Darah? Mengapa bisa ada darah dikalung ini? Punya Taeyong? Atau bukan? Jaehyun merasa yakin jika bercak merah itu adalah darah, bahkan permata itu tidak terlihat lagi bentuknya karena terlumur dengan darah. Merasa buntu dengan pikirannya Jaehyun kembali memasukkannya kedalam saku.
Hembusan nafas Jaehyun terlihat diudara, cuaca begitu dingin. Orang-orang tidak akan mau keluar dari rumah bahkan hanya untuk sebentar.
Tanpa disadarinya, Donghae datang mendekat dan membawakan teh panas untuk Jaehyun. "Mengapa kau berada dihalaman belakang saat cuaca sedingin ini?" tanya Donghae.
Jaehyun menoleh ketika mendengar suara dan mendapati Donghae yang sudah duduk disampingnya menggunakan jaket tebal dan syal. "Mau pakai selimut, Uncle?" tawar Jaehyun.
Tubuh Donghae bergidik, lalu mengangguk. "Ya, berbagilah denganku. Aku merasa akan membeku sebentar lagi." Jaehyun tertawa mendengar ucapan Donghae. Dengan cepat Jaehyun melebarkan selimutnya dan berbagi dengan Donghae.
"Aku suka ketika cuaca begitu dingin, bagaimana dengan Uncle?" tanya Jaehyun lalu menoleh kearah Donghae.
Donghae kembali bergidik, "Aku sudah tua, Jae. Jika terlalu lama berada diluar saat cuaca dingin aku mungkin akan flu atau sakit." Jaehyun kembali tertawa dibuatnya.
"Apa ada yang sedang kau pikirkan?" Donghae menoleh sekilas kearah Jaehyun, sembari menghirup teh panasnya.
Jaehyun tersenyum tipis, "Entahlah, aku juga tidak tau apa yang sedang kupikirkan."
"Apa kau merindukan orangtuamu?"
"Aku selalu merindukan mereka, Uncle." Jaehyun mengambil cangkirnya mengikuti Donghae yang sedang menghirup teh panas, tubuhnya menjadi lebih hangat.
"Kau bisa mengunjungi makam mereka kapanpun kau mau. Aku juga baru saja mengunjungi mereka 2 hari yang lalu sekalian mengunjungi makam mendiang Istriku." ucap Donghae, memasukkan kedua tangannya pada selimut tebal.
"Aku selalu mengunjungi mereka kapanpun aku ada waktu."
Donghae menoleh kearah Jaehyun, "Lain kali jika mengunjungi mereka lagi ajaklah Taeyong untuk ikut bersamamu. Dia dulu begitu manja dengan Yunho dan Jaejoong."
Jaehyun mengangguk mengiyakan, "Hm, nanti aku akan mengajaknya. Tapi sepertinya berkunjung ke makam pada malam hari terdengar begitu horror." Jaehyun menoleh, kemudian menatap Donghae dengan senyum tertahan.
Donghae menganga, "Kau benar. Ah, kucing nakal itu." kemudian kedua pria dewasa itu tertawa bersama. Sepertinya ide itu akan sedikit sulit untuk dilakukan.
"Apa makam Aunty Taeyeon juga berada disana?" Donghae mengangguk menanggapi pertanyaan Jaehyun.
"Iya, tapi letaknya lebih diujung dan cukup tersendiri karena masih banyak lahan kosong disana." ucap Donghae, menatap nanar kedepan.
"Aku akan mengunjungi Aunty Taeyeon nanti jika ingin mengunjungi Appa dan Eomma."
"Baiklah."
Keheningan terasa diantara mereka, menikmati teh panas yang menghangatkan tubuh mereka ditengah cuaca sedingin ini. Jaehyun sedikit melirik kearah Donghae.
Jaehyun mengulum bibirnya kemudian berdehem pelan, "Uncle, apa aku boleh bertanya sesuatu?"
"Tanyakan saja." Donghae terkekeh pelan.
"Apa yang ada didalam ruangan dibawah ruang bawah tanah?" tanya Jaehyun tanpa berbasa-basi. Hal ini sangat mengganggu pikirannya.
Jaehyun menatap lekat wajah Donghae, tak ada respon terkejut seperti yang dikeluarkan Bu Kim tadi. "Oh, kau mengetahuinya?" ucap Donghae. Menaruh gelasnya pada meja didepan mereka.
YOU ARE READING
My Bodyguard (JAEYONG) ✔️
Romance{COMPLETE} {SUDAH DIBUKUKAN} {PART LENGKAP} "Stay with me and protect me forever, My Bodyguard." •JaeyongArea. •BxB •Homophobic? Jangan mampir ya~
PART 14
Start from the beginning
