berwarna putih polkadot berkerah.

"Capek?" tanya Brian.

"Tidak ko. Menyenangkan. Kapan lagi aku bisa seperti ini," ucap Rara.

"Bagus," jawab Brian.

Rara dan Brian berjalan kaki menelusuri jalanan bertangga. Mereka ingin mengunjungi Namsam Tower. Namsan Tower terletak di atas sebuah bukit, sehingga mereka perlu untuk menaiki tangga.

"Uuuu, senang sekali!" ucap Rara. Rara berteriak gembira. Ia berteriak, sampai-sampai ia tidak sadar bahwa ada seorang pria di hadapannya. Ia tidak sengaja menabrak pria itu.

"Oops! I'm sorry," ucap Rara sambil membungkukan tubuhnya di hadapan pria itu.

"It's okay. Sepertinya aku yang tidak sengaja menabrak kamu," pria itu membalas dalam bahasa korea, sehingga Rara tidak paham.

"Maafkan adikku. Dia teledor. Kamu tidak apa-apa?" tanya Brian dalam bahasa korea.

"Apa? Adik?" pikir Rara dalam hatinya.

"Gwaenchanha. Jeongmal mianhae," ucap pria itu.

Pria itu pergi meninggalkan Rara dan Brian. Namun, ada sebuah lipatan kertas yang terjatuh dari dalam selipan buku yang tadi digenggam oleh pria itu. Rara mengambilnya dari atas tangga, hendak mengembalikan kertas itu. Namun, pria itu sudah berjalan jauh sekali. Akhirnya, Rara memasukan kertas itu ke dalam tasnya.

"Lain kali, hati-hati kalau lagi jalan! Liat ke depan, jangan ke samping," ucap Brian.

"Iya ko. Omong-omong, tadi koko ngomong apa sih?" tanya Rara.

"Koko bilang, kamu nakal. Tidak bisa liat jalan dengan benar. Harus dihukum. Hahahahaha...." Brian tertawa sangat puas ketika ia berhasil untuk membohingi Rara.

"Huh, koko lagi bohongin aku ya? Tadi aku dengar kalau koko bicara dongsaeng, mianhae, gwaenchanha. Sepengetahuan aku, dongsaeng itu adik. Mianhae itu maaf. Gwaenchanha itu baik-baik saja. Dimana permintaan untuk menghukum aku? Oiya, kenapa sih koko suka boongin aku? Kenapa sih koko usil? Suka menertawai aku? Jangan-jangan..."

"Fokus kedepan! Mau berapa orang lagi lu tabrak?" balas Brian.

"Kita sudah hampir sampai nih," ucap Rara.

"Ya, sudah sampai. Bagus kan pemandangannya?" tanya Brian.

"Bagus kok. Aku mau pasang foto di instagramku ah," ucap Rara.

"Sini, gue fotoin pake kamera gue. Biar lebih bagus," ucap Brian.

"Gayanya gimana Ko?" tanya Rara.

"Lu maunya gimana? Gue cuma fotoin aja," ucap Brian.

"Foton candid boleh gak Ko?" tanya Rara.

"Ya boleh. Kan bebas. Coba lu menghadap ke bawah sana. Gue fotoin lu dari belakang badan lu. Kayaknya oke juga," ucap Brian.

Rara mengikuti saran dari Brian. Ia memandang ke arah bawah bukit. Setelah itu, Brian langsung memfoto Rara. Tidak hanya itu. Brian diam-diam memfoto Rara tanpa sepengetahuan Rara.

"Mau minum kopi?" tanya Brian.

"Hmm.. boleh Ko. Ada yang menjual kopi disini?" tanya Rara.

"Ada toko kecil di sebelah sana. Gue belikan ya," ucap Brian. Brian memebelikan segelas kopi untuk Rara. Mereka besandar pada pagar tempat orang-orang memasang gembok sambil menikmati segelas kopi hangat mereka.

"Ko, koko sering datang kesini ya?" tanya Rara.

"Tidak terlalu sering. Sesekali saja. Kalau gue sedang penat dengan kejaan saja. Kenapa?" tanya Brian.

