"Kenapa Yongie benci salju? Yongiekan suka dingin." Jaehyun mencubit gemas pipi gembul Taeyong.

"Aku benci karena salju mengingatkanku pada Mommy." ucap Taeyong yang semakin merengut. Tapi ucapan itu membuat Jaehyun mengernyit.

"Kau membenci Ibumu?" tanya Jaehyun dengan pelan.

Taeyong menolehkan kepalanya kembali keluar jendela, "Entahlah." ucapnya dengan datar.

Jaehyun menghela nafas, Taeyong selalu membuat teka-teki baru dipikirannya. Sudah berapa kali Jaehyun mendengar ucapan Taeyong yang membenci Ibunya sendiri, sebenarnya ada apa dengan mereka?

Keduanya hanya diam, suasana hening menghiasi sepanjang jalan menuju pemakaman orangtua Jaehyun.

*****

Jaehyun mengeluarkan beberapa buket bunga yang dibelinya dari mobil, "Kenapa membeli banyak buket bunga?" ucap Taeyong yang melihat beberapa buket bunga yang Jaehyun ambil.

"Hanya ingin." Jaehyun tersenyum menjawab pertanyaan Taeyong, tangannya mengambil tangan Taeyong, menaruhnya pada saku mantelnya.

"Supaya kau lebih hangat." ucapnya. Taeyong memalingkan wajahnya kearah lain ketika merasakan wajahnya terasa memanas.

Keduanya berjalan dengan hening, tanpa sengaja mata Taeyong melihat salah satu buket bunga yang terlihat begitu kontras diantara yang lainnya.

"Warna merahnya terlalu kontras dengan bunga yang lain." ucap Taeyong, Jaehyun menoleh kesamping, melihat Taeyong yang menatapi buket bunga yang ada ditangannya.

"Hm, sengaja." Jaehyun tersenyum tipis, tangannya merambat pada saku mantelnya, menggenggam lembut tangan Taeyong yang berada didalamnya.

"Untuk siapa?" tanya Taeyong penasaran.

"Untuk seseorang yang spesial." jawab Jaehyun sambil mengulum senyumnya sendiri. Matanya melirik kearah wajah Taeyong yang mulai merengut.

"Cih! Spesial apanya?!" gerutu Taeyong pelan, membuang wajahnua kesamping dengan mata mendelik.

"Jangan marah-marah." ucap Jaehyun, mengelus pipi Taeyong dengan lembut, disertai senyuman lesung pipinya yang terlihat tampan.

"Siapa yang marah-marah?!" Taeyong mengibaskan tangan Jaehyun agar berhenti menyentuh pipinya, mengeluarkan tangannya sendiri dari saku mantel Jaehyun.

Jaehyun hanya mengangkat bahu acuh, lalu meraih tangan Taeyong untuk digenggam. "Aku mendengar gerutuanmu tadi."

Taeyong semakin merengut kesal, "Siapa yang menggerutu?! Telingamu saja yang salah dengar. Sudahlah! Jalanmu lamban sekali!" tangannya sedikit menghempas agar genggaman Jaehyun terlepas, kaki rampingnya melangkah cepat untuk menghindari Jaehyun.

Sedangkan si tampan hanya tergelak melihat tingkah Taeyong, "Tunggu aku." Jaehyun sedikit berlari menghampiri Taeyong.

"Ini untukmu." ucapnya, menyodorkan buket bunga mawar merah yang disebut Taeyong begitu kontras tadi dihadapan wajah cantik itu.

Taeyong mengangkat alisnya, "Kenapa untukku? Berikan saja pada seseorang yang katamu spesial tadi." ucapnya dengan acuh dan datar.

Jaehyun tersenyum tipis, "Kau orangnya." tangannya meraih tangan Taeyong, membuka jari-jemari Taeyong agar menggenggam buket bunga yang diberikannya.

"Huh?" Taeyong memandang bingung kearah Jaehyun.

CUP

Bulatan mata Taeyong melebar kala kenyalnya dua belah bibir Jaehyun mendarat dikeningnya, tubuhnya sedikit bergetar merasakan detak jantungnya yang memacu hebat.

My Bodyguard (JAEYONG) ✔️Where stories live. Discover now