"Ya?"

"Ayo dimakan, ibu sudah cape-cape loh mencari bahan makanannya. Lalu memasak masakan enak ini, kamu pasti suka." Ibunya berucap dengan senyum yang mengembang di bibirnya, sangat indah.

Jake diam, dia tidak mengerti.

"Jake tidak tahu apa yang aku suka, jake hanya memakan apapun yang sudah disediakan."

Seokjin hanya tersenyum, "ibu mengerti, sayang" ujarnya sambil mengusap surai indah anak pertamanya itu. Melihat hal itu, Ni-Ki sangat ingin mencairkan suasana.

"Kak, bagaimana kalau malam ini aku mengajarkanmu cara berburu? Kau belum pernah merasakan betapa nikmatnya rusa-rusa di hutan, bukan?" Tanya Ni-Ki dengan sumringah.

"Apakah kakak mu yang bodoh itu masih tidak bisa menangkap seekor rusa kecil?" Sebuah suara yang menakutkan mengiterupsi semua orang yang ada di sana, tak terkecuali para pelayan yang sudah gemetar ketakutan. Bahkan Ni-Ki langsung terdiam, dia benar-benar merasa bodoh sudah membawa topik seperti ini di saat ada ayahnya.

"Ayah, ma-maksudku aku akan mengajarkan kakak bagaimana cara mencabik mangsa sampai langsung mati hanya dalam satu serangan"

Namjoon yakin Ni-Ki berbohong. Jake tidak pernah sekalipun terlihat berburu dengan benar, dia tidak memiliki hasrat untuk itu. Mendengar penjelasan anak keduanya itu membuat Namjoon naik pitam.

"ENYAH SAJA KAU, SIM JAEYUN! KAU TIDAK LAH LEBIH DARI SAMPAH KELUARGA KITA! AKU SANGAT TIDAK SUDI MENGANGGAPMU SEBAGAI BAGIAN DARI KELUARGA SIM"

Mendengar perkataan suaminya sontak membuat Seokjin marah, "Kau gila, Namjoon! Jake tetaplah anakmu! Anak kita!"

"Teruslah bela makhluk tidak berguna itu, Jin. Aku benar-benar sudah muak dengannya!"

Ni-Ki sekuat tenaga menahan tangisnya, dia bukanlah tandingan ayahnya kini, seandainya bisa, sudah dia buat babak belur ayahnya itu.

Namjoon membanting gelasnya hingga pecah berkeping-keping, lalu meninggalkan ruang makan itu.

"Namjoon!" Seokjin berlari mengejar suaminya yang berjalan semakin menjauh. Seokjin menangis karena dia bingung, dia tau Namjoonnya adalah sosok yang penyayang, bahkan saat Jake masih di dalam kandungannya, Namjoon lah yang selalu bertanya setiap hari bagaimana kondisi Jake. Tetapi Seokjin juga sangat menyayangi Jake, dia tidak sanggup melihat penderitaan anaknya.

"Ni-Ki?"

Suara lembut itu menginterupsi keheningan yang melanda. Orang yang dipanggil menolehkan wajahnya, "Ada apa, kak?" Tanya Ni-Ki berusaha terlihat kuat di depan kakaknya.

"Apa yang terjadi? Aku tidak mengerti mengapa ayah berucap segitu kerasnya, dan mengapa ibu menangis?"

Cukup, Ni-Ki tidak sanggup melihat kakaknya. Ni-Ki menangis. "Ki? Kenapa kau ikutan seperti ibu? Apakah ada yang salah denganku?"

Tangis Ni-Ki semakin pilu. Dia sangat ingin memiliki kakak yang kuat, kakak yang bisa melindunginya. Tetapi kenyataan justru tidak berpihak kepadanya, dia memiliki kakak yang lemah yang justru harus dia lindungi.

"Ni-ki?"

Tesss

Tesss

"Kak? Kau menangis" ucap Ni-Ki yang semakin miris melihat kakaknya.

"Aku..... aku sungguh aku tidak mengerti apa yang terjadi. Aku pun tidak paham mengapa aku menangis saat melihatmu dan ibu seperti ini."

.

.

Jake pergi dari rumah.

Pertama kalinya Jake pergi tanpa pengawasan siapapun. Jake hanya terus berjalan tanpa ada rasa takut, karena dia memang tidak tau apa itu takut.

Perfectly Asperger  •  Sungjake Vampire!AUWhere stories live. Discover now