Rindu pun mendekat, "Jangan gitu, kalau marah nanti cantiknya ilang lho."
Seketika wajah Fatimah pun kembali seperti semula. Kini, senyuman manis dan wajah bersinar yang terukir indah.
"NAH! GITU DONG DARI TADI. GA USAH NGAMBEK GITU, TIMAH!" sindir Halimah, heboh.
Tiba-tiba, terbesitlah pikiran aneh binti gabut dari Haura.
"Gimana kalau kita curhat tentang masalah apa yang kita lagi hadapin sekarang. Jadi ya, itung-itung sharing gitu."
"Kita semua?" Tanya Haura
"Iya Maemunah! Ya kali si Abang tukang bakso?!"
"Aku ga ikutan curhat, ya. Sorry sis, problem aku itu private."
"Bahasa bulepotannya mulai muncul ke daratan lagi ya Bun," sindir keras Hilya
"Lupakan!"
"Mari kita balik ke topic yang mau kita bahas. Mau saling curhat kan? Yuk siapa dulu yang mau menceritakan kisahnya terlebih dahulu. Ana persilakan," ujar Fatimah, gadis yang sedang menggengam sapu ijuk.
Rindu pun terlihat waspada, jangan sampai setan menghasut Fatimah untuk kembali marah dan melayangkan sapu ijuk itu ke arahnya.
Sedangkan Aisyah dan Halimah, berusaha menahan tawa. Bukan karena mereka seru melihat pertengkaran Rindu dan Fatimah. Namun, karena kerudung yang digunakan Rindu itu terbalik.
Halimah pun menyikut Aisyah, "Ai aku udah ga kuat plis!" Ucapnya sambil menahan mulutnya agar tidak mengeluarkan tawa.
Bukannya malah menolong Halimah menjauh dari sana, Aisyah justru malah sengaja mengelitiki pinggang Halimah. Karena merasa geli, akhirnya tubuh Halimah pun tidak bisa diam dan tidak sengaja menarik kerudung yang dipakai oleh Rindu.
Alhasil, Rindu pun langsung menoleh ke arah belakang dan segera menahan kerudungnya agar tidak lepas serta tidak terlihat rambutnya sedikitpun. "Limah!!! Bisa diem ga sih!"
Aisyah dan Halimah pun diam seribu bahasa.
Haura dan Hilya, yang sedari tadi menonton candaan mereka hanya tersenyum tipis dan beristighfar.
"Maafin gue ya Rin." Akhirnya, Fatimah pun mengalah untuk meminta maaf duluan, dan tanpa disuruh.
"Santay."
"Back to topic!"
"Aku duluan, ya. Boleh ga, gaes?" Hilya pun mengencangkan suaranya, karena kalau berbicara atau menggobrol suaranya sangat kecil.
"Apa? Ga kedengeran Ya?" Teriak Aisyah, memastikan apa yang dibicaran Hilya.
"Aku duluan yang curhat. Gapapa kan?" Ulangnya dengan nada yang lebih kencang lagi.
Hilya itu paling calm ges, sahabatnya pada bar-bar. Dia sendiri doang yang paling calm, patut diacungkan jempol.
Tumbenan banget, Hilya mau curhat. Karena dia termasuk orang yang penutup, pun sama sahabatnya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teman Sampai Surga [ON GOING]
SpiritualIni bukan sekadar persahabatan biasa, tetapi ini tentang persahabatan yang bersama-sama untuk mengubah dirinya ke jalan yang diridhoi-Nya. PERHATIAN! HATI-HATI KETIKA MEMBACA CERITA INI. TERDAPAT UNSUR KELUARGA BAWANG, HUMOR YANG BISA MEMBUAT KALIA...
05 - Curhat Dong
Mulai dari awal
![Teman Sampai Surga [ON GOING]](https://img.wattpad.com/cover/252842102-64-k112928.jpg)