Drama Blind Audition

26 1 0
                                    

Cleaning out my closet

"Siap-siap, ya, Mas. Sebentar lagi namamu dipanggil, ingat ini siaran live. Jadi, usahakan gak ada kesalahan oke! Santai aja, jangan grogi, anggap saja ini latihan di studio."  Begitu Mas Omes--pembawa acara The Voice indonesia--berujar menyemangati sesaat sebelum namaku dipanggil dalam ajang pencarian bakat bergengsi ini.

Suara gemuruh musik pengiring mulai berbunyi menggelegar, membuatku gugup, air liurku nyaris kaluar mulut, pertanda adrenalinku mulai memuncak.
Aku harus berhasil lolos dalam audisi malam ini, harapan terbesar ada pada malam ini. Minimal satu orang juri menekan tombol di mejanya, lalu kursinya berbalik ke arahku sebagai tanda dukungan untuk lolos ke tahap berikutnya.

Mengenakan sneakers putih tanpa tali, celana jeans  dan t-shirt putih dibalut cardigan abu-abu, tak lupa topi dengan warna senada yang dikenakan agar tampak serasi. Malam ini aku harus tampak seperti seorang rapper.

"Bismillah." Hatiku berucap pelan. “Semoga malam ini semua lancar.” Hatiku menambahkan.

Segera namaku dipanggil, kupeluk erat Mas Omes seraya meminta support lagi padanya,  kusalami juga mas Azis sebagai tanda terima kasih karena sudah mengatar sampai ke belakang panggung, dan kulambaikan dua jari tangan pada kamera yang mulai merekam.
Beberapa saat lalu ....

Pelan kulangkahkan kaki ke dalam ruangan besar layaknya gedung teater mewah dengan lampu-lampu besar yang menyorot dan perlahan meredup tanda musik akan segera dimulai. Kutarik napas panjang, tetapi perlahan, aku ingin emosi ini larut ke dalam lagu agar benar-benar menjiwai, dan yang pasti agar pesan lagu yang kubawakan sampai pada seseorang yang kutuju.

Tiba-tiba aku ingat Ibu, kakak dan adikku yang telah menyuruhku pergi dari rumah. Belum hilang rasa sakit dibuang oleh keluarga, dipermalukan dan dihina, walau aku sadar, semua terjadi karena aku seorang pendosa yang telah membuat malu keluarga. Aku ingat akan semua itu, tentang dosa yang akhirnya memutuskan asa keluarga terhadapku. 

Ya, aku nyaris dipenjarakan oleh keluarga dan orang tua sendiri. Beruntung aku berhasil lepas dari jeratan hukum, memutuskan pergi mengikuti arah kaki melangkah, dan di sinilah aku berada sekarang.

Aku benar-benar kecewa terhadap diri sendiri. Kadang, aku pun ingin tertawa jika mengingat masa-masa yang terlewat. Hidupku, terlalu ambigu.

***

Suara melodi keyboard mulai berbunyi pelan, tak lama ketukan drum elektronik mulai mengiringi, nadanya sangat pilu saat musik pembuka dimulai, aku mulai bernyanyi layaknya Eminem di atas panggung.

   "Where's my snare?
    
     I have no snare on my headphones
    
     There you go
    
     Yeah

     Yo yo

      Have you ever been hated or discriminated
      againts

     Pernahkah kamu dibenci atau didiskriminasi?

     I have, I've been protested and demonstrated
     againts"

Semangatku meluap-luap saat bait pertama lagu ini kunyanyikan, aku ingin ini jadi sebuah pesan, kulapalkan lirik lagu ini pelan dengan penekanan pada bait-bait tertentu. Aku berharap satu atau dua juri segera menekan tombolnya dan kursinya berputar ke arahku.

Pada bagian Chorus sengaja ku tinggikan suaraku hingga empat oktaf agar lagu rap ini tampak lebih nge-Rock.

    "I am sorry mama

     I never meant to hurt you

     I never meant to make you cry

     But tonight, I'm cleanin' out my closet"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 21, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Cleaning out my closet Where stories live. Discover now