"Aku menemukannya ketika mencari Taeyong." ucap Jaehyun, matanya tak lepas dari wajah Donghae yang begitu tenang. Tak ada rasa gugup yang tampak disana, begitu datar dan tenang bagai air didanau. Tapi tak semua danau tak berbahaya, bukan?
Bukannya Jaehyun tidak mempercayai Donghae, hanya saja firasatnya yang mengatakannya. Walau dirinya tak begitu yakin dengan firasatnya sendiri.
"Dalamnya hanya berisi barang bekas Taeyong yang tak terpakai. Dia sering kesana hanya untuk mencari barang yang mungkin bisa dipakainya lagi." ucap Donghae, kembali menuangkan teh panas pada cangkir mereka.
Jaehyun mengigit bibirnya sedikit, "Ah, seperti itu." ucapnya. Merasa tak bisa membahas apapun, entahlah Jaehyun tidak tau harus berkata apa. Apa dirinya bisa percaya apa yang Donghae katakan? Jawabannya, Jaehyun juga tidak tau.
Donghae menoleh, tersenyum menatap wajah Jaehyun yang terlihat ragu. "Kau penasaran apa yang ada didalamnya kan?"
"Bisa dibilang begitu, Uncle." ucap Jaehyun sembari terkekeh. Jaehyun akui dirinya begitu penasaran setengah mati.
"Taeyong memang sering kesana." ucap Donghae dengan santai. "Dan dirinya tak suka ada orang yang memasukinya. Bahkan aku saja pernah sekali saja memasuki tempat itu." ucap Donghae.
Jaehyun mengernyitkan dahinya, "Kenapa Uncle?"
"Katanya dia takut barangnya dicuri oleh orang yang memasuki tempat itu." ucap Donghae, membuat Jaehyun tertawa.
"Taeyong mengatakan itu?" kekeh Jaehyun. Donghae mengangguk mengiyakan.
"Iya, dia bahkan mengusirku dari tempat itu dan sampai saat itu aku tak pernah memasukinya lagi. Aku lelah menghadapi jika Taeyong mengamuk." ucap Donghae, menggelengkan kepalanya mengingat tingkah putra semata wayangnya itu.
Jaehyun membenarkan perkataan Donghae, "Benar. Taeyong sulit untuk dibujuk jika sedang marah." tiba-tiba saja Jaehyun merasakan ingin buang air kecil. "Uncle, aku ingin ke toilet. Aku masuk terlebih dahulu, tak apa?"
"Tak apa, masuklah. Aku sebentar lagi selesai, harinya sangat dingin aku merasa sudah akan membeku." Donghae meniup kepulan asap pada tehnya.
"Baiklah, Uncle. Cepatlah masuk agar tidak sakit." ucap Jaehyun, mengelus pundak Donghae pelan.
"Iya, masuklah lebih dulu." Jaehyun mengangguk, meninggalkan Donghae sendirian. Senyum yang sedari tadi terus terlihat perlahan menghilang. Menatap kedepan dengan nanar.
*****
Setelah keluar dari kamar mandi, Jaehyun kembali keluar pada kamarnya kemudian berjalan menuju kamar Taeyong. Apakah pria cantik itu sudah dikamarnya atau belum. Ini sudah pukul 11 malam, tidak mungkin Jongin belum pulang.
Jaehyun mengetuk sekilas kamar Taeyong, kemudian membuka pintunya. Terlihat disana Taeyong sedang menyandarkan tubuhnya pada kepala ranjang dengan tangan memegang sebuah novel.
Membawa dirinya masuk kedalam, kemudian duduk ditepi ranjang. "Apa kekasihmu itu sudah pulang?"
"Aku tak akan berada dikamar jika dia belum pulang." ucap Taeyong tanpa mengalihkan pandangannya pada buku novel itu.
"Sudah kubilang jangan membaca buku dengan penerangan yang redup. Matamu bisa rusak." Jaehyun menarik novel yang Taeyong baca, membuat pria cantik itu mendengus pelan.
"Aku hanya membaca bagian yang kusukai. Itu tidak banyak. Kau dimana tadi?" tanya Taeyong, menarik selimutnya agar menutupi tubuhnya.
"Dihalaman belakang bersama Ayahmu. Jam berapa Jongin pulang?" Jaehyun membantu Taeyong merebahkan tubuhnya dan membenarkan selimut Taeyong yang berantakan.
YOU ARE READING
My Bodyguard (JAEYONG) ✔️
Romance{COMPLETE} {SUDAH DIBUKUKAN} {PART LENGKAP} "Stay with me and protect me forever, My Bodyguard." •JaeyongArea. •BxB •Homophobic? Jangan mampir ya~
PART 14
Start from the beginning