"Koko datang kesini sama pacar koko ya?" tanya Rara. Rara bertanya tentang pacar Brian, namun Brian tidak menjawab sedikitpn tentang itu. Hal itu membuat Rara menjadi semakin penasaran.

"Rara, kala gue perhatiin, badan lu itu bagus. Seperti badan model. Sayangnya, lu kurang pede. Coba lu pede dikit gitu. Pasti banyak orang yang ngantri. Gue gak boong. SAtu lagi, kurang-kurangin kecerobohan lu. Itu aja," ucap Brian.

"Ah, masa Ko?" tanya Rara.

"Beneran. Gue nggak lagi boongin lu. Dah ah, gue capek. Lu nggak mau perccaya sama gue. Gue kecew sama lu Ra!" Brian berjalan meninggalkan Rara, Ia berjalan menuruni tangga. Rara yang mersa heran, langsung berjalan dengan cepat untuk mengejar Brian. Ia takut akan ditinggalkan sendirian, apalagi di negara orang.

"Koko, tungguin aku! Koko jangan ngambek dong," ucap Rara.

"Gue seneng bisa liat lu sebel begini. Hahahaha..." ucap Brian.

"Memangnya, aku ini anak kecil apa?" balas Rara.

"Buat gue, lu iu masih sama dengan Rara 20 tahun yang lalu. Waktu lu masih seneng berenang di dalem kolam balon itu," ucap Brian.

"Huh, kenapa aku masih kayak anak kecil?" desah Rara.

"Ra, gue kepingin make over lu. Udah lama gue kepingin make over lu. Kalau seandainya lu bisa dateng ke Korea, gue pingin make over lu. Gue rasa, hari ini cocok. Gue akan ajak lu untk ketemu temen gue. Dia adalah seorang stylist. Ayo!" ucap Brian. Brian memaksa Rara untuk mengikut keinginannya, yaitu make over Rara.

***

Brian membawa Rara untuk pergi ke sebuah butik. Ia minta kepada Rara untuk memilih dua style pakaian yang menurut dirinya paling dia suka. Setelah itu, Brian membayar dua style pakaian itu.

Setelah mereka keluar dari dalam butik itu, Brian membawa Rara untuk pergi ke salon milik teman Brian. Ia memperkenalkan Rara kepada temannya.

"Hai Min Seo! Ini dia Rara, tetanggaku. Rara, kenalkan. Dia adalah Kim Min Seo, teman gue," ucap Brian.

"Annyeonghaseo unnie. Na..."

"Hai Rara. Kamu boleh berbicara dalam bahasa inggris. Aku bisa berbahasa inggris," ucap Min Seo.

"Halo, namaku Rara. Aku baru pertama kali datang ke Korea," ucap Rara.

"Oh, jadi ini gadis yang pernah kamu ceritain ke aku?" tanya Min Seo dalam bahasa korea.

"Ya, kamu benar! Ini dia. Aku pikir, dia mau mengunjungi aku ke Korea. Ternyata, dia tidak pernah datang. Padahal, selama tiga tahun aku disini, aku terus menunggu. Min Seo, kamu bisa kan bikin Rara jadi lebih cantik? Pokoknya, kamu buat dia jadi wanita yang paling cantik. Aku akan membayar biayanya," ucap Brian.

"Hari ini gratis. Aku berutang budi padamu," ucap Min Seo.

"Ah, itu kan sudah lama. Tidak apa, aku bayar kok," ucap Brian.

"Tidak perlu. Anggap saja aku sedang latihan. Rara, silahkan duduk. Kita akan mulai sekarang ya," ucap Min Seo.

"Iya," balas Rara. Rara duduk pada salah satu kursi kosong, lalu Min Seo mulai mengeluarkan semua peralatan yang ada pada salon miliknya. Sementara itu, Brian duduk di samping Rara. Ia membaca sebuah majalah yang ada di dalam salon, sekaligus ia memperhatikan Rara sesekali.

A CoincidenceWhere stories live. Discover now