"Ih cocok banget sama Mama. Iya nanti Caca sampaikan ke Umi."

"Ya sudah Mama pergi dulu ya, Assalamua'aikum."

"Wa'alaikumussalam..."

Tidak lama kemudian Rizal mengantarkan Caca ke rumah gadis itu, setelahnya baru mengantarkan Rere pulang. Katanya sekalian, karena sore itu ia harus pergi ke kafenya.

......

Pukul sebelas pagi menjelang siang, gadis itu sudah merengek di depan rumah sahabatnya.

"Kenapa sih Ca..." setelahnya Rere mengajak gadis itu ke kamarnya.

"Re...." rengeknya.

"Kenapa loh Caca... ada masalah apa siiii?".

"Aku sudah cari di beberapa toko buku tapi gak adaaaa".

"Apa yang gak ada?".

"Kenapa sih bener kata cowok itu?".

"Apa yang bener ih gemes aku sama kamu Caaaa?" saat itu Rere benar-benar di buat geram oleh Caca yang sedari tadi hanya merengek tanpa memberi penjelasan yang jelas.

Setelah itu baru Caca menjelaskan ke Rere kalau novel yang ia cari tidak ada di beberapa toko buku yang sudah ia kunjungi. Dan satu-satunya orang yang bisa membuatnya mendapatkan novel itu hanya laki-laki yang tak lain adalah Gerald.

"Ya udah tinggal pinjam aja sama dia, gampang kan?".

"Dia gak bakal mau pinjamin Re..."

"Kata kamu kemarin dia mau pinjamin kamu... gimana sih?".

"Kan kemarin... dia bilang gak ada kesempatan keduaaaa."

"Udahlah Ca... aku yakin dia gak beneran ngomong kayak gitu. Kenapa coba alasan dia sebelumnya mau pinjamin kamu? Trus kelihatannya dia tau banget hobi kamu. Dia itu tertarik sama kamu Ca... aku yakin banget! Jadi gak mungkin kalau dia gak mau kasih pinjam novel itu ke kamu," katanya dengan sangat yakin. Sedangkan Caca, ia tampak memikirkan ucapan sahabatnya itu.

"Udah udah, mending kamu samperin cowok itu trus kamu minta deh novelnya," lanjutnya menyarankan seraya mendorong-dorong Caca agar turun dari ranjang nya dan segera mengikuti sarannya itu.

"Iiiih... aku harus samperin dia kemana coba?".

"O iya... gak tau rumahnya ya?" Rere menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Sedangkan Caca, gadis itu mendengus lantas kembali berbaring ke atas kasur dengan posisi tengkurap.

......

"Benerkan gue bilang?" laki-laki yang tak lain adalah Boy, kini tengah memperlihatkan sebuah foto yang ada di galeri ponselnya menunjukan pada sang sahabat.

"Ini?!" Gerald terkejut melihat foto itu yang ternyata milik wanita yang ia sukai bersama seorang pria di jalan menuju tempat parkir di kampusnya, mereka tengah berdiri berhadapan dan jarak mereka sangat dekat, sehingga ketara sekali tinggi wanita itu yang sebatas dagu pria di hadapannya.

"Iya, itu foto cewek lo sama cowok lain."

"Lo dapet ini dari mana?".

"Hei bro... kan mata kita banyak. Ada Ian, Reno, Bastian, mereka semua dukung lo sama cewek itu. Jadi wajarlah kalau mereka ngeliat hal yang berhubungan dengan cewek itu trus mereka laporin ke kita, iyakan?".

Gerald pun menghela nafas kasar, ia sama sekali tidak tau kalau gadis yang ia sukai ini ternyata sedang dekat dengan seorang pria.

"Maaf ganggu...."

Tiba-tiba suara seorang wanita yang kini berada tepat di belakang Gerald dan Boy, sontak membuat kedua laki-laki itu menoleh ke arahnya.

"Bisa bicara sebentar sama... kamu?" tanya wanita itu hati-hati seraya menunjuk ke arah Gerald.

Why Is It Different?Where stories live. Discover now