14. Pretty Junior and Dance

2.8K 417 12
                                    

Time Mark :
Harry Potter and the Goblet of Fire.

•••

Tugas pertama dari Triwizard adalah naga????

Itu adalah pertanyaan tak terduga yang berada di pikiran Vanesha saat melihat Cedric keluar dari tenda para juara lalu bergelut dengan naganya.

Jarak duduk Vanesha tidak terlalu jauh dengan Draco. Vanesha duduk di agak bawah bersama dengan Victoria, sementara Draco diatas dengan Crabbe, Goyle, Blaise, Pansy, dan juga Daphne.

Oh tunggu, ada satu gadis lagi di sebelah Daphne. Vanesha belum pernah melihatnya.

"Hey, Vic. Siapa gadis disebelah Daphne?" tanya Vanesha.

Victoria menoleh dan mendapati gadis yang dimaksud, "Oh itu.. Kalau tidak salah, dia adik dari Daphne, Astoria Greengrass," jawabnya.

Cantik.

Kata-kata yang terpikirkan oleh Vanesha saat melihat Astoria. Rahangnya tegas. Terlihat cocok sebagai siswi Slytherin.

"Harry! Harry! Harry!"

Semuanya sedang meneriaki nama Harry sekarang. Ya, ini gilirannya untuk menjalankan tugas pertama itu. Vanesha penasaran, naga apa yang akan dihadapi Harry?

Sesaat setelah Harry keluar dari gua, naganya muncul. "Demi Merlin, itu Horntail!!" pekik Vanesha.

Sepanjang pertandingan Harry, Vanesha sangat tidak fokus. Pikirannya kemana-mana.

Dia agak sedikit khawatir dengan nasib Harry yang dikejar oleh Horntail.

Dia heran kenapa Oliver Wood, murid Gryffindor itu daritadi menatap dia. Apa mungkin ada Victoria disebelahnya? Tapi, pandangan matanya selalu bertemu dengan Vanesha.

Dia juga tidak berhenti melihat bangku atas. Tepatnya Draco. Karena menurutnya, hari ini Draco tampak.. tampan?

Tapi bukan itu distraksi sebenarnya. Beberapa kali pikirannya terus bertanya-tanya dengan kehadiran Astoria.

Terlalu banyak yang ia pikirkan sampai tak sadar, pertandingan sudah selesai. Harry muncul dengan firebolt dan dengan sigap mengambil telur emas itu.

•••

"Daphne, aku akui, adikmu sangatlah cantik! Benar begitu kan, Draco?" ujar Pansy saat mereka berdua sedang berada di common room.

Oh, ini momen yang jarang, common room Slytherin cukup ramai. Ada Draco, Goyle, Crabbe, Blaise, Pansy, dan Daphne sedang duduk di sofa dekat perapian. Sementara yang lain juga tengah berkumpul disana.

Sebelum Draco menjawab, pintu asrama terbuka dan menampakkan Vanesha serta Victoria yang kelihatannya baru saja kembali dari suatu tempat.

"Entahlah, Pansy. Standarku cukup tinggi," jawab Draco sambil menatap Vanesha.

"Kau serius, Draco? Maksudku, lihatlah dengan baik wajah Astoria! Dia sangat cantik," seru Pansy.

"Hentikan, Pansy. Aku rasa Draco bisa memilih mana yang cantik baginya," ujar Blaise yang mulai mengerti keadaan antara Draco dan Vanesha.

"Terserah padamu, Blaise!" ujar Pansy.

Vanesha jalan mendahului Victoria, tapi kemudian terhenti karena Terence memanggilnya, "Hey, Black."

Vanesha menoleh, "Iya?"

"Apa kau ada waktu? Aku mau mengajakmu untuk jalan-jalan di Hogsmeade," ajak Terence.

Apakah Slytherin selalu seperti ini? Blak-blakan? Vanesha selalu lupa dan selalu terkejut.

"Tentu. Tapi aku akan makan siang terlebih dulu, Higgs," jawab Vanesha dan Terence mengangguk.

"Have a good lunch and see you later,"

Victoria hanya menganga, "What is that?????" Vanesha mengedikkan bahunya dan jalan kembali menuju kamarnya.

•••

Great Hall siang ini tidak terlalu ramai. Hanya saja, Gryffindor terlihat memenuhi ruangan itu. Vanesha dan Victoria memilih duduk di dekat pintu.

Semuanya menatap Ron yang tiba-tiba berdiri sambil memegang baju yang baru saja dikirim oleh ibunya.

"Lihatlah si Weasley dengan baju anehnya," ujar Victoria.

"Diamlah, Vic,"

Ron tampak kebingungan karena bajunya tampak seperti gaun. Dia mengira itu adalah baju Ginny.

Terdengar suara Hermione tertawa, "Itu bukan kiriman untuk Ginny, itu untukmu."

Fred dan George bahkan hampir seisi ruangan menertawakan Ron.

"Tunggu, Vic. Weasley benar, untuk apa ibunya mengirim jubah pesta?" tanya Vanesha.

Victoria memutar bola matanya sambil terus mengunyah, "Yule ball, Van."

•••

Seluruh siswa diberitahukan oleh masing-masing kepala asrama mereka untuk menyiapkan Yule ball yang akan diadakan pada malam Natal.

Vanesha bahkan lupa kalau minggu ini sudah memasuki minggu Natal.

"...pesta Natal ini, acaranya yang terutama dan terpenting adalah, dansa," ujar Snape yang menyebabkan keluhan keluar dari mulut murid Slytherin.

"Silence!" seru Snape.

"Profesor, apakah harus berpasangan?" tanya salah satu murid.

Snape menoleh, "Tentu, kecuali kau mau berdansa dengan sapu terbangmu sendiri."

Keluhan keluar sekali lagi dari mulut mereka. Bukankah ini terlalu... awkward?

"Nah, untuk contoh," Snape menarik Draco dan Vanesha untuk berdiri di tengah-tengah mereka, sebagai contoh.

"Miss Black, letakkan tangan kirimu di pundak Mr. Malfoy dan Mr. Malfoy, pegang pinggang Miss Black dengan tangan kirimu. Kaitkan kedua tangan kanan kalian dan menarilah sesuai irama, simple."

Snape kemudian mengayunkan tongkatnya dan lagu terdengar. Hal ini membuat Draco dan Vanesha harus menari mengikuti irama.

"Aku kira, kita hanya memperagakan posisi tubuh. Kenapa harus menarinya juga?" bisik Vanesha.

Draco menahan senyumnya, "Cukup lakukan saja."

Beberapa hitungan, barulah Snape memberhentikan lagunya. Draco dan Vanesha masih berada di posisi yang sama juga saling bertatapan.

"Apa kalian menunjukkan kenyamanan kalian, huh?" tegur Snape dengan ekspresi datar.

Keduanya langsung melepaskan satu sama lain dan kembali ke tempat masing-masing.

Victoria berbisik panik, "Apa itu tadi, huh?" Vanesha hanya menggeleng dan menyuruh Victoria untuk diam.

•••

amortentia (ft. draco malfoy)Where stories live. Discover now