2.2. hoping things would change

Start from the beginning
                                    

Iya 'kan?

Kalian harus tahu sudah berapa lama aku merindukan Jeno-ku

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kalian harus tahu sudah berapa lama aku merindukan Jeno-ku.

Sudah setahun berlalu semenjak terakhir aku dan Jeno bertemu. Tukar kabar kami yang terakhir adalah lima bulan yang lalu, tepatnya setelah aku memergoki suara perempuan yang menyahut di latar belakang ketika aku dan Jeno sedang video call. Kini balasan asing dengan kalimat aneh yang sering kuterima di ruang obrolan kami menjadi jelas alasannya. Adalah karena Jeno kini telah berpindah ke lain hati selain diriku.

Aku mengabaikan ratusan pesan dan puluhan panggilan darinya hingga ia menyerah satu minggu kemudian. Ia bahkan mengirimiku pesan lewat semua sosial mediaku, tapi aku yang sudah kepalang marah setelah memergokinya selingkuh sudah malas untuk sekedar menanggapi.

Kini aku sudah duduk di bangku kuliah bersama Donghyuck yang satu fakultas denganku. Kami sama-sama mengaplikasikan diri ke jurusan sastra dan menjalani dunia perkuliahan kami dengan cukup baik.

Semester pertamaku berjalan dengan baik—setidaknya, untuk satu bulan pertama karena setelah itu kehidupan perkuliahanku mulai buruk karena banyaknya kakak tingkat yang mulai mengejar-ngejar diriku.

Tapi hanya karena si Lee sialan itu—entahlah, aku juga tidak mengerti. Padahal banyak dari mereka yang tinggal di Beverly Hills dan mempunyai rumah luas dengan kolam renang pribadi, membawa Cadillac atau Mercedes ke kampus dan selalu tampil modis dengan Gucci atau St. Laurent.

Lalu mengapa hatiku tetap tidak bisa berpaling dari si brengsek Lee itu?

Donghyuck bahkan sampai heran darimana tumpukan barang bermerek Louis Vuitton dan Givenchy yang berada di pojok kamar asramaku berasal. Tapi yang kulakukan hingga saat ini adalah memeluk hoodie Pull & Bear pemberian Jeno untuk ulang tahunku yang kedelapan belas, membuatku terlihat seperti seorang lelaki yang depresi karena putus cinta.

Tapi, yah... kenyataannya memang demikian.

Aku bahkan belum bisa move on sama sekali darinya.

Tiap malam selama lima bulan terakhir kuhabiskan dengan menangisi dan memikirkan mantan kekasihku yang tinggal ribuan mil jauhnya dariku. Terkadang aku menyesali keputusanku yang memutusinya duluan, tapi diriku terus berteriak bahwa aku punya harga diri dan tidak pantas untuk diselingkuhi begini.

Donghyuck selalu mengatakan bahwa aku pantas mendapatkan yang lebih baik. Kalimat tersebut terus terulang selama empat bulan belakangan, hingga ia memaksaku untuk ikut kencan buta. Beruntung, aku selalu sukses berkelit tiap kali anak itu hampir memosisikanku di posisi yang sulit.

Yah, tak terasa musim panas telah tiba. Kuharap, musim panas di tahun 2019 ini menjadi musim panas terbaikku seperti dua tahun lalu dimana aku bertemu—ah, lupakan lelaki sialan itu, Na Jaemin! Ada banyak lelaki baik dan kaya raya yang rela memperlakukanmu bak ratu di luar sana, jadi mengapa kamu masih saja terpaku pada orang itu?

Starlit Night - [nomin]Where stories live. Discover now