"Kami semua juga tidak tau apa yang terjadi. Tiba-tiba Taeyong sudah seperti ini saat aku datang." sahut Jongin.

Dokter Shim kembali menoleh pada Taeyong dan memperhatikan pria cantik yang hanya diam dan menatap kosong itu. Menghela nafas, "Biar aku obati." ucapnya.

"Aku ingin Jongin Hyung saja yang mengobati." ucap Taeyong bersuara setelah sekian lama.

"Sayang, akan lebih baik Dokter Shim yang merawatmu ya. Supaya kau cepat sembuh."

Taeyong menarik tangan Jongin dan menggenggamnya erat, Jaehyun menatap genggaman tangan itu. Semua orang terkejut melihat Taeyong memegang tangan Jongin, selain Donghae, Jaehyun dan Dokter Shim. Tak ada orang yang bisa disentuh atau menyentuh Taeyong.

Mau tak mau mereka semua menuruti perkataan Taeyong. Akhirnya Jonginlah yang membersihkan lukanya dan mengobatinya, dipandu oleh Dokter Shim.

Setelah selesai Jongin sedikit menjauh membiarkan Dokter Shim mendekati Taeyong, semua orang sudah mulai menjauh membiarkan Dokter Shim dan Taeyong mempunyai waktu berdua. Jaehyun hanya menjauh sedikit, memantau keadaan Taeyong.

"Apa masih ada luka yang lain?" tanyanya, Taeyong hanya menggeleng menanggapi.

"Kau ingin bercerita sesuatu?" gelengan kembali didapatkan Dokter Shim.

Dokter Shim adalah Psikiater pribadi Taeyong dari umur 5 tahun. Selama 20 tahun mengobati Taeyong, tak ada perubahan signifikan yang terjadi pada pria mungil itu. Berbagai macam cara telah dilakukan agar Taeyong sembuh, tapi itu semua tak membuahkan hasil.

Mulut Taeyong bahkan seperti tergembok rapat, tak ada cerita sedikitpun yang keluar dari mulutnya. Hingga Donghae menyerah dan hanya meminta obat penenang saja untuk Putranya itu. Tapi sesekali Dokter Shim memantau keadaan Taeyong, mungkin tidak separah dulu hanya saja Taeyong belum sembuh.

"Bagaimana dengan obat penenangmu? Apa masih banyak?" Dokter yang bernama Shim Changmin itu kembali bertanya, lagi-lagi Taeyong hanya meresponnya dengan bahasa tubuhnya.

Changmin mengelus kepala Taeyong dengan sayang, "Kau ingat kata-kata Paman, bukan? Jika kau sudah terlalu lelah memendamnya sendiri, maka berceritalah pada seseorang yang menurutmu dapat dipercaya dan seseorang yang bisa membuatmu bersandar padanya."

"Percayalah, jika kau mengeluarkan sedikit saja ceritamu kepada orang lain maka semuanya akan terasa mudah. Kau juga akan lebih nyaman." Taeyong mulai mau menatap Changmin sepenuhnya, dan menatap wajah pria paruh baya itu.

"Kau bisa menceritakannya pada Ayahmu, Paman, mungkin juga kau bisa bercerita pada Kekasihmu. Atau bisa juga kau bercerita kepada seseorang yang menurutmu lebih nyaman dari Ayah dan Kekasihmu." Changmin mencoba meraih tangan Taeyong dan menggenggamnya, sedikit tersenyum tipis ketika tak ada tepisan yang biasa didapatkannya.

"Kami semua menyayangimu kau tau itu bukan? Ayahmu dan Paman tak ingin lagi melihat kau seperti ini, kau berhak untuk bahagia. Paman juga sangat senang ketika mengetahui phobiamu terhadap sentuhan dan cahaya mulai berkurang, itu adalah berita yang sangat bagus."

Changmin memandang sendu Taeyong, "Tapi melihatmu seperti ini kembali membuat hati Ayahmu dan Paman terasa sakit. Paman harap kau dapat mempertimbangkan ucapan Paman, Taeyong." tersenyum tipis, Changmin beranjak berdiri dan mendekati Donghae.

"Aku pulang, Donghae." Changmin menepuk bahu Donghae, teman lamanya.

Donghae mengangguk tipis, "Akan kuantar kau sampai depan." keduanya berjalan beriringan berbincang satu sama lain.

Jaehyun mendekati Taeyong, duduk berjongkok dihadapan pria cantik itu. Jaehyun memegang kaki Taeyong yang penuh luka, kernyitan pada dahinya muncul. Mendongakkan kepalanya menatap pria mungil itu dengan sendu, sedangkan Taeyong hanya memandangnya tanpa ekspresi.

"Istirahat ya? Kuantar kekamarmu." ucap Jaehyun lalu beranjak berdiri untuk menggendong Taeyong tapi tepukan pada bahunya menghentikannya.

Jaehyun menoleh dan mendapati Jongin yang berdiri dibelakangnya, "Biar aku yang membawanya, Jaehyun-sshi." ucap Jongin sembari menatap Jaehyun lekat.

"Aku saja, Jongin-sshi. Aku takut Taeyong mengalami panic attack karena bersentuhan dengan orang lain." sahut Jaehyun, tanpa menatap wajah Jongin sedikitpun.

Kembali ingin menautkan tangannya pada tungkai Taeyong tapi Jongin kembali menahan lengannya, kali ini cukup erat.  Hingga Jaehyun menoleh dan menaikkan satu alisnya menatap Jongin.

"Aku kekasihnya bukan orang lain." ucap Jongin dengan wajah sinis kepada Jaehyun.

Jaehyun menepis kasar genggaman erat Jongin pada lengannya, "Aku Bodyguardnya, aku yang akan menjaga Taeyong." sahut Jaehyun tak mau kalah.

Jongin tertawa remeh, "Kau hanya Bodyguard, tapi aku adalah tunangan Lee Taeyong." berdiri tegap menantang Jaehyun, baru saja Jaehyun ingin membalas perkataan Jongin.

CUP

Jaehyun terdiam melihat pemandangan didepannya. Taeyong mendaratkan ciuman pada bibir Jongin, sedikit melumatnya kemudian melepasnya dan memeluk pria itu erat.

"Gendong aku." ucapnya dengan pelan. Jongin yang terdiam karena tindakan tiba-tiba Taeyong, tersenyum tipis kemudian melirik kearah Jaehyun yang terdiam menatap Taeyong.

Menganggukkan kepalanya, Jongin menggendong tubuh Taeyong. Taeyong mengalungkan tangannya pada leher Jongin dan menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher kekasihnya itu.

Jongin berjalan keatas menuju kamar Taeyong, meninggalkan Jaehyun yang masih terpaku ditempatnya. Jaehyun hanya menatap kosong kedepan hingga Donghae melihat itu dan melihat Jongin yang menggendong Taeyong yang meringkuk pada tubuh Jongin.

Donghae tidak bodoh untuk mengetahui jika Jaehyun menyimpan perasaan pada Taeyong, sejak dulu. Tapi dirinya hanya bisa diam, itu semua tergantung pada Taeyong.

Apa yang membuat Putranya bahagia akan dilakukannya meskipun keinginan Donghae berbanding terbalik dengan keinginan Taeyong.


TBC


Happy Reading 💖
Jangan lupa vote dan komen ya~

Love you all!!!❤️❤️❤️

My Bodyguard (JAEYONG) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang