I. Titik Temu.

39 5 0
                                    

Dinding yang memisahkan antara ruangan dalam rumah dan lingkungan luar menjulang tinggi di atas tanah luas di kompleks perumahan Jakarta yang tergolong mewah itu.

Gadis semata wayang keluarga Lee keluar membawa tas selempang yang berisikan buku-buku pelajarannya. Rambutnya yang berwarna coklat terang terlihat memukau di bawah paparan sinar matahari yang sangat terik hari itu.

Skylar menatap jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kanannya, lalu mengutuk dirinya sendiri yang tidak pernah bisa tepat waktu. Hari itu adalah jadwal Skylar pergi ke tempat bimbingan belajarnya.

Padahal ia sudah mewanti-wanti untuk tidak telat, tapi tetap saja. Jam sudah menunjukkan pukul 16:54 dan nyatanya ia masih ada di pekarangan rumahnya. Dengan terburu-buru ia masuk ke dalam mobilnya dan menyuruh supirnya untuk segera mengendarai mobil mengantarnya menjauh dari rumah.

Bangunan warna putih yang memiliki dua lantai itu lah yang menjadi saksi pertemuan Aldan dan Skylar yang sebenarnya sudah lebih dulu terjadi sebelum mereka berdua duduk di kursi SMA. Skylar dan Aldan yang notabenenya masih menjadi siswa SMP kelas akhir, mereka sama-sama berjuang untuk mendapat nilai yang memuaskan.

Ya, walaupun memang usahanya tidak sama rata.

Skylar berdecak melihat Aldan yang masih berduduk ria di warung dekat tempat bimbelnya. Dengan minuman sari jeruk di tangan, kakinya terlipat di atas kursi. Skylar pikir dia adalah orang paling teledor dan tidak tepat waktu, ternyata masih ada Aldan.

Namanya juga manusia. Hobinya menilai terus, walaupun tanpa sadar.

Rutinitasnya selalu seperti itu selama Skylar kelas akhir SMP. Skylar yang selalu telat 10 menit, dan Aldan yang selalu sengaja telat 15 menit, berpapasan di depan gedung.

Sampai suatu hari setelah kelulusan SMP, Skylar yang sekarang notabenenya adalah siswi salah satu SMA internasional bergengsi di Jakarta (dan Aldan siswa di sekolah yang sama.) Hari itu Skylar tidak menemukan Aldan di atas kursi kayu di pekarangan warung.

Melainkan di kursi tepat di samping kursi Skylar. Kursi yang biasanya kosong karena Skylar sengaja memilih kursi paling belakang, sekarang sudah di duduki oleh manusia yang biasanya lebih suka menduduki kursi warung.

"Ngapain disini?" Tanya Skylar ketus, terlanjur memandang Aldan jelek karena kesan pertamanya yang tidak bagus. "Kenapa? Ada orang disini?" Skylar diam sejenak. Memang tidak ada, tapi bukan berarti kursi itu boleh dia duduki!

"Nggak, sih." Aldan mengangkat bahu, merasa tidak ada masalah. Toh, kursi ini juga bukan hak kepemilikan Skylar. Sedangkan puan yang duduk di sebelahnya cemberut selama sesi bimbel hari itu.

Sebenarnya ia juga bingung. Dirinya bukanlah pribadi yang perfeksionis, Aldan pun punya hak untuk melakukan apapun yang dia mau—termasuk lebih memilih warung daripada bimbel—tapi kenapa ia begitu sewot? Ada urusan apa Skylar dengan manusia berkaki panjang yang sekarang sedang setengah tertidur itu?

"Lo orang Spanyol ya?" Skylar menoleh ke empunya pertanyaan yang matanya masih setengah tertutup. "Hah?" Skylar mengangkat alisnya kebingungan. "Iya? Bener?" Mata Skylar berjalan mengamati ujung kaki hingga ujung kepala Aldan, mencari tanda-tanda kesalahan pada dirinya karena—gimana bisa dia pikir Skylar orang Spanyol?

"Kenapa lo nanya gitu?" Bisik Skylar, atensinya kembali ke papan tulis yang ada di depan ruangan. Lalu tangan Aldan terjulur, menunjuk tempat pensil Skylar yang ternyata terdapat tulisan "Señorita" terjahit di bagian depannya.

Tapi fokus perempuan itu bukan ke benda yang ditunjuknya. Ada sesuatu yang lebih menarik atensinya—goresan bekas luka yang selama ini selalu tertutup hoodie yang dikenakan Aldan.











 Ada sesuatu yang lebih menarik atensinya—goresan bekas luka yang selama ini selalu tertutup hoodie yang dikenakan Aldan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 08, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

𝐏𝐄𝐋𝐀𝐍𝐆𝐈.Where stories live. Discover now