Tubuh kecil itu memundurkan langkahnya dengan kaki yang bergetar. Napasnya dihembuskan dengan perlahan. Makhluk aneh di hadapannya masih terdiam membuat kaki kecilnya kembali mundur ke belakang kemudian membalik badannnya dan berlari secepat mungkin, yang segera diikuti makhluk aneh itu. Miku berteriak kencang, pipinya telah dipenuhi air mata. Cahaya di ujung lorong terlihat jelas di hadapannya namun langkah kakinya tak kunjung membuat ia sampai sementara makhluk aneh di belakangnya semakin cepat mengejar.
Miku mempercepat laju kakinya namun ia tersandung kencang akibat kakinya sendiri sehingga timbul luka lecet di lututnya. Namun, ia tak sempat memedulikan itu. Miku kembali bangkit dan berlari, bibirnya meringis kesakitan akibat luka. Selain itu, laju kakinya juga ikut melambat. Miku kembali tersandung dan ketika ia menoleh ke belakang, mulut bergigi tajam itu terpampang lebar di hadapannya hingga ia yakin tubuh kecilnya itu lebih dari cukup untuk masuk ke dalam.
Miku berteriak parau, ia menutup mukanya dengan lengan. Matanya terpejam rapat, pasrah dengan segala keadaan.
"Jangan bergerak!".
Secara ajaib, tubuh makhluk aneh itu berhenti. Tubuh Miku ditarik oleh seseorang dan dipeluk seerat mungkin hingga muka Miku menempel di dada orang tersebut. Seorang gadis berambut hijau dengan kacamata di wajahnya mengayunkan katananya hingga tubuh makhluk aneh itu terbelah dua dan cairan ungu memuncrat kemana-mana.
Napas Miku terengah. Ia mencengkram baju orang yang memeluknya kemudian mendongakkan kepala dengan mata berkaca-kaca.
"Inumaki-niisan..".
Inumaki menundukkan kepalanya. Tangannya mendekap Miku lebih erat, mulutnya didekatkan ke telinga Miku kemudian ia berbisik pelan.
"Tidurlah".
Kelopak mata Miku memberat, wajah Inumaki terlihat memburam di matanya kemudian matanya tertutup pelan dan tertidur pulas.
"Dia baik-baik saja?" tanya Maki setelah membersihkan katananya dari cairan ungu. "Hanya ada luka lecet di lututnya. Selain itu, sepertinya ia shock" jawab panda dari belakang Inumaki. Maki melangkahkan kakinya lebih dalam ke lorong kemudian terhenti ketika melihat 2 tubuh anak kecil telah kehilangan setengah badan bawahnya. Genangan darah terlihat di sekeliling tubuh itu, bau anyir terasa begitu pekat di hidung Maki. Maki memejamkan mata kemudian menghela napas pelan, "Panda, panggil Ijichi-san sekarang. Ada 2 tubuh yang harus diidentifikasi dan satu orang yang dirawat".
~*~
Gojou menggigit bibirnya, tangannya terkepal erat. Tanpa membuka penutup matanya, Gojou tahu seberapa pucat wajah putrinya yang sedang tertidur pulas di atas kasur. "Miku baik-baik saja. Sebentar lagi ia akan bangun" ucap Shoko yang memasuki ruang rawat. Ia mendekati Gojou yang terdiam membeku. "Bagaimana tubuh 2 anak itu?" tanya Gojou pelan. "Mereka tewas seketika saat dimakan. Untuk saat ini belum ada keterangan pasti mengapa kutukan itu meninggalkan setengah dari tubuh mereka. Kemungkinan untuk menakuti?".
"Atau mengancam" lanjut Gojou. Tangannya terkepal semakin erat. "Kau pasti tahu para petinggi Gojou tidak menyukai Miku. Mungkin saja penyerangan ini disengaja" jelasnya. "Kau mencurigai para petinggi?" tanya Shoko, ia menatap Gojou dengan tatapan penuh selidik. "Aku selalu mencurigai mereka" jawab Gojou pelan. Ruang rawat itu hening setelah jawaban Gojou. Shoko menghela napas pelan, ia menatap Miku lamat-lamat.
