01🍂

158 59 92
                                    

~ Terkadang yang lelah itu bukan badan tetapi perasaan~

''Hiks..hiks..mama..'' seorang gadis tersedu sedu sambil memegang sebuah nisan, tangan nya meremas remas tanah kuburan yang masih basah didepan nya itu. Air matanya terus mengalir tak membiarkan matanya beristirahat barang sejenak.

Kehilangan orang yang sangat disayangi adalah hal yang paling menyakitkan,bagi Azela keynara Alamanda kenangan bersama orang yang telah membesarkan nya itu tak akan pernah bisa ia lupakan.

Setiap memori memori kebersamaan bersama sang mama yang terlukis indah di pikiran nya pasti akan ia kenang sampai mati.

Satu persatu rombongan orang yang memakai pakaian serba hitam itu pergi meninggalkan pemakaman.

Selang beberapa menit Azela dan juga papanya berlalu walaupun dengan langkah yang terasa berat.

Langit berwarna jingga sore itu menjadi saksi bisu kesedihan Azela, ia tak pernah menyangka akan secepat ini kehilangan orang yang paling ia sayangi.

Tangannya setia memegang sebuah bingkai foto yang memperlihatkan seorang wanita berparas cantik mirip dengan nya.menatapnya berulang kali tanpa rasa bosan.

💦💦💦
Setelah beberapa bulan sejak kematian Lusia(mama Azela), papa azela menikah dengan teman kantornya yang sudah ia kenal sejak lama.

Azela tak mempermasalahkan hal itu karena baginya kebahagiaan papa nya adalah kebahagiaan ia juga.

Satu bulan setelah pernikahan Dyoga (papa Azela) dan Nilam.

Plakk....

''CUKUP AZELA APA YANG KAMU UCAPKAN ITU SEMUA NYA TIDAK BENAR!.'' suara berat itu menggema di seluruh ruangan. Azela yang semula memegang pipinya yang memanas kini beralih pada telinganya yang berdengung. Jantung nya berdegup kencang.
Serta hatinya terasa remuk.

''HIKS HIKS'' isak tangis itu menjadi penyebabnya. bukan, bukan azela yang trisak melainkan Nilam ibu tirinya.

''kenapa pa, kenapa papa nggak mau menerima kebenaran nya?.''
Ucap azela dengan suara parau nya. Ia menahan air matanya hampir menetes.

Dyoga terkekeh,''kebenaran apa yang kamu maksud?,'' ucapnya dengan sorot mata meremehkan.

Azela menggeleng,''Sekeras apapun papa berdalih papa gak akan bisa mengubah kebenaran pa.'' ucap Azela menatap intens Dyoga.

''Dan Anda, ada sebuah pepatah 'sepintar pintarnya menyimpan bangkai, baunya tetap tercium juga.' sepintar pintar nya Anda menyimpan kebohongan itu maka akan ketahuan juga.'' sarkas Azela sambil melayangkan tatapan tajam kearah Nilam.

Nilam menahan kekesalan nya, sedetik kemudian ia menggeleng tak percaya dengan mata berkaca-kaca, berusaha membuktikan bahwa ia sangat terluka.
''Hiks..hiks.. belum puas juga kamu menuduh saya?, Saya kurang apa selama ini, saya sudah berusaha menjadi pengganti mama kamu, tapi ini balasan kamu?'' Ucap Nilam tersedu sedu.Tangan nya memegang kepala frustasi, melihat itu Dyoga berusaha menenangkan Nilam.

Azela berdecih melihat Air mata buaya Nilam, dasar wanita jalang. Azela tahu wanita itu hanya pura pura baik didepan papa nya.

''Anda pikir saya tidak tahu kebusukan anda itu?'' pekik Azela, dengan sorot mata menatang.

Dyoga berusaha meredam emosinya.
''papa tahu kamu masih belum menerima kematian tragis mama kamu, tetapi jangan pernah kamu mengkambing hitamkan Nilam atas kecelakaan itu.''

'' Azela yang udah nyelidikin semuanya pa, semua nya mengarah kepada dia, dia pembunuh mama.''
Pekik Azela dengan suara parau berusaha meyakinkan papanya itu.

Story of Azela (On Going)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