Bulu kudukku berdiri seketika, ditambah angin dari arah pohon beringin membuat keadaan semakin mencekam. Awalnya aku mengira perempuan itu adalah "penunggu" dari pohon itu karena wajahnya yang sedikit pucat, tapi aku berpikir sejenak, bagaimana bisa ada hantu di pagi hari dengan penampilannya yang begitu rapi?

Perempuan itu melirik kearahku dengan tatapan sayunya. Dia memperhatikan pakaianku dari bawah hingga atas, apa ada yang aneh dariku sampai dia menatapku sebegitunya? Kini dia berjalan mendekatiku sembari menyunggingkan senyum tipis.

"Permisi maaf ganggu waktunya. Ada yang bisa dibantu?" tanya perempuan yang tingginya hanya sepundakku. Aku sedikit terkejut karena tidak menyangka ada seseorang yang akan mengajak berbicara kepadaku, lebih tepatnya memberi tawaran bantuan.

"A-aku murid baru. Dan hmm.. Aku mau ke ruang guru tapi gatau ada di gedung mana." Aku menggaruk kecil kepalaku yang tidak gatal.

Aku menerutuki diriku sendiri yang baru saja terlihat gugup saat membalas ucapannya. Ujung bibir perempuan itu sedikit terangkat memperlihatkan gigi-giginya yang rapih dan kedua matanya yang menyipit. Sepertinya dia mengetahui bahwa aku merasa gugup dilihat dari tawanya itu.

"Gausah gugup, santai ajaa. aku baik ko." Lihat, benar dugaanku dia tertawa karena gugupku barusan. "Aku udah mikir kamu anak baru si, diliat dari seragam yang masih keliatan baru. Dan aku juga ngerasa asing sama wajahmu." Jelasnya.

Aku mengangkat bibirku untuk mengucap kata 'oh' namun tak bersuara, hanya mulut saja yang bergerak.

"Ayo bareng aku." 

"Eh mau kemana?" Tanyaku bingung.

"Ya mau kemana lagii, ke ruang guru lah." Perempuan yang bahkan aku belum tau namanya itu kini berjalan meninggalkanku lebih dahulu.

Di perjalanan menuju ruang guru kami tidak berbincang, bahkan sekedar berkenalan saja tidak. Ingin bertanya siapa namanya, namun saking banyaknya murid dan petugas sekolah yang menyapa perempuan yang kini sedang menuntunku ke ruang guru ini aku jadi mengurungkan niat. Dari sini aku bisa simpulkan dia pasti termasuk kedalam semacam jajaran siswa teladan di sekolah ini atau mungkin dia termasuk siswa organisasi sekolah. 

Kini aku sudah berada di dalam ruang guru, lebih tepatnya dihadapan pak Minho yang sedang membulak-balikkan rekapan nilai-nilaiku. "Park Jisung ya?" panggil pak Minho

"Iya pak."

"Kamu nanti masuk kelas XI IPA 1 ya." Laki-laki berkemeja biru pastel itu menutup dokumen lalu matanya mencari seseorang yang tadi sempat ia lihat  "Allana!".

Perempuan yang disebut namanya itu menoleh ke arah pak Minho. Laki-laki dihadapan aku itu memberi isyarat kepada Allana untuk mendekat. Rupanya "Allana" adalah nama perempuan yang membantuku tadi. Ia memang sengaja menungguiku di dekat pintu, katanya biar sekalian nanti dianterin ke kelas baruku.

"Iya pak?" tanya Allana.

"Nanti saat jam istirahat kamu temenin Jisung keliling sekolah ya?" Allana mengiyakan suruhan pak Minho itu. "Sekarang kamu balik ke kelas, sebentar lagi bel masuk berdering. Jisung biar sama saya aja nanti." Lanjut pak Minho sambil mengangkat salah satu tangannya membuat gerakan tangan mengusir. Sedangkan tangan yang lainnya kembali membuka dokumen berisi rekapan nilaiku yang tadi sempat ditutup.

###

Aku berjalan mengikuti pak Minho di depanku. Menaiki tangga dan melewati beberapa kelas yang sudah memulai terlebih dahulu kegiatan belajar mengajarnya itu. Hingga tiba di depan kelas yang terdengar sangat berisik dari luar. Sebenarnya, apa yang mereka lakukan?

Dreamer [Park Jisung]Onde histórias criam vida. Descubra agora