15 :: ° Jiyong's Beloved Son ࿐

Start from the beginning
                                    

"Woi kak, kerasukannya nanti aja. Gue takut banget ini, ayo kita balik!!" Badan Yedam bergetar hebat. Ia menggunakan sisa nyalinya untuk beranjak dan menyeret Jaehyuk yang masih diam membatu.

Yedam terus-terusan menarik lengan Jaehyuk yang masih duduk berselonjoran dengan tegang. Yedam ingin mengajak Jaehyuk pergi karena ia tidak berani kabur sendirian.

Shunggggg~

Sosok asing lain kembali menghantui mereka dengan presensinya yang berdiri tepat ke hadapan Jaehyuk dan Yedam secara tiba-tiba.

Rupanya dia adalah sesosok gadis dengan pakaian serba putih---yang menyapu jalan---dengan rambut super panjang yang dikepang satu. "Hi," sapanya.

Yedam berkeringat dingin. Kakinya seketika lemas dan tak mampu lagi menopang berat tubuhnya. Sedangkan Jaehyuk yang masih enggan bergerak tak menyadari kehadiran sosok itu karena penglihatannya terhalang oleh rasa takut yang berlebihan.

"Sadarlah bodoh!" Sosok itu melempar sepatu ketsnya ke wajah pucat Jaehyuk. Sontak pemuda itu langsung terkesiap dan memberi tatapan malas.

"Gue bukan hantu," ujar gadis itu.

"T-trus si-siapa dong??" tanya Yedam mewakilkan rasa penasaran yang juga melanda Jaehyuk.

Sosok itu tertawa kecil dengan kedua mata yang melotot lebar. Iris hazelnya berubah warna menjadi merah terang dan memunculkan sinar seperti laser, namun sepersekon kemudian berubah normal lagi.

Sosok itu memasang smirk-nya. "Kalian pendatang baru? Wah nekat yaa ..."




























































-ˏˋ ❬ ⸙ ❛ ᴛʀᴇᴀꜱᴜʀᴇ ❜ ❭ ˊˎ-





Jeongwoo mengambil beberapa langkah ke depan dengan ekspresi wajah susah dijelaskan---oleh karena otaknya yang sulit mencerna kenyataan.

Asahi ... kenapa bisa ada di tempat ini? Kapan? Gimana caranya?

Belakangan ini Jeongwoo melalui banyak hal-hal janggal yang dia sendiri tak mengerti bagaimana konsepnya.

Dengan mata terpejam, kedua tangan Jeongwoo menjambak rambutnya sendiri. Dia telah frustasi. Lebih baik mati dengan tenang daripada hidup rumit penuh ancaman, pikir Jeongwoo.

"Lo kenapa?" tanya Asahi menyadari kelakuan aneh Jeongwoo.

Jeongwoo membuka matanya. Menatap tajam Asahi yang memangkas jarak di antara mereka berdua. "LO YANG KENAPA?! GUE GAK BISA HIDUP TERUS-TERUSAN BUAT MIKIR, GUE BUTUH REFRESHING. TAPI ENTAH KENAPA LIBURAN INI MALAH BIKIN KEPALA GUE MAU MELEDAK. SEMUA INI GARA-GARA LO, KAK!"

Gertakan Jeongwoo membuat atensi dua orang yang sedang sibuk mengikat rusa mati---dengan cara menggantungnya di tiang---tertuju padanya.

Jaemin lantas menghampiri anak itu dan menyentuh pundaknya. "Sabar bro sabar."

Jeongwoo mendengus lalu menyingkirkan tangan Jaemin dari pundaknya. Dia mengangkat dagu. "Lo juga siapa sih?! Gak jelas banget wataknya."

"Dasar bocah kurang ajar! Udah dikasih tempat gak ada adab. Gue sihir jadi monyet mampus lo, sialan!!!" umpat Jaemin yang sudah naik pitam.

Jeongwoo tersentak. Jaemin sungguh menyeramkan di penglihatannya. Matanya nampak berair, mukanya memerah, urat-urat lehernya menonjol juga kedua tangan yang mengepal di samping tubuhnya.

Ternyata Jaemin kalo marah gak main-main. Dia sudah salah besar ... sungguh.

"Jaemin, sabar dulu. Kalo dibicarain baik-baik kita semua pasti bisa cepet keluar dari tempat terkutuk ini."

"Gak bisa, Renjun. Tempat ini bener-bener terkutuk dan gak ada jalan keluar lagi selain mati disini," ucap Jaemin yang putus asa.

Huang Renjun, salah satu dari keempat temannya itu selalu berpikiran optimis. Dia tidak pernah menyerah dan dia tahu betul bahwa usaha pasti akan membuahkan hasil. Cukup diiringi dengan keyakinan dan kepercayaan bahwa semua permasalahan pasti ada solusinya.

Tiap pagi dia selalu pergi untuk berusaha mencari jalan keluar dari Pulau ini. Meskipun ia sudah pernah tersesat 15 kali dan juga pernah patah tulang di bagian rusuknya, dia masih punya semangat hidup. Berbanding terbalik sekali dengan Jaemin.

"Berdoa aja kita bisa keluar dengan selamat, harusnya lo seneng sama kehadiran mereka karena kita bisa berjuang sama-sama!" ujar Renjun sembari merangkul sahabatnya. Ia juga menatap Jeongwoo dan Asahi sambil tersenyum.

Jaemin menjatuhkan pandang pada kedua ujung sepatunya yang sudah berlumpur. "Harusnya gue ngelarang kalian waktu itu, harusnya kita gak ada disini, dan harusnya Jeno sama Xiyeon masih hidup sampe sekarang ... maaf." Tanpa disadari setetes cairan bening membasahi sepatunya. Jaemin menangis sesal.

"Bukan salah lo. Lo hebat masih bisa bertahan dengan keadaan sehat sampe sekarang," Renjun memeluk sahabatnya. Dia tau Jaemin sedang hancur.

"JAEMIN, RENJUN ... ADA KABAR BAIK!! PAK JIYONG UDAH KETEMU SAMA ANAKNYA. ITU ARTINYA KITA BISA SEGERA KELUAR DARI PULAU INI!!!" teriak seorang gadis yang berlari masuk ke dalam goa. Itu juga teman Jaemin, namanya Shuhua.

Renjun melepaskan pelukannya, Jaemin tersenyum sumringah, sedangkan Asahi dan Jeongwoo saling tatap karena tidak paham kemana arah pembicaraan ketiga orang tersebut.

"Maaf, maksudnya Pak Jiyong udah ketemu anaknya itu gimana?" tanya Asahi ragu. Takut dibilang ikut campur urusan orang lain.

"Pak Jiyong itu penjaga Pulau ini yang tinggal di kaki gunung. Barusan gue ketemu sama anaknya yang katanya udah hilang dua puluh tahun, langsung aja deh gue anterin dia kesana,
























































































namanya Yoon Jaehyuk."

╰─➤𖥸 ᴛᴏ ʙᴇ ᴄᴏɴᴛɪɴᴜᴇᴅ

 ⸙͎۪۫ MY TREASURE ✔︎Where stories live. Discover now