"Daff—"

Daffa yang mau membuka pintu mobil ditahan oleh Adisa yang memegang lengannya.

"Kenapa Dis?"

"Itu— baju lo, kancingin," kata Adisa sambil jarinya menunjuk ke arah kerah baju Daffa yang terbuka karena dua kancing yang dia lepaskan membuat tulang selangkanya terumbar kemana-mana.

"Oh iya. Sorry, kebiasaan," jawab Daffa sebelum mengancingkan kemejanya.

Adisa menghela nafas, laki-laki itu mempunyai kebiasaan-kebiasaan yang menurutnya sangat meresahkan. Bisa-bisa Adisa kena serangan jantung kalau terus-terusan disampingnya.

Mereka berdua mulai jalan memasuki gedung yang sudah tertata cantik dengan dekorasi ala pernikahan membuat Adisa diam-diam pengen bertanya ke Joy tentang wedding organizer yang dia pakai. Konsepnya sangat sederhana, tapi terlihat mewah. Cocok sekali sama Joy yang orangnya elegan.

"Anjir, cantik banget Joy," gumam Adisa begitu melihat Joy yang sedang memakai gaun pengantin dan berdiri bersama Teo di pelaminan.

"Lo udah move on beneran kan Daff?" tanya gadis itu memastikan, nggak lucu kalau tiba-tiba Daffa bikin tiktok nangis-nangis dengan backsound Harusnya Aku yang Disana.

"Udah. Ayo ah salaman," jawabnya sambil menarik tangan Adisa buat salaman sama pengantin.

Dengan penuh rasa kagum, Adisa berjalan menaiki pelaminan, menghampiri Joy dan Teo yang terlihat sangat bahagia hari itu.

"Adisa— loh? Daffa? Loh? Kalian kenal? Eh, pacaran?" belum sampai salaman, Joy sudah heboh sendiri melihat Adisa datang bersama mas mantan.

"Iya, kenal. Joy, lo cakep banget sumpah. Anjir gue pangling! Mas Teo, enak banget istri lo cantik gini," Adisa menjawab singkat, lebih memilih buat memuji penampilan Joy yang emang super cantik.

"Makasih, lo juga cakep. Apalagi kondangannya bareng mas pacar. Hahay!" dasar, meskipun sedang dalam balutan gaun pengantin, Joy tidak ada kalem-kalemnya sama sekali.

"Nggak pacaran," jawab Daffa yang berada di samping Adisa, menunggu giliran buat salaman karena sekarang Joy dan Adisa masih betah berjabat tangan sambil ngobrol. Untung di belakangnya sedang nggak ada antrian.

"Selamat ya, Jo. Selamat ya Teo, semoga kalian berdua bahagia," kata pria itu setelah menjabat kedua tangan mempelai satu persatu.

"Makasih Daffa, semoga cepet nyusul ya sama Adisa,"  jawab Joy yang masih getol menggoda mereka berdua, sementara Teo hanya nyengir melihat kelakuan istrinya.

Selesai memberi selamat ke pengantin, Daffa dan Adisa menikmati prasmanan yang disuguhkan di sana.  Masih ada cukup banyak waktu sebelum waktu istirahat Adisa habis, jadi mereka mau puas-puasin dulu makannya. Segala jenis makanan mulai dari appetizer sampai dessert mereka coba satu per satu.

"Daff, enak banget deh zuppa soup-nya, gue mau nambah tapi takut nggak habis," bisik Adisa ke Daffa yang sedang asyik mengunyah semangka.

"Ambil aja, makan sama gue."

Mendengar itu, Adisa yang menurut langsung mengambil lagi satu porsi zuppa soup dan membawanya ke tempat ia duduk bersama Daffa. Ada untungnya juga dia datang bersama laki-laki itu, kalau nggak pasti Adisa cuma makan sendirian dan nggak ada teman ngobrol.

"Habis ini mau langsung balik ke kantor Dis?" tanya Daffa setelah membantu Adisa menghabiskan zuppa soup-nya.

Adisa yang masih mengunyah mengangguk, "Iya, mau kemana lagi emang."

"Kirain mau izin setengah hari lagi."

"Nggak ya Daff, kemaren udah izin gue."

Tangan Daffa tiba-tiba terangkat, mengusap pelan sudut bibirnya Adisa yang entahlah, mungkin belepotan atau apa. Satu gerakan cepat barusan membuat Adisa menahan nafas.

"Udah sembuh beneran kan lo?" tanya Daffa santai, seolah nggak terjadi apa-apa sebelumnya.

Adisa mengangguk kaku, jantungnya masih berdebar-debar, "U—udah."

Setelah merasa cukup kenyang, Daffa dan Adisa mengakhiri wisata kuliner mereka siang itu. Harus buru-buru kembali ke kantor, takutnya terjebak macet. Walaupun tadi saat berangkat jalanan lumayan lenggang, tapi ya jaga-jaga aja karena lalu lintas nggak bisa ditebak.

Sebelum pulang, mereka mengambil souvenir yang ternyata berupa sebuah foto yang diambil di photobooth yang telah disediakan. Hasil fotonya bisa dicetak dan langsung dibawa pulang sebagai souvenir.

"Mau foto sendiri, Dis?" tanya Daffa hati-hati.

Adisa menggeleng, "Bareng aja. Apa gunanya ngajak gue kondangan kalau fotonya sendirian."

Mendengar itu, Daffa tersenyum dan langsung menarik tangan Adisa menuju photobooth. Mereka berdiri bersebelahan dan sudah siap untuk difoto.

"Agak deketan sedikit lagi, mas, mbak," ucap seorang fotografer yang secara khusus memang ditugaskan di sana, membuat Daffa langsung merangkul pinggang Adisa, membuat gadis itu merapat ke arahnya.

"Sorry ya," bisik Daffa.

Adisa hanya mengangguk, bingung harus bereaksi bagaimana. Dia tersenyum kecil ke arah kamera, terlihat tenang padahal di dalam hatinya sedang terjadi badai besar-besaran akibat perlakuan Daffa yang dia terima siang itu.

Mereka mendapatkan dua lembar foto, masing-masing membawa satu.

Adisa memandangi punggung Daffa yang berjalan beberapa langkah di depannya menuju parkiran sementara tangannya menggenggam erat-erat foto yang baru saja dicetak. Pikirannya melayang kemana-mana. Apakah setelah ini mereka nggak akan bertemu lagi? Atau Daffa masih akan tetap menemuinya dengan alasan-alasan yang dia buat sendiri? Ataukah mereka akan bertemu di suatu tempat tapi akan saling pura-pura nggak kenal? Ada banyak hal di pikiran Adisa mengenai pria itu.

Mungkin terlalu banyak, sampai Adisa tidak sempat memikirkan tentang perasaannya sendiri.

--

outfit kondangan

Oops! Bu görüntü içerik kurallarımıza uymuyor. Yayımlamaya devam etmek için görüntüyü kaldırmayı ya da başka bir görüntü yüklemeyi deneyin.

outfit kondangan

outfit kondangan

Oops! Bu görüntü içerik kurallarımıza uymuyor. Yayımlamaya devam etmek için görüntüyü kaldırmayı ya da başka bir görüntü yüklemeyi deneyin.

yang menikah

Yayımlanan bölümlerin sonuna geldiniz.

⏰ Son güncelleme: Mar 08, 2021 ⏰

Yeni bölümlerden haberdar olmak için bu hikayeyi Kütüphanenize ekleyin!

[ON GOING] Ventisei // Kim DoyoungHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin