"Bagus. Kalau begitu aku ingin meminta sesuatu darimu." Shiro mengeluarkan ponselnya, dan kembali mendekati Ken yang masih mencoba untuk mengatur kepalanya.

***

Alisha menguap kecil di hadapan laptopnya. Bukan berarti dia tengah mengantuk, tetapi melihat seseorang menguap di layar panggilan videonya membuat dia ikut tertular.

"Rick, omong-omong di mana Lucy?" sambungnya memanggil salah satu dari beberapa wajah yang muncul di kotak-kotak panggilan video tersebut.

"Dia sedang mandi, kurasa," jawabnya lemas. Remaja berambut tipis dan hampir plontos. Cowok yang hanya menggunakan tank top tipis dan tertulis nama Rick Watson di kotak panggilannya.

"Mandi? Ini jam sembilan malam," heran salah satu yang lain. Cowok dengan rambut yang lebih lebat dan pakaian yang lebih tertutup daripada Rick, tepatnya piyama.

"Wanita butuh mandi, Sera. Kalian pada pria tidak akan paham."

"Apa menurutmu pria tidak butuh mandi?" balas lagi cowok bernama Sera itu.

"Terserah kau saja."

Sempat ada hening di antara panggilan mereka berempat. Selain saling menatap dan beberapa kali Sera mengambil tangkapan layar untuk mendapatkan wajah yang lucu akibat masalah jaringan. Sampai panggilan mereka bertiga diisi dengan dua kotak baru.

"Pacarmu dan adik kembarnya muncul," beo Rick sembari membersihkan kukunya.

"Dan teman kita yang baru saja menyelesaikan pertandingannya," tambah Sera memaksudkan pemanggil yang satunya.

Perlahan wajah mereka terlihat. Kamera yang sedikit tinggi dengan latar langit-langit ruangan menandakan dia sedang melakukannya di atas kasur.

"Hei!" Lang Fisher, yang di awal sapaan langsung memperbaiki posisi rambutnya.

Sementara yang satunya tidak berbicara sampai seseorang bertanya. "Cyan, di mana Shiro?"

"Mengambil cemilan di bawah." Begitulah yang terjadi, saat Cyan muncul maka Shiro akan dicari, ataupun sebaliknya. Mereka berdua saudara kembar, jadi menanyakan keberadaan salah satunya sering dilakukan.

"Di mana Lucy dan Andy?" lanjut remaja bernama Lang tadi.

"Lucy sedang mandi. Andy sepertinya punya pekerjaan rumah yang belum selesai," jawab Rick.

"Lupakan soal mereka. Bagaimana hasil pertandinganmu, Lang?" Topik segera diubah Cyan. Antusias yang lain ikut naik. Mereka tak sabar menunggu terlebih saat Lang tersenyum lebar.

"Senang sekali kalian bertanya." Dia menghilang sejenak dari layar, hanya terlihat kasurnya dengan selimut putih tebal. Sampai Lang kembali dengan sesuatu di tangannya.

"Tada! Aku juara dua!" sambungnya mengangkat medali perak dengan pita merah itu. Tepuk tangan yang pelan mengiringi kemudian.

"Tidak heran untuk seorang Lang Fisher."
"Kau hebat, Lang!"

"Terima kasih, teman-teman," balas Lang. Walau tidak nampak dengan jelas, tetapi wajahnya tengah memerah sekarang.

"Laaaaaang! Temanku, apa itu medali yang aku lihat? Kau benar-benar hebat, sobat!" Tak lama teriakan yang kuat muncul dari panggilan Cyan, tetapi itu bukan dia.

"Apa kau bahkan sadar suaramu itu bisa menghancurkan pendengaranku suatu hari nanti, Shiro?" protes Cyan sembari menggosok telinganya.

Sementara Shiro hanya mengedikkan bahu. "Apa peduliku? Omong-omong, ayah memanggilmu di bawah."

Sambil menghela napas, Cyan pergi, dan Shiro yang kini mengisi tempat duduk dengan mangkuk berisi keripik kentang.

"Hei, Shiro. Punya berita menarik?" tanya Lang.

You Just Met The Wrong PersonWhere stories live. Discover now