Day 1

120 12 45
                                    

"EーEh?" Berbagai pertanyaan berkecamuk dalam pikiran Daiki mengenai asal usul anak yang masih terduduk akibat tubrukan tadi. Terlebih, yang membuatnya semakin bertanya-tanya adalah wajah anak itu yang begitu mirip dengan Ryosuke ketika ia masih kecil. Apa anak ini adik Yamada? Tapi seingatku dia hanya punya adik perempuan. Setiap kali aku ke rumahnya pun, aku tidak pernah melihat sosok anak ini. Lagi pula, kalau memang dia adik Yamada, kenapa dia justru seolah ingin kabur? Apa Yamada jahat padanya? Uwaa!! Aku tidak mengerti!!

Pada akhirnya, Daiki memutuskan untuk mengajaknya bicara. "Hei, Nak. Siapa namamu? Apa yang kau lakukan di apartemen Yamada?"

Mendengar kata 'Yamada', anak itu mengangkat wajahnya dan segera berdiri sambil memunculkan sorot mata berbinar penuh harap. "Paman, kau kenal ayahku? Kumohon, tolong antarkan aku pulang. Aku takut di sini."

"Eh? AーAyah?!" Tunggu. Ayah? Apa maksudnya... Yamada itu ayah anak ini??!! Jadi, selama ini, Yamada sudah memiliki anak??!! Dan aku tidak tahu sama sekali??!! Bagaimana bisa? Sudah sebesar ini pula! Kapan kau membuat anak ini, Yamada?!

"Paman...?" Melihat Daiki yang tertegun, sang anak terpaksa memanggilnya. Ia benar-benar tidak ingin berlama-lama berada di tempat asing. "Apa.... kau bisa mengantarku pulang?" Ia kembali bertanya untuk kedua kalinya sambil lagi-lagi meneteskan air mata.

"Aーah! Tunggu, jangan menangis. Bagaimana kalau kita berbicara di dalam saja?" bujuk Daiki berharap tidak ada tetangga yang menyaksikan adegan itu dan berpikir bahwa ia menganiaya anak kecil hingga menangis.

"Eh? Taーtapi.... aku takut berada di dalam."

"Tenang saja. Kau justru akan aman di dalam. Lagi pula, aku pasti akan menjagamu."

Anak itu pun mengangguk dan mengikuti Daiki masuk ke dalam apartemen lalu duduk di sofa karena yang bisa ia harapkan saat ini hanyalah Daiki untuk bisa kembali pulang.

Keduanya terdiam sejenak dan suasana di antara mereka berubah canggung. Tak lama kemudian, Daiki bersuara. "Emm... nak? Apakah sebelum kau keluar dari apartemen ini, tidak ada seorang pun di dalam?"

Anak itu menggeleng.

Daiki segera meraih ponselnya dan kembali menelepon sahabatnya itu. Namun berapa kali pun ia melakukannya, tidak ada yang menjawab. "Ada di mana sebenarnya kau, Yamada? Kenapa kau tidak mengangkat teleponnya?" gumamnya cemas. Belum pernah sekalipun Ryosuke menghilang tanpa mengabarinya terlebih dahulu. Ditambah, kecelakaan yang dialaminya semalam membuat kekhawatiran Daiki memuncak.

Tanpa sadar, ia bangkit berdiri berniat untuk menyisir seluruh ruangan.

"Paman," panggil anak kecil itu sedikit terkejut. "Paman, mau ke mana? Jangan tinggalkan aku."

"Ah... aku hanya ingin mengecek. Kau tunggu di sini ya. Aku akan segera kembali."

Akan tetapi, bukannya mengangguk, anak itu justru berlari ke arah Daiki dan memeluk lengan kirinya. "Tidak mau! Aku tidak mau sendiri. Biarkan aku ikut!" rengeknya.

Melihat kedua mata anak itu yang berkaca-kaca, Daiki tidak sampai hati meninggalkannya sehingga ia membiarkannya ikut. Setelah mendapat persetujuan, kedua telapak mungil anak itu memegang tangan sang pria dewasa dengan erat.

Ruangan pertama yang mereka tuju tentu saja kamar tidur Ryosuke. Sesampainya di sana, Daiki mendapati ponsel sahabatnya itu tergeletak di atas meja begitu saja. Mereka memasuki ruangan lain dan hasilnya pun nihil. Tidak ada tanda-tanda keberadaan sang sahabat yang membuatnya khawatir setengah mati. Pada akhirnya, mereka kembali ke ruang tengah.

Saat mereka berdua duduk di sofa dengan posisi yang sama seperti sebelumnya, Daiki memandangi anak itu lekat-lekat. Ia bisa melihat dengan jelas pakaian anak itu yang tampak terlalu besar baginya. Semakin dilihat, ia merasa semakin ada yang janggal. Jika diperhatikan baik-baik, yang dikenakan anak itu sama persis dengan yang dipakai sahabatnya tadi malam.

Unlock to LockWhere stories live. Discover now