Spring day

183 12 0
                                    

4 tahun kemudian.

Pagi yang cerah di musim semi. Rin masih terlelap dalam tidurnya.

Beberapa saat kemudian dia bangun.

Sudah pagi?

Gadis berusia 16 tahun itu beranjak dari tempat tidurnya lalu membuka jendela untuk menikmati udara musim semi.

Hangat. Langit biru dan bunga sakura terpampang indah dimatanya.

Tiba-tiba dia mencium aroma masakan di rumahnya.

Kaede-sama sudah memasak? apa aku bangun terlambat?

Rin segera menemui Kaede.

"Kaede-sama, anda sudah memasak?"

"Aku harus berangkat pagi hari ini."

"Apa anda akan pergi ke desa lain lagi?"

"Ya. Aku harus menyelesaikan wabah itu sebelum menyebar sampai di desa ini."

Rin mengerti. Sudah tiga hari ini Kaede sibuk mengurusi wabah yang terjadi di desa lain. Tak ada pilihan lain, Kaede adalah miko yang paling hebat di daerah ini.

Ada satu lagi, Kagome. Namun Kagome sedang melakukan perjalanan jauh bersama suaminya, Inuyasha. Sebagai Miko yang belum berpengalaman, dia ingin terus mencari pengalaman dengan menjelajahi setiap tempat dan menawarkan bantuannya.

"Rin, apa kau bisa membantuku?" ucap Kaede.

"Tentu, katakan saja."

"Sudah satu minggu ini aku belum sempat pergi ke hutan kabut, bisakah kau mengambil tanaman-tanaman disana untukku?"

"Hutan kabut?"

"Ya. Kau belum pernah kesana, apa tak masalah?"

"Tidak masalah, aku akan melakukannya"

Kaede sedikit khawatir. Hutan itu cukup sepi dan jauh dari tempat warga. Walau dia tak pernah menemukan apapun yang aneh disana, tapi..

"Aku akan meminta pembasmi youkai untuk pergi kesana." ucap Kaede.

"Eh? untuk apa?"

"Untuk melindungimu."

"A-apa? Itu tidak perlu, aku bisa menjaga diriku sendiri."

Kaede dalam hati setuju. Manusia berusia 8 tahun yang bertahan hidup di hutan liar, dan melakukan perjalanan berbahaya bersama youkai kuat. Rin sudah jelas manusia yang tangguh.

Tapi tetap saja, dia harus memastikan Rin selamat.

"Sudah, jangan membantah. Aku akan meminta pembasmi youkai untuk berjaga-jaga dihutan itu." ucap Kaede sambil beranjak pergi.

"Tapi, Kaede-sama..."

Kaede sudah terlanjur pergi.

Dia hanya tidak ingin merepotkan siapapun hanya untuk hal seperti itu.

"Hah baiklah."

Rin segera mengambil sarapannya dan bergegas berangkat.

___________________________

Rin berangkat. Sebelum pergi ke hutan, dia harus mengirim beberapa pesanan obat yang dipesan keluarga Miroku.

"Rin-sama!" sapa si kembar.

"Ohayou, Kin'u, Gyokuto. Apa yang sedang kalian lakukan?"

"Kami bersiap-siap untuk bermain keluar." ucap Kin'u.

"Oh, begitu."

"Rin-chan." ucap Sango

"Sango-sama, aku membawakan pesanan kalian."

"Terimakasih." ucap Sango sambil tersenyum.

Rin hanya membalas senyumannya.

"Mampirlah sebentar disini." tawar Sango.

"Tidak bisa. Aku harus melakukan sesuatu setelah ini."

"Ini masih pagi, kau sudah sibuk?"

"Ya. Aku harus pergi ke hutan kabut."

"Hutan.. kabut?"

Wajah Sango berubah menjadi khawatir,

"Beberapa hari ini, Kohaku bilang mereka merasakan aura youkai asing disana." sambung Sango.

"Aura youkai?"

"Sebaiknya kau jangan pergi kesana sampai sudah aman."

"Apa sudah ada yang melihat youkai itu?"

"Belum."

Rin berpikir sejenak, jika seperti itu mungkin saja youkai itu tidak jahat bukan? makanya mereka tidak melakukan apa-apa.

"Kalau begitu itu bukan masalah, youkai tidak selalu jahat, Sango-sama." ucap Rin.

"Tunggu, aku akan meminta Kohaku menemanimu."

"T-tidak usah, aku tak ingin mengganggunya bekerja."

"Tapi.."

Rin beranjak pergi.

"Tidak usah repot-repot, Sango-sama. Aku bisa melindungi diriku sendiri. Kalau begitu, aku pergi~ Kin'u, Gyokuto! Dadah!"

"Dadah, Rin-sama!"

Sango menatap anak itu sampai dia hilang dari pandangannya.

Dia.. sangat berani.

Wajar saja. Saat kecil, dia memiliki banyak kenangan bagus dengan youkai.

______________________________

Rin meninggalkan rumah Sango lalu bergegas pergi ke Hutan kabut.

Seperti yang dibilang, tempatnya cukup jauh. Dan semakin dia pergi kesana, semakin sepi dan jarang rumah-rumah warga di sepanjang jalan.

Akhirnya dia sampai.

Hutan itu penuh dengan pohon-pohon tinggi dan juga kabut tipis. Hawanya berbeda dari hutan lain, tapi..

.. Kenapa, rasanya tidak asing?

Rasanya Rin pernah merasakan hawa ini sebelumnya.

Kenangan?

Benar, pasti karena dia pernah tinggal di hutan sendirian.

Saat dia kehilangan ayah, ibu dan seluruh keluarganya. Kemudian para warga memperlakukannya dengan keras dan akhirnya dia selalu bermain di hutan sendirian.

Bukankah itu kenangan yang menyakitkan?

"Nah, ketemu."

Rin memetik tanaman-tanaman dan menaruhnya di bakul.

Seperti yang diharapkannya, beberapa tanaman disini tidak bisa ditemui di tempat lain. Itulah kenapa Kaede rajin kesini, walau tempatnya cukup jauh.

Rin mulai berjalan lagi.

Sssk

"Siapa?!"

Ada suara di semak-semak, Rin segera memeriksanya.

Ternyata hanya kelinci. Tapi..

"....?!"

Rin menoleh ke belakang.

Matanya membulat sempurna melihat apa yang ada disana.

Youkai berwujud kadal berukuran sedikit lebih besar dari manusia, muncul dihadapannya.

You ReturnWhere stories live. Discover now