What Thing?

26 13 1
                                    

Kami berpencar kesana-kemari, mencari tempat yang nyaman untuk mengenal hadiah dari kakek Yohan.

Yah, yang lain mendapatkan benda yang lumayan bagus untuk di periksa. Tapi, walaupun begitu, aku juga beruntung mendapatkan buku bacaan baru.

Satu persatu, halaman ku buka. Mataku menjelajahi setiap kata-kata, yang berada di setiap halaman. Membolak-balik kertas demi kertas. Begitu juga Yohan dengan yang lainnya, mereka sibuk mengorek fakta-fakta tentang jam saku baru, milik mereka itu.

Beginilah kami, jika tidak tahu ataupun tertinggal info. Pasti kami akan mencarinya terus-menerus.

Tak terasa, waktu telah berjalan begitu cepat. Siang hari telah berganti menjadi sore. Aku hentikan aktivitas mambacaku. Kami pamit dan pulang ke rumah masing-masing, dengan membawa hadiah yang di berikan kakek Yohan tadi. Aku pulang bersama Erlan, karena rumah kami jaraknya berdekatan.

"Hei, Aira"

"Hm?"

"Buku apa itu?"

"Hm, entahlah. Sepertinya ini seperti sejarah atau semacamnya. Aku tidak tahu pasti. Aku baru selesai dua bab, dan ada dua puluh enam bab lagi"

"Oh iya, ingat tidak?"

"Apa?"

"Kakek Yohan berkata, ada satu benda lagi yang belum di temukan"

"Lalu?"

"Apa, kamu tidak mau tau? Benda apa itu?"

Kami berjalan menyusuri jalanan, tak ada percakapan lagi setelahnya. Sejujurnya, dahulu Erlan tidak bersikap seperti ini. Ia lebih menyukai banyak bicara dan banyak bercanda. Tapi, setelah kejadian yang menimpanya dua bulan lalu, dia berubah menjadi pendiam dan lebih suka berbicara jika ada hal yang penting.

"Ah, sudah sampai di rumahmu. Aku pamit ya?" Sambungnya

"E-eh, iya. Hati-hati"

"Ya!" Ucapnya lalu berlalu pergi

"Masih ada satu benda lagi?, Apa itu?. Apakah sangat susah untuk di dapatkan?"

"Eh Aira, kamu sudah pulang?" Tanya Bunda

"Iya. Eh, bunda dari supermarket?" Tanyaku saat melihat banyak plastik belanjaan

"Sekalian lewat tadi" jawab Bunda

"Ouh, ya sudah. Aku bantu bunda ya?"

"Iya, sini"

"Jeruk ini Aira taruh kulkas ya, Bun."

"Eh, Aira. Itu buku apa?"

"Oh ini?, Tadi Aira di beri oleh kakek Yohan, semacam oleh-oleh" jawabku

"Memangnya, kakek Yohan habis pergi darimana?"

"Ah, itu. Dari traveling keliling tanah Eropa."

"Wah, hebat. Aira, kamu mandi saja sana. Biar bunda yang membereskan sisanya"

"Ya, Bunda"

Aku melangkahkan kaki menaiki anak tangga. Setelahnya, aku mengikuti apa yang di perintah oleh bunda, dan setelahnya aku baru menyiapkan buku pelajaran untuk besok.

"Aira!" Panggil bunda

"Ya, bunda. Sebentar" aku memasukan buku pelajaran kedalam tas lalu segera turun ke bawah

"Ayo, bantu bunda, Siapkan makan malam. Ayahmu sebentar lagi akan pulang!"

"Siap, Bunda!"

"Nah, ini dia. Rendangnya kelihatannya enak'kan?" Tanya Bunda

"L-loh, itu untuk siapa, Bun?"

"Nanti, kamu bawakan ini ke rumah Erlan. Ibunya dua hari sedang pergi ke luar kota"

"Oh. Iya, Bun. Nanti Aira berikan" ucapku lalu melanjutkan membantu bunda menyiapkan makan malam.

Setelah makan malam, aku keluar rumah untuk memberikan makanan yang telah di siapkan bunda untuk Erlan. Kadang aku berfikir, kami seperti adik kakak yang terpisah. Ya, mungkin itu hal bodoh.

"Eh iya, aku jadi kepikiran tentang ucapannya Erlan tadi"

"iya, juga ya. Padahal..... Kakek Yohan telah berkelana dua tahun di Eropa, tapi tidak menemukannya."

"Tapi, tetap tidak berhasil menemukannya. Lantas, benda apa yang tidak bisa di temukan oleh kakek Yohan?"

Trapped PastWhere stories live. Discover now