"Untuk kali ini fisiknya tidak terluka parah. Tapi entah untuk nanti" Shoko melirik Gojou, "Apa yang akan kau lakukan?". Gojou tidak menjawab, ia mengusap pelan pipi Miku yang pucat. "Tentu saja mencari dalangnya. Tapi Shoko, untuk kali ini bukan fisiknya yang aku khawatirkan" Shoko menaikkan alis, ia memerhatikan gerakan tangan Gojou yang berhenti mengelus pipi Miku. "Aku mengkhawatirkan kondisi psikisnya" lanjut Gojou. Ia mendongakkan kepala, "Melihat kedua temannya tewas di hadapannya dengan keadaan yang mengenaskan ditambah melihat kutukan untuk pertama kalinya, kemungkinan mempengaruhi kondisi psikisnya. Aku harap, ia baik-baik saja saat terbangun nanti".
Gojou beranjak keluar dari ruangan namun langkahnya terhenti di bingkai pintu ketika Shoko membuka suaranya.
"Kutukan yang menyerangnya adalah kutukan tingkat dua. Jangan lupakan itu".
Gojou tidak menjawab, ia kembali melangkahkan kakinya keluar ruang rawat. Kakinya yang melangkah di koridor menggema akibat keheningan yang melanda gedung sekolah. Bibirnya terkatup rapat, wajahnya terlihat dingin. Kakinya baru berhenti melangkah ketika ia sampai di lapangan dan melihat ketiga anak didiknya sedang duduk termenung.
"Kerja yang bagus kawan-kawan" ketiga anak didiknya menoleh ke arah Gojou yang tersenyum tipis. "Ada yang kalian pikirkan?" tanya Gojou. "Bagaimana keadaannya?" tanya Maki, ia menatap Gojou datar. "Luka di lututnya sudah disembuhkan, sebentar lagi ia akan terbangun dari tidurnya" jawab Gojou. Maki menghela napas pelan, ia kembali menundukkan kepalanya. Gojou menatap ketiga anak didiknya yang kembali tidak bersuara, ia menatap langit malam yang mulai dipenuhi bintang gemintang.
"Jangan salahkan diri kalian. Dia kembali dengan selamat sudah cukup bagi kita" ucap Gojou lirih.
"Tapi tidak dengan duanya lagi" Maki menggeram, ia mengepalkan tangannya. "Seandainya kami bisa langsung masuk ke penghalang itu, kedua anak itu pasti akan—".
"Tunggu, penghalang?" Gojou mengalihkan kembali pandangannya, "Ada penghalang di gang itu?". Ketiga anak didiknya mengangguk serempak. "Penghalang itu sudah terpasang sejak kami datang, aku tidak yakin berapa lama waktunya tapi yang jelas itu menghambat kami untuk menyelamatkan Miku dan teman-temannya" jelas panda. Gojou mengerutkan alisnya tanda berpikir keras, tangan kanannya mengenggam dagu.
"Begitu ya? Ada penghalang hm?".
"Apakah itu berarti.. ada seseorang yang sengaja menaruh kutukan disitu kemudian memasang penghalang agar tidak ada shaman yang masuk?".
"Tidak, kita belum bisa mengambil kesimpulan seperti itu. Masih ada banyak hal yang mengganjal dan untuk kali ini kita tidak boleh bertindak gegabah" Gojou terdiam sebentar, ia memasukkan tangannya ke saku celana. "Walaupun begitu, kita tetap harus waspada atas segala kemungkinan" Gojou menghela napas pelan, bibirnya kemudian mengukir senyum tipis.
"Kalian bertiga istirahatlah malam ini. Terutama kau, Toge. Jangan khawatirkan apapun untuk saat ini. Cepat atau lambat kita pasti dapat menemukan kebenarannya".
Gojou membalikkan tubuhnya. Raut wajahnya berubah menjadi datar tanpa ekspresi. Ia mengepalkan tangan kuat-kuat, berusaha meredakan emosinya yang meluap-luap.
Maaf bgt reader-san updatenya lama :(, akhir2 ini author lg kepincut dgn Dazai dri BSD sehingga Gojounya sedikit tergeserkan hehe ('∀`)
Okaay, sampai jumpa di chapter selanjutnyaa \ ^^ /
YOU ARE READING
Daughter
Random"Aku akan selalu melindungi dan memberikan kehangatan keluarga kepada dirimu..". Pertemuan Gojou dengan seorang bayi asing yang merubah hidupnya selama beberapa tahun warn : spoiler alert (bagi yang belum membaca jujutsu kaisen vol.0) Gojou wi...
