Epilog: See You Soon

167 13 8
                                    

I can only move
impulsively towards you
—Let Me Love You, WayV

Suara-suara pesawat yang lepas landas mengiringi kedatangan Priscilla dan Michelle di bandara Incheon

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara-suara pesawat yang lepas landas mengiringi kedatangan Priscilla dan Michelle di bandara Incheon. Keduanya turun dari taksi dan menurunkan koper masing-masing. Setelah membayar ongkos dan mengucapkan terima kasih pada sang supir, Michelle menggandeng Priscilla masuk ke terminal keberangkatan.

Walaupun ini hari kamis, bandara masih saja ramai lalu lalang orang-orang yang akan bepergian. Langkah keduanya melambat saat harus melewati kerumunan di teras bandara. Priscilla berulang kali mengecek ponsel di tangannya, berharap setidaknya ada pesan selamat tinggal dari Dery.

Gadis yang terbalut sweater pink pastel dan mantel berkancing senada dipadu celana jeans itu mendesah cemas dan ragu. Apa Dery akan datang untuk mengucapkan selamat tinggal padanya?

Sejak pertemuan mereka kemarin—oh, lebih tepatnya sejak Priscilla mengatakan kalau ia akan ke London dan jujur soal perasaannya, Dery memilih bungkam. Bahkan sampai keduanya sudah berdiri tepat di depan pintu apartemen yang ditempati Priscilla.

Priscilla sendiri nggak berani mengeluarkan suara dan berjalan di samping Dery dalam sunyi. Namun anehnya, Dery menggenggam tangannya sejak keduanya keluar dari restoran sampai apartemen. Sesampainya di apartemen, Priscilla hanya mengulas senyum tipis yang dibalas serupa oleh cowok itu.

Priscilla buru-buru menutup pintu dan merebahkan diri di sofa. Lalu pasrah menceritakan singkat apa yang ia lakukan pada Michelle yang diburu cemas sejak sore.

Gadis itu tidak bisa mengartikan sikap Dery, pun nggak mau mempertanyakannya. Baginya, dengan mengatakan langsung soal perasaannya, itu sudah cukup. Memang itu yang ia inginkan, sampai harus pergi jauh-jauh ke Korea. Setidaknya sekarang ia sudah tenang, ia bisa lanjut kuliah di London dengan tenang.

Namun begitu, nyatanya hati kecilnya tetap saja berharap setidaknya Dery mengucapkan selamat tinggal sebelum ia benar-benar meninggalkan Korea, sebaris pesan singkat pun tak apa-apa. Priscilla tak berharap Dery akan menyusulnya ke bandara seperti pada film-film romantis yang pernah ia tonton.

Priscilla sendiri nggak yakin kalau Dery masih menyimpan rasa yang sama untuknya. Cowok itu sebentar lagi akan menjadi idol, dikenal semua orang. Mudah untuknya mendapatkan pacar yang lebih darinya. Priscilla buru-buru menepis lamunan anehnya saat Michelle menanyakan tiket dan paspor miliknya.

Proses pemeriksaan tiket dan pemasukan koper terbilang hanya sebentar tanpa antrian, pun begitu dengan pemeriksaan paspor di bagian imigrasi. Priscilla hanya memandangi bandara Incheon yang megah tanpa minat. Michelle di sampingnya hanya mengangguk maklum.

Tentu saja gadis bermantel salem itu memaklumi sepupunya. Walau di bibirnya ia berkata mau terbang ke London bersamanya—sebenarnya dosen mereka memperbolehkan hanya ketua, wakil, dan sekretaris kelompok exchange yang ke London, tapi Priscilla bersikukuh akan menemani Michelle—jauh dari lubuk hatinya meronta masih ingin di sini. Masih ingin bertemu Dery, menghabiskan waktu mengelilingi Seoul sambil bercengkrama, memutar balik waktu ke masa-masa lampau penuh tawa milik mereka berdua.

Finding Dery | Hendery WayV✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang