11. Hard Reply

3.1K 433 1
                                    

Time Mark :
Harry Potter and the Goblet of Fire.

•••

Hari pertama di tahun keempat.

Sore ini, siswa Hogwarts disuguhi pemandangan kuda terbang yang membawa siswa Beauxbatons dan juga kapal yang membawa siswa Durmstrang.

Tunggu, ada apa ini?

"Vic, ada apa ini?" tanya Vanesha.

"Demi Merlin, itu adalah dua sekolah sihir yang akan ikut bertanding di Triwizard Tournaments!" jelas Victoria.

Pada saat makan malam, Dumbledore menyampaikan beberapa kata yang sepertinya menjawab jelas pertanyaan Vanesha tadi sore.

"Kastil ini tidak hanya akan menjadi rumah kalian tahun ini, tapi juga rumah bagi tamu istimewa. Ketahuilah, Hogwarts terpilih menjadi tuan rumah ajang legendaris, Turnamen Triwizard.

Bagi yang belum tau, Turnamen Triwizard diikuti tiga sekolah untuk bertanding sihir. Masing-masing sekolah diwakili seorang murid. Biar kuperjelas, apabila terpilih, kau sendirian. Percayalah, pertandingan ini bukan untuk anak penakut."

Vanesha langsung menatap Draco, "You coward," ledeknya.

Draco mendengus kesal, "Awas kau, Van!"

Dumbledore melanjutkan, "Sekarang mari kita sambut, murid-murid perempuan Sekolah Sihir Beauxbatons dan kepala sekolahnya, Madam Maxime."

Semuanya melihat kearah pintu Great Hall yang terbuka dan beberapa murid perempuan yang disebutkan tadi berjalan dan menyapa para murid.

"Haa.." sapa mereka yang menurut Vanesha sangat... aneh.

Huh, tampaknya Draco senang melihat para gadis itu. Lihat saja wajahnya tampak segar dari sebelumnya.

Selesai menyapa, satu ruangan riuh bertepuk tangan, terutama para murid lelaki. Blood hell, apa mereka semiris itu melihat para gadis datang dari sekolah lain? Kira-kira seperti itu isi pikiran para murid perempuan saat ini.

Setelah menjabat dan mencium tangan Madam Maxime, Dumbledore kembali naik ke podium, "Sekarang teman-teman dari utara. Sambutlah dengan meriah, anak-anak Durmstrang dan pemimpinnya, Igor Karkaroff."

Semua kembali menengok ke pintu. Siswa Durmstrang memasuki Great Hall dengan tongkat sihir mereka yang diketuk di lantai dengan tegas.

"Demi Merlin, mereka sangat tampan!" seru Victoria.

"Baiklah, ini terlihat menarik," ujar Vanesha yang didengar Draco.

"Looking for your Krum, huh?" seru Draco.

Vanesha hanya memutar bola matanya malas, harus berapa kali bilang bahwa dirinya tidak tertarik dengan Krum.

Oh mereka menampilkan akrobatik!

Dan itu dia bintangnya, Viktor Krum masuk dengan langkahnya yang tegas. Kemudian diikuti oleh Igor Karkaroff.

Di pertengahan makan malam, mereka memasukkan sebuah barang, mirip menara. Menara kecil dan Dumbledore kembali mengucapkan beberapa kata.

"Eternal Glory. Itulah yang menanti murid yang memenangkan turnamen Triwizard ini. Untuk itu, ia harus melampaui tiga ujian yang sangat berbahaya. Maka Kementerian sudah menetapkan aturan baru. Untuk menjelaskannya, kami persilahkan Kepala Departemen Kerjasama Sihir Internasional, Mr. Bartemius Crouch."

Orang yang namanya disebutkan oleh Dumbledore tadi maju dan menyampaikan kebijakan turnamen yang baru.

"Setelah dipertimbangkan, maka untuk keselamatan mereka sendiri, Kementerian menyimpulkan murid di bawah umur 17 tahun dilarang ikut Turnamen Triwizard ini. Ini keputusan final."

Hal ini langsung mengundang protes dari murid, terutama murid Hogwarts yang menurut mereka tidak adil dan omong kosong. Dumbledore berteriak menyuruh diam kemudian keadaan kembali tenang.

Tongkat sihir Dumbledore membuka menara yang tadi dibawa masuk. Ternyata itu adalah The Goblet of Fire untuk mengundi siswa yang harus ikut turnamen ini.

•••

Sementara itu, di common room Slytherin, mereka ternyata masih tidak terima dengan kebijakan turnamen yang baru.

"That's rubbish," omel salah satu anak Slytherin.

"Menurut kalian siapa dari kita yang mungkin akan jadi perwakilan apabila tidak ada batasan umur?" tanya Pansy yang mengundang riuh asrama.

Banyak yang bilang Draco, Terence, Blaise atau siapapun itu. Terlalu banyak nama untuk didengar Vanesha.

"Bagaimana menurutmu, Draco?" tanya Pansy.

Draco menatap Pansy dan dengan lantangnya menjawab, "Vanesha Black."

Vanesha yang namanya disebut melotot kaget, "Apa-apaan, Draco?"

Draco berjalan mengitari common room, "Apa kalian lupa, bahwa Vanesha memiliki otak Ravenclaw dan jiwa Slytherin. Bukankah peluang menang untuk kita semakin besar?" ujarnya yang disetujui beberapa anak.

"Rubbish, Draco. Anak seperti dia tidak akan bisa menjadi perwakilan Slytherin. Lihat saja dia, berkawan dengan buku dan juga Granger si Mud-blood sok tau itu," ujar Pansy dan semuanya ikut tertawa.

Vanesha bisa lihat bahwa rahang Draco mengeras, "Hey, Pansy," panggilnya yang membuat mereka terdiam. "Aku tidak peduli bila kau menjelekkan si Mud-blood itu, tapi aku tidak akan diam bila kau berani menghina Vanesha sekali lagi,"

Pansy tertawa miris, "Apa kalian sudah menemukan arti saudara yang baik, huh? Atau kalian diam-diam berpacaran?"

"Jaga mulutmu, Parkinson! Lebih baik kau urus dirimu sendiri yang sepertinya haus akan perhatian daripada sibuk menghina kehidupan orang lain yang bahkan lebih penting dari hidupmu!"

Selesai membalas Pansy, Vanesha langsung pergi ke kamarnya karena terlalu emosi. Sekilas dia melihat wajah bangga Draco dengan dirinya yang sudah berhasil membalas Pansy lebih keras.

•••

amortentia (ft. draco malfoy)Where stories live. Discover now