(ii) duren ; arin dan jennie

Start from the beginning
                                    

Setelah berlama-lama dirumah mewah Mattheo, Jennie izin pulang. Jam sudah menunjukan pukul 11 malam, ia harus kembali atau nanti gerbang kosnya dikunci.

Namun, Arin masih belum mau merelakan Jennie kembali ke kosnya. Ia masih mau bermanja dengan calon Bundanya itu.

"Arin, lepasin tangan kak Jennie. Dia harus pulang, kamu juga harus tidur." Ucap Mattheo tegas.

"Tapi dad.."

"Ayo dong Arin, besok kak Jennie janji bakalan jemput Arin disekolah. Gimana?" Tawar Jennie.

Mata Arin berbinar, "Serius?"

Jennie mengangguk pasti, Arin memeluk tubuh Jennie erat.

"Tapi anterin Arin ke kamar dulu." Kata Arin manja. Jennie mengangguk, dia menggendong tubuh mungil Arin ke kamarnya. Menidurkan Arin lalu menyelimuti tubuh kecilnya. Jennie mengecup kening Arin lembut, "Selamat malam, cantik. Semoga mimpi indah."

Arin tersenyum lalu memejamkan matanya.

Disaat Jennie hendak keluar kamar Arin, ia tersadar sesuatu. Ada sebuah figura yang mungkin adalah Arin dan Ibunya. Ada figura Mattheo dan istrinya.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jennie terdiam lama, "Cantik ya Bundanya Arin

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jennie terdiam lama, "Cantik ya Bundanya Arin." Gumam Jennie.

Jennie benar-benar terpaku pada foto Matthro dan mendiang istrinya yang berada disamping meja berwarna pink. Senyum Mattheo tampak bahagia, Jennie dapat merasakan perbedaan Mattheo. Apakah dia berubah menjadi pria tegas dan dingin setelah kehilangan istrinya?

"Jennie!"

Jennie terkejut saat suara Mattheo bergema dirumah itu. Jennie segera keluar dari kamar milik Arin, menghampiri Mattheo.

"Iya om?"

"Ayo pulang." Ajak Mattheo.

Jennie mengangguk dan berjalan membuntuti Mattheo. Didalam mobil suasana canggung berhasil keduanya bangun. Sampai Mattheo bertanya, "Nomer rekening kamu berapa?"

"Mau ngapain om?"

"Saya mau transfer uang yang saya janjikan."

Jennie membelak, ia kira Mattheo sudah lupa. Segera Jennie berikan nomor rekeningnya. Jennie hanya memperhatikan Mattheo mengutak-atik layar ponselnya, mungkin sedang transfer via ponsel.

Tak lama ponsel Jennie bergetar. "Udah saya transfer duaratus juta."

Jennie membelak tak percaya melihat tabungannya kini. Yang semula hanya berisi 300 ribu kini ada 200 juta.

Jennie tersenyum layaknya orang gila, ia memeluk ponselnya.

"Besok kalo mau jemput Arin, dia pulang sekolah jam sepuluh siang. Sekolahnya di xxx, kalo kamu butuh kendaraan kamu bisa telfon saya." Kata Mattheo.

"Tenang aja om. Saya punya motor dirumah, besok saya jemput anak om pake motor." Sahut Jennie.

"Satu lagi. Kalo uang itu habis, kamu kasih tau saya berapa kamu butuh uang."

Jennie menoleh, "Kenapa emangnya? Om mau make saya?"

Mattheo menggeleng, "Gak. Kalo kamu butuh uang bilang aja ke saya. Saya gak mau kamu jual tubuh kamu, jadi atau enggaknya nanti kita nikah, saya mau jadi orang pertama buat kamu." Kata Mattheo.

Jennie diam, ia meneguk salivanya. Bukan karena dia sebelumnya sudah dipakai, tapi pembicaraan Mattheo kenapa harus kesana sih? Jennie kan sebenarnya takut.

"I—iya." Kata Jennie.

» duren

tbc ..

duren - lty [au] ✔Where stories live. Discover now