"Kan cantik banget,"

"Kalungnya?"

"Kamu, kamu cantik banget," puji Jeff sambil tersenyum manis. Ia merapikan rambut pirang gadis di hadapannya itu dengan senyuman yang tidak luntur dari bibirnya.

"Ini pertama kalinya ada orang muji aku,"

"Ana, kamu punya banyak secret admirer tahu. Banyak orang yang pengen deket sama kamu. Tapi itu semua nggak perlu, karena udah ada aku. Cukup aku aja yang jadi temen kamu," ucap Jeff sambil meremas kedua pundak Ana. Terlalu bersemangat.

"Kita beneran nggak pernah ketemu, Jeff? Aneh, aku nggak pernah ngerasa nyaman sama orang baru sebelumnya. Tapi kalau sama kamu, aku ngerasa kita kayak udah lama kenal,"

Ana menatap manik mata Jeff, Ana sudah memastikan itu. Manik mata ini tampak sangat familiar, ia merasa pernah menatap mata itu sebelumnya.

Sementara pikiran Jeff kosong, ia tidak tahu harus menjawab apa. Kalau ia jujur,  memangnya Ana akan percaya?

"J-Jeff," Ana terkejut ketika Jeff mempersempit jarak di antara mereka.

"Coba perhatiin lagi mata ini," ucap Jeff.

Tapi bagaimana bisa Ana fokus dengan jarak yang setipis ini.

"Ayo inget-inget,"

"Aku—,"

"HEH! NGAPAIN LO!" Meli melemparkan topeng kayu pemberian Jeff tadi ke arah sang pemberi.

Jeff otomatis menjauh dari Ana, "sakit dodol!" ia mengusap kepalanya berkali-kali.

"Mel itu keras loh?" Ana mendekati Jeff dan ikut mengusap kepalanya. "Sakitnya dimana, Jeff?".

Jeff yang mendapat perlakuan itu menahan senyumannya, "di sini, sakit banget cenat-cenut," adunya sambil mengarahkan tangan Ana ke kepalanya.

"Minta maaf, Mel!" perintah Ana.

"Lo jangan belain predator kayak dia dong! Nanti tuman!"

"Udah nggak papa kok," dengan begitu, Ana sedikit melangkah mundur untuk menjauh dari Jeff.

"Manja lo!"

"Sewot lo mak lampir! Mana tadi kuenya, ayo rayain ultah kalian!"

"Cuma Seli yang ultah," jawab Meli sambil duduk di meja makan dan membuka kue dari toko Jess.

"Hah? Kok bisa?"

"Iya, aku lahir tanggal 11 jam dua belas kurang 3 menit. Terus 7 menit selanjutnya baru Meli. Dan itu udah ganti hari, makanya dia tanggal 12 aku tanggal 11," jelas Ana.

"Ohh jadi gitu. Yaudah lo nggak usah ikut makan," Jeff menggeser kotak kue tadi.

"Cok! Baru mau gue potong!" Meli nampol tangan Jeff agar lepas dari kardus tadi.

"Kita emang nggak pernah ngerayain sih sebelumnya," Ana turut bergabung dan duduk di kursi kepala keluarga.

"Kalau gitu aku orang pertama yang ikut gabung ke perayaan ini," ucap Jeff sambil tersenyum ke arah Ana.

"Lo nggak bawa lilin?" tanya Meli.

"Pake aja lilin aroma terapi!!" jawab Jeff sinis.

"Jing!!"

"Tolong jangan berantem ya, kalian katanya temen kok kayak musuhan gini sih?" tanya Ana heran.

Jeff tersenyum sambil menunjuk Meli. "Dia yang mulai," ucapnya.

"Lo tuh yang nyari gara-gara! Oh ya mobil lo nggak sengaja kesemprot waktu gue nyiram bunga tadi," ucap Meli santai.

"Biarin masih air juga,"

"Tanah kok,"

"Anj-astaga, aku keluar bentar ya," ucapnya manis ke Ana. Dan beralih ke Meli dengan wajah datarnya, "awas lo!".

"Kamu apain, Mel?" tanya Ana sambil memberikan Meli pisau.

"Gak di apa-apain sebenernya. Gue bohong," jawab Meli sambil memotong kue itu.

"Jeff juga ngasih kamu hadiah?"

Meli menunjuk topeng kayu yang sudah tergeletak di lantai. "Noh! Sama kue ini, gue kira dikasih gue ternyata tulisannya nama lo. Gue cuma disuruh bawa, itu kalung dari dia?"

Ana mengulum bibirnya, "aneh ya? Baru kenal udah ngasih barang mahal," bisik Ana sambil mengusap liontin itu.

"Mungkin lo orang spesial di hidupnya," jawab Meli sambil memotong kue untuk dibagikan untuk mereka bertiga.

"Kamu boleh ambil ini, Mel," Ana memberikan paper bag berisi dress ke Meli. Meli membukanya dan menjerengnya, ia perhatikan desain baju itu.

"Buat gue?" tanya Meli.

Ana hanya mengangguk.

"Ini dress gaya lo banget gila, gak mau gue!!" Meli memberikan dress itu ke Ana.

Ana memperhatikan dress itu, dan ia merasa familiar lagi. Sebenarnya, apa yang aneh dengan Jeff.

"Sorry ya lama," Jeff kembali ke tempat duduknya.

"Yaelah gue kira udah pulang," celetuk Meli.

"Gue nggak ngunjungin lo,"

"Aku suruh Hanan ke sini ya," Ana membuka ponselnya dan mencari nomor Hanan.

"Lah buat apa?" tanya Meli heran.

"Biar Jeff nggak cowok sendiri," ucap Ana sambil tertawa kecil, tapi matanya tidak lepas dari layar ponsel.

"Mending Meli aja yang pergi," ucapnya tak tahu diri.

Ana hanya tersenyum menanggapinya, sedangkan Meli. Dia hanya diam sambil mengunyah kuenya.

"Kok diem?" tanya Jeff heran.

"Orang gue ngunyah! Mau gue semburin ke wajah lo!"

"Kalian lucu deh," ucap Ana sambil memotong kue dengan sendok yang sudah Meli bagi. Lalu memakannya. Awalnya ia tersenyum getir dan lanjut mengunyah. Sementara Jeff hanya menjadi pengamat ekspresi yang Ana keluarkan. Ana menyimpan kekesalannya, ia tahu itu.

👾👾

HAPPPIBIDIII ROUZEHHHH

MMF YELAT

syukron🧕🏼🧝‍♂

To : My Pretty Ghost 🎀Donde viven las historias. Descúbrelo ahora