CHAPTER IV

17 2 0
                                        


Semua sudah berdiri di hall Rendezvous. Hari ini adalah hari ke-7 team Rendezvous bekerja bersama para model. Sehun telah berdiri di samping  Rena Takamori, team leader project ini.

"Sehun Oh. Mohon bantuannya" 

"Oh, ya, Oh,-san. Kamu akan dibantu oleh Araki. Oh-san, ini Araki, Araki-san, ini Oh-san. Semoga kalian bisa cepat akrab, ya!" Takamori meninggalkan mereka berdua sekarang.

"Jadi, apakah kita harus berkenalan lagi?" ujar Sehun. Yuko tertawa kecil sambil mengulurkan tangannya.

"Baiklah, aku Yuko Araki. Designer. Senang bertemu denganmu." Sehun menyambut tangan halus dan mungil Yuko. "Aku Sehun Oh. Cukup Sehun saja tidak masalah. Aku hanya orang biasa, yang kebetulan senang memakai baju buatan orang lain." mereka berjalan beriringan ke meja Yuko.

"Orang biasa yang tampil di majalah Vanity Fair dan langanan GQ?" Sehun tersenyum tipis. Lagi-lagi hati Yuko terasa hangat.

"Maaf ya, ku hitung dahulu. Omong-omong, berapa tinggimu?"

"183 cm. " Sehun melirik gadis yang sibuk dengan pengukur baju, pulpen, dan bukunya. Dia tampak manis, dan mengingatkannya dengan seseorang. Artis? Model? Entahlah, namun wajahnya nampak familiar. Atau mungkin dia pernah tampil di majalah dalam sebuah wawancara sebagai seorang designer? Tidak, bukan dimajalah. Sehun yakin dia pernah bertemu wajah ini sebelumnya.

"Ayo kita ke ruang baju, kita lihat baju mana yang pas untuk dirimu."


                                                                        ***


Yuko menggigit sandwichnya sambil memperlihatkan beberapa foto baju buatannya. "Aku senang membuat baju yang bisa dipakai segala gender. Kau tahu saat ada trend my boyfie outfit  aku berpikir, mengapa tidak ada trend my girlfriend outfit? Mengertikan maksudku?"

Sehun mengangguk-anggukan kepalanya. Entah mengapa, melihat dan mendengar Yuko yang menggebu-gebu seperti ini, ada perasaan hangat yang menyelimutinya. Bagaimana dia memperlihatkan hasil rancangannya, atau bagaimana perasaan dia saat baju pertama buatannya ditampilkan dalam acara festival sekolah, Sehun merasa ia sanggup mendengarkan semua celotehan gadis mungil yang duduk disampingnya itu.

"Aku senang membuat orang lain bahagia dengan bajuku." Yuko tersenyum sambil menatap lurus. 

"Ano... kalau boleh tahu, mengapa kau ingin sekali menjadi designer?" Sehun nampak berhati-hati. Semakin mendengar kisah Yuko, semakin ia ingin mengetahui lebih jauh mengenai diri Yuko.

"Karena kakak perempuanku. Ia sangat ingin menjadi model." Melihat Sehun mengerenyitkan dahinya dan membuat expresi wajah kebingungan, Yuko malah terbahak-bahak.

"Sudah kuduga, pasti kau akan memperlihatkan wajah itu! Semua orang yang mendengar hal itu, juga memperlihatkan ekspresi yang sama.

Aku ingin membuatnya cantik. Tidak, dia sudah cantik. Namun aku ingin membuatnya lebih cantik."

Yuko melihat jam dipergelangan tangannya. "5 menit lagi waktu istirahat selesai. Mari kita kembali kedalam!"

Saat akan berjalan, Sehun menahan pundak Yuko, "Boleh aku minta nomormu?" 


                                                                     ***


Yuko tidak dapat mengalihkan matanya dari layar handphonenya, sedangkan Yuto masih berdiri sambil memperlihatkan wajah bosan saat Raiya masih memilih-milihkan jas dan kemeja. 

"Ayolah, apakah perlu kita membeli jas dan kemeja baru?"

"Ini perintah dari Papa." Raiya masih memilih-milih kemeja yang pas dengan jas yang ada di tangannya.

"Lalu, untuk apa kita membawa Yuko jika dia asyik sendiri dengan handphonenya!"

Sadar disindir oleh Yuto, Yuko langsung memasukkan handphonenya kedalam tasnya sembari menghampiri dua kakak beradik tersebut.

"Kau tampak sibuk sekali onee-chan! Pasti sangat berat yaaa proyekmu ini!"

Yuko mengambil alih jas yang ada di tanggan Raiya, dan mengambil sebuah kemeja hijau dan menyerahkannya kepada Raiya.

"Maafkan ya!" ujarnya sembari tersenyum. Lalu Yuko beralih mengambil sebuah jas hitam mengkilat, dan mengambil sebuah kemeja biru muda untuk Yuto.

"Memangnya keluarga kalian akan mengadakan acara apa?" 

Raiya memandang kakaknya sambil menggigit bibir bawahnya. Walaupun mereka sudah berteman sejak SMA dan rumah nenek mereka yang berdekatan dengan rumah keluarga Yuko, namun masih cukup sulit untuk menceritakan hal ini kepada Yuko.

"Hanya menyambut saudara jauh." ujar Yuto sambil berjalan kearah fitting room.

"Oh! Keluarga kalian yang CEO sebuah perusahaan di Amerika itu? Atau saudara kalian yang menikah dengan bangsawan?" Yuto hanya mengangguk sekenanya.

"Aaaah... Menyenangkan sekali yaaa menjadi keluarga Nakajima..." 

Yuko merenggangkan badannya sembari duduk di sofa dekat fitting room.


                                                                       ***


Holla! Astaga! Sudah dari 8 bulan lalu aku bikin cerita ini! Terakhir update tanggal 20 November 2020, dan baru dilanjut sekarang, hahahaha!

Rencananya aku mau meyelesaikan cerita ini sebelum ulang tahun ke 28 Yuto. Kemarin ultahnya Inoo pake ala-ala mau ngelanjutin orific yang udah laaaaaaaammmmmaaaaa, tapi oh tentu sadja aku tidak bisa mengejarnya! Hahahah!

Pokoknya Vio mau ambis selesaiin cerita ini! Hahahaha!

Anyway, ini udah gajadi FF pertamaku, soalnya aku bikin one-shot di LJ pas ultahnya Yama :')

Ini karena aku baru nyoba-nyoba bikin FF, mohon dukungan dan bimbingannya yaa! Terima kasih yang mau baca!

Oh iya! Sekarang sudah ada varian covid baru :( kalian hati-hati yaaa! Please stay safe, healthy, and of course happy always!

Love

V

Something in BetweenWhere stories live. Discover now