viii. runyam.

174 45 5
                                    

"nih ya yis, gue bilangin, ini saran dari gue nih yang udah punya cewek dan langgeng, dengerin ya, jomblo kapitalis." ical tertawa, matanya masih fokus pada layar televisi yang sedari tadi menyala, tangannya berpegang erat pada konsol game hitam miliknya. "peri cinta mau ngomong niih," goda ical sembari tertawa.









hari ini ceritanya ada rapat dadakan di apartemen milik ical karena ical kesepian. haris dan aji sepakat untuk datang lebih awal karena ingin berguru pada peri cinta. "apa ya, dulu tuh gue sama si una yaudah tiba-tiba jadi aja.." aji menatap singkat haris kemudian berbaring diatas karpet, "dulu aqua galon ini cakep yis, baik, seru orangnya. padahal nggak akrab banget kan ya gue, terus gue bertapa dulu sama bang eja, lalu jedor. sekarang gue jadi cowoknya aruna deh." ujar aji, yang tidak lama disusul tawa renyahnya.









"mana percin sarannya buat jomblo kapitalis yang satu ini? tolong nih, kasian, mana masi muda.." goda ical lagi sementara jari jemarinya masih sibuk bergerak diatas konsol game.








haris menghela napasnya. masalahnya haris ingat kamu pernah menolak beberapa ajakannya secara tegas, entah didasari rasa risih atau rasa sakit.








kalau haris dan kamu sama-sama setuju, apakah kamu akan terluka nantinya, ketika sudah membagi rasa terlalu lama, ketika sudah membagi tawa yang terlalu riang, membagi senyuman yang terlalu hangat. apakah kamu akan terluka? kalau kamu terluka, haris tidak bisa berbuat apa-apa, dan haris percaya sebaliknya.









suara tawa aji dan ical kini tidak lagi memenuhi telinga haris. ia membuang napasnya kasar, sembari melihat langit-langit apartemen milik ical.







haris tenggelam dalam semua pikiran dan skenario yang ia ciptakan sendiri.












aji menepuk pelan bahu haris, "kata bang bayu, coba aja dulu, yis. orang nggak akan pernah tahu apa yang ada di hati orang lain, bahkan orang itu sendiri," saran aji disusul sorakan ical, sementara haris masih terdiam, dia pernah memikirkan hal yang sama—tentang hati orang lain, tentang semua kemungkinan yang terjadi.








haris tersenyum, kemudian duduk di samping ical, berharap satu ronde gim dapat menenangkan pikirannya. selang beberapa menit, apartemen ini sudah ramai riuh dengan suara tawa dan candaan teman-temannya. haris berhasil. ia melupakan pikiran yang sudah mengganggunya selama tiga hari.










bayu menatap haris sebentar, sebelum sibuk dengan kaleng soda yang ia pegang. dengan ragu ia bertanya: "yis, waktu itu gue liat lo lagi sama cewek gitu. di stasiun. siapa tuh, yis?" haris menoleh, semuanya seakan berhenti sejenak—bayu melihat gantari.









"waktu lagi narik, nunggu customer eh ayis lewat sama cewek. udah punya nih, yis?" lanjut bayu lagi, bercanda. haris menatap orang yang ia kenal semenjak ia masih duduk di bangku menengah atas dengan lekat. "temennya kantornya paling. cakep, bang?" timpal ino bercanda. bayu mengangguk pelan.













hari beranjak malam, ia kembali tenggelam; pada pikirannya yang runyam.












Gantari
| Yis?
| Masih bangun nggaa







📞  Missed voice call at 20.47







Gantari
| Udah tidur ya?
| Besok aja deh met tiduur ayis
| 🚫 You deleted this message




•••





two chapters left! makasih semuanya yang udah mau nemenin ayis & gantari mencari cintanya~ jiaaaakkhh

podcast malam hari. ✩ hwang hyunjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang