***
"Rumah Dinda?" tanya Azzam bingung saat memarkirkan motornya di halaman rumah mewah itu.
Risa yang baru memarkirkan motornya tepat di samping Azzam hanya mengangguk atas pertanyaan Azzam barusan. Ia baru sadar, adanya Azzam di sini sangat bagus karena pria ini ikut andil dalam pengungkapan kasus sabotase ini.
"Aku udah chat Dinda tadi, katanya langsung masuk aja. Dia ada di dalam."
Sebenarnya Risa merasa tidak sopan juga main masuk rumah Dinda gitu aja. Akan tetapi, sahabatnya satu itu tetap bersikeras agar Risa masuk saja seperti rumah sendiri. Kalau tidak mau tidak usah masuk sekalian.
Setelah membuka pintu dan mengucap salam, Risa diauguhi pemandangan Dinda yang sedang terduduk di ruang tamu sambil makan kacang kulit. Tidak lupa dengan mata yang masih terfokus di depan layar laptop.
"Loh, kok ada Azzam?" tanya Dinda bingung saat melihat kedatangan Azzam bersama Risa.
"Disuruh mama nya jagain aku tadi," bisik Risa saat sudah terduduk di samping Dinda.
Dinda hanya mengangguk dan mempersilakan kedua temannya untuk duduk. Setelah itu, ia segera mematikan laptopnya tersebut. Ia yakin kedatangan Risa ke sini bukan sekadar mau main-main. Tapi, ada hal yang ingin dibicarakan.
"Jadi, ada apa?" tanya Dinda ti the point.
"Sebenernya kamu tahu kasus sabotase ini, kan? Bahkan udah tahu rencana ini? " tanya Risa ragu.
Dinda hanya menghela napas lelah, "ya gua tahu, gua juga yang rencanain semenjak tahu lu bakalan tes. Tapi, gua benar-benar udah nggak niat lanjutin rencana gila itu semenjak gua mutusin buat berubah. Tapi, sialnya orang gila itu yang lanjutin rencana gua!" geramnya dengan tangan terkepal.
Azzam yang memang langsung paham kemana arah pembicaraan kedua orang ini ikut mendengarkan. Ia sudah diceritakan Rio mengenai kejadian kemarin. Mengenai Dinda yang diduga teman-temanny sebagai dalangnya karena perencana kasus sabotase ini. Tapi, dia cuma dibingungkan mengenai siapa cowok dibalik kasus ini. Sebenarnya ada satu nama yang ia curigai, tapi cukup disimpan dulu. Ia masih mengumpulkan bukti-bukti yang kuat. Bukti yang kuat itu berada di Dinda sendiri yang ikut andil dalam perencanaan kasus ini, walau katanya tidak ikut andil saat eksekusi rencananya.
"Pasti kamu tahu alasan dia lakuin hal itu?" tanya Risa.
"Dulu dia mau setuju rencana gua gara-gara gua kasih uang yang banyak," ujar Dinda.
"Rumah dia sebagus itu, masih butuh uang banyak?" heran Risa.
Dinda hanya mengangkat bahu cuek, "ya gua hanya tahu itu. Tapi kalau dipikir-pikir sekarang, nggak masuk akal juga ya gara-gara uang." Dinda jadi ikutan bingung. Bahwasannya cowok itu lebih kaya darinya.
"Ris, anti udah tahu dalangnya?"
Risa mengangguk pertanda sudah mengetahui siapa dalangnya. Seiring dengan itu, ia menunjukkan isi pesan yang dikirimkan orang tersebut kepadanya.
"Lah jadi dia Rencanain ini cuma gara-gara ditolak pas SMP?!!" tanya Dinda tak percaya.
"Gua rasa, Din. Ada alasan lain, soalnya dia pernah kirim pesan gini ke gua."
Azzam segera menunjukkan pesan yang dikirim orang itu beberapa hari yang lalu.
0831********
See, ini semua balasan karena si cewek alim itu udah jatuhin harga diri gua. Semua itu nggak jauh dari keberadaan lu juga.
Setelah membaca pesan itu tiba-tiba saja otak Dinda jalan. Mungkin dia marah bukan karena ditolak, tapi tahu kalau Risa dan Azzam saling suka. Soalnya Dinda pernah bilang ke orang itu kalau mereka saling suka. Makanya nyalahin keberadaan Azzam juga. Senyum Dinda tersungging tiba-tiba, ternyata hidup cowok itu terlihat lebih menyedihkan darinya.
"Kok dia bawa-bawa Azzam?" tanya Risa bingung.
"Iyalah orang dia tahu kalau kalian saling––"
"Saling bantu satu sama lain, Ris. Makanya nyalahin ana juga."
Dinda hanya bisa mendegus karena ucapannya dipotong. Mau sampai kapan coba suka kucing-kucing kek gini. Dia saja capek lihatnya.
"Kayaknya kita perlu mainin dia balik," ujar Azzam.
"Mainin balik?" tanya Dinda bingung.
"Rio cerita sama gua kemarin. Katanya Dinda harus lakuin bagian terakhir. Emang bagian apa?" tanya Azzam.
Dinda seketika tersenyum lebar. "Gua tahu harus apa."
"Harus apa?" tanya Risa bingung.
"Liat aja, kita bikin dia yang masuk ke dalam perangkap kita. Gua cuma minta kalian berdua yakinin si Rio kunyuk dan yang lain supaya nggak tuduh gua mulu. Bisa?"
"Aman," ujar Azzam mengacungkan jempolnya, "yang penting Risa udah tes lagi dan besok hasilnya, kan?"
"Iya, Zam," ujar Risa, "emang mau rencana apa?"
"Gua tahu harus apa, lu tenang aja. Rencana dia itu nggak berarti apa-apa tanpa gua." Dinda tersenyum licik.
Bogor, 08 Maret 2021
***
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabrakatuh.
Part ini lumayan panjang bagiku. Enggak ada yang mabok bacanya, kan?
Hayo, ada yang bisa tebak. Di sini ada satu clue sangat jelas yang menunjuk ke dalang kasus ini. Kalau kalian peka dan ingat-ingat kasus sebelumnya, pasti tahu deh dalangnya siapa? 😂😂😂😂😂
YOU ARE READING
Past and Future
SpiritualAdrisa Resyafa atau kalian bisa saja memanggilnya Risa. Hanya seorang gadis dengan tubuh kecil untuk ukuran anak SMA, kulit kuning langsat dan mata yang sipit. Di masa putih abu-abunya, gadis tersebut mengalami berbagai macam hal. Dimulai dengan per...
Part 72
Start from the beginning
