Bagaimanapun juga Taeyeon adalah Ibunya, dan mereka pernah memiliki kenangan indah bersama.

Mata Taeyong hanya menyorot nanar pada pigura besar dengan wajah cantik Ibunya yang terpasang disana. "Bisakah Mommy berhenti membuatku gila seperti ini?" ucapnya dengan lemah. Berbicara sendirian dengan foto Ibunya.

Taeyong memegang dada kirinya, "Jangan hanya karena jantung ini adalah milik Mommy lalu kau ada disetiap detakannya. Mommy semakin membuatku ingin mati." suaranya mulai bergetar menahan air mata yang akan turun.

Berdiri dari duduknya, beranjak mendekati foto Ibunya yang tertampang dihadapannya. "Bahkan aku makin membenci siang hari, aku semakin membenci cahaya dan matahari. Apakah aku juga harus membenci malam hari? Satu-satunya waktu yang bisa membuatku merasa aman." ucapnya berbicara seolah-olah Taeyeon mendengarkannya.

"Kenapa aku harus terus bermimpi yang membuatku juga membenci tidur?!"

Taeyong menggigit bibirnya menahan emosi, "Apa semua penderitaanku selama 20 tahun ini masih kurang bagi Mommy?!!! KATAKAN PADAKU!!!" teriak Taeyong nyaring, suaranya menggema diruangan yang tidak terlalu besar itu.

Taeyong mengambil gunting tua yang ada di meja rias Taeyeon, mengarahkan pada dada kirinya. "KALAU BEGITU KENAPA TIDAK MOMMY BUNUH SAJA AKU SEKALIAN!!!" Taeyong mengamuk nyaring.

Dengan marah Taeyong akhirnya menusuk telapak tangannya sendiri dengan gunting tua yang sedikit berkarat itu, darah menetes deras tangannya. Tak berakhir, Taeyong menyayat-nyayat kedua lengan tangannya.

"ARGGHHH SIALAN!!!" Taeyong melempar gunting itu pada cermin meja rias Taeyeon hingga kaca itu pecah berhamburan.

KRAK

Baju jubah tidurnya sudah penuh dengan darah, Taeyong berdiri dengan tangan dan lengan penuh darah, nafasnya terdengar terburu-buru. "Hiks...hiks..." isakkan keluar dari bibirnya.

Lututnya terasa lemas hingga Taeyong jatuh terduduk diatas pecahan kaca cermin, tak memperdulikan kakinya yang mulai tergores ujung tajam pecahan kaca itu.

"Hiks...Hiks..."

"Bunuh saja aku sekarang..." Taeyong mengambil pecahan kaca yang ada didekatnya dan melemparinya pada foto Taeyeon, hingga beberapa bagian robek. "BUNUH SAJA AKU!!!" teriak Taeyong nyaring.

Isakkan tangis menggema nyaring, tapi tak ada yang mendengar tangisan pedih itu. Tak ada yang melihat betapa rapuhnya sosok cantik itu yang begitu menderita itu.

*****

Taeyong berjalan dengan pelan, menyeret kakinya yang penuh luka sana sini, serta tangannya yang terus meneteskan darah hingga kelantai. Bahkan baju jubah putihnya sudah penuh darah.

TING NONG
TING NONG

Taeyong menoleh kearah pintu luarnya ketika terdengar suara bel berbunyi. Melangkahkan kakinya berjalan menuju pintu, kemudian membukanya.

Terlihat sebuket bunga mawar yang tertampang diwajahnya, "Selamat Natal, Sayang." ucap Jongin dengan wajah ceria setelah menyingkirkan sebuket bunga mawar.

Tapi seketika senyumnya luntur melihat wajah sembab Taeyong, ketika matanya turun kebawah Jongin hampir berteriak melihat pakaian Taeyong yang sudah hampir sepenuhnya merah.

"TAEYONG!!!" tanpa sadar Jongin berteriak nyaring ketika melihat keadaan Taeyong. "Apa yang terjadi padamu?!" tanyanya dengan panik.

Jongin berjongkok dihadapan Taeyong yang hanya memasang wajah datarnya. "Astaga, bahkan kakimu penuh luka seperti ini!" Jongin meringis melihat kaki Taeyong penuh luka dimana-mana.

My Bodyguard (JAEYONG) ✔️Donde viven las historias. Descúbrelo ahora