Bagian 1 : Tour Guide

Start from the beginning
                                    

"Enggak Mit. Siapa sih yang mau sama janda?" Salena meringis.

Dulu, ketika ia belum menikah, ia tidak pernah berani menyukai seorang pria karena tau diri.

Dirinya hanya berasal dari panti asuhan. Asalnya tidak jelas.

Salena tidak tau siapa kedua orang tuanya.

Bahkan berteman pun ia merasa tidak pantas.

Namun, saat masuk SMA. Ia bersyukur dipertemukan dengan empat sahabatnya. Yang menerima dirinya masuk dalam lingkaran pertemanan mereka. Tidak pernah membuat dirinya merasa terpojok karena ia yang berasal dari panti asuhan yang tidak memiliki apapun.

Salena merindukan keempat sahabatnya.

Sejak lulus sekolah mereka sudah jarang bertemu, pun berkomunikasi karena  sibuk dengan urusan masing-masing.

Salena mengerti hal tersebut.

Apalagi, sejak ia menikah waktu itu dan mengalami keguguran, ia menutup diri. Merasa sedih hingga menjauh dari para sahabatnya. Menikmati kesedihannya seorang diri.

Mengingat masa-masa itu membuat Salena kembali dirundung rasa bersalah.

Ternyata....

Sudah dua tahun berlalu.

Sudah dua tahun juga ia tinggal di sini. Bekerja menjadi tour guide. Berbekal pintar bahasa Inggris. Untung saja pemilik jasa tour guide tempatnya bekerja menerimanya walau hanya lulusan SMA, ditambah berbekal sertifikat kompetensi pramuwisata. Karena sebelum bekerja di agen tersebut, ia beberapa kali mengikuti pelatihan dan magang di berbagai agen.

Kemudian menempuh pendidikan D3 mengambil sastra Inggris di salah satu kampus di kota tersebut.

Atasannya juga tak mempersalahkan dirinya yang berstatus janda.

Inilah yang membuatnya semakin tidak percaya diri jika ada pria yang menyukainya.

Tingkat kepercayaan dirinya semakin menipis setelah menyandang status janda.

Meski teman-teman sesama tour guide tempatnya bekerja tidak terang-terangan membicarakannya, namun ia sering kali mendengarnya secara tidak sengaja.

Mengatakan jika usianya yang masih dua puluh dua tahun telah menyandang status janda.

Begitu miris kisah hidup Salena.

Hidup sendirian sejak kecil walau banyak saudara pantinya. Namun, ia tetap merasa kesepian tanpa adanya kasih sayang kedua orang tua.

Sejak kecil sering mendengar perkataan yang tidak pantas di dengar anak kecil.

Tentang alasan dirinya hidup di panti asuhan.

Salah satunya karena ia anak haram. Anak yang tidak diinginkan. Anak yang berasal dari luar pernikahan. Sehingga dibuang di panti asuhan.

Bahkan ketika ia beranjak remaja, lulus SMA. Ia masih saja mendapatkan perkataan yang tidak mengenakkan saat ia bekerja di sebuah club.

Menjadi seorang pelayan.

Tentu banyak yang menjelekkan dirinya. Menganggap ia seorang pelacur.

Padahal ia hanya seorang pelayan. Mengantarkan minuman orang-orang yang memesan. Tidak pernah sekalipun melemparkan diri ke pria hidung belang agar ia mendapatkan banyak uang.

Namun, sekali lagi ia harus menutup kedua telinganya saat ia hamil di luar nikah.

Ia dipaksa, padahal niat baiknya ingin menolong pria yang merenggut kesuciannya.

Memang, jika berbuat kebaikan belum tentu dibalas dengan kebaikan.

Menghela nafas panjang. Kenapa ia tiba-tiba melakukan tur ke masa lalu?

Sudah cukup semuanya.

Salena menikmati hidupnya saat ini.

Menjadi seorang tour guide.

Bertemu dengan orang-orang dari berbagai macam negara bahkan berbagai daerah jika orang lokal yang memakai jasanya.

Mendapatkan uang yang mampu membiayai hidupnya saat ini.

Tempat tinggal, makan serta kebutuhan sehari-harinya.

Ya begini lebih baik.

***

"Makasih As."

Salena melepaskan helm dari kepalanya lalu menyerahkannya pada Astra yang mengantarnya hingga ke tempat kosnya.

"Sama-sama Len." Astra menerima. Ia menyimpan helm tersebut di gantungan depan motor. Di antara kedua kakinya. Lalu menatap Salena. "Em.. besok kamu libur, kan?"

"Ya. Hari Senin baru masuk. Kenapa?"

Astra menggaruk tengkuknya salah tingkah. Menghela nafas pelan terlebih dahulu sebelum berujar, "Aku mau ajak kamu keluar."

"Ke mana?"

"Ya... ke mana gitu...," jawab Astra canggung.

Keduanya tertawa.

Salena menggeleng pelan masih mempertahankan tawanya. "Astaga! Kita tour guide As. Selalu pergi ke tempat-tempat wisata. Kayaknya semua tempat wisata di sini udah kita singgahi deh."

"Oh sombong!" cibir Astra tersenyum geli membuat Salena memukul pelan lengannya.

Tersenyum kalem. Salena menggeleng pelan. "Gimana kalau makan bakso aja? Aku udah lama gak makan bakso."

Astra menatap tidak percaya Salena lalu tertawa. "Serius? Astaga Len! Kamu beda dari cewek lain."

"Kentara banget ya kamu sering jalan bareng banyak cewek?"

Seketika Astra terdiam. Meringis pelan mendengar sindiran Salena. "Itu dulu kok," jawabnya kikuk.

Salena hanya tersenyum kalem. Segera menyuruh Astra pulang dan tidak lupa mengucapkan kalimat hati-hati.

Masuk ke dalam kamar kosnya. Menyalakan lampu.

Langsung saja menghempaskan tubuh di atas tempat tidur.

Menghembuskan nafas pelan.

Salena tau, Astra mencoba mendekatinya.

Namun, ia tidak tau apakah Astra hanya tertarik atau hanya penasaran?

Salena tidak terlalu berpengalaman tentang seorang pria walau suda pernah menikah.

Bahkan ia pun belum terlalu yakin dan tidak tau apa itu cinta.

Karena pernikahannya dulu tidak berdasarkan cinta. Melainkan hanya karena adanya 'kecelakaan' yang mengharuskan dirinya terikat tali pernikahan.

***

See you the next chapter
Salam manis dari NanasManis😉
18/02/21

Bittersweet DivorceWhere stories live. Discover now