August 6, 1945 - August 6, 2025

70 6 174
                                    

Hiroshima, August 1, 1945

"Sakebi-kun, otanjoubi omedetou!"

Suara itu berasal dari sebuah rumah sederhana di tengah kota Hiroshima. Rumah yang sederhana, tidak terlalu besar ataupun kecil, dan hanya ada dua kakak beradik yang meninggali rumah tersebut, Sakebi Heiwa dan kakaknya, Inori Heiwa.

"Maaf hanya bisa membelikan kue kecil untukmu. Padahal, onee-chan sudah janji membelikan kue besar seperti yang dijanjikan tahun kemarin ... Sayangnya kita tak mempunyai uang," lirih sang kakak.

Sang adik menggeleng sambil tersenyum. "Aku tidak apa-apa. Yang penting kita masih bisa merayakan ulang tahunku bersama-sama."

"Adik yang baik. Ayo, dimakan kuenya," ujar Inori sambil mengusap kepala adiknya.

"Andai saja aku punya lebih banyak uang, kita pasti bisa memakan makanan yang lebih baik," batin Inori.

Selama ini, mereka mendapatkan makanan dari pemberian tetangga di kiri-kanan rumah mereka, dan Inori juga bekerja di pasar sebagai kuli. Di usianya yang ke 12 tahun, dia sudah bekerja untuk menghidupi dirinya dan adiknya, tentu saja. Tapi melihat kondisi Jepang yang kini sedang berperang dengan Amerika, membuatnya semakin susah untuk mencari uang. Ditambah Amerika semakin gencar untuk memperingatkan Jepang agar segera menyerah.

Jika bertanya di mana orang tua mereka, mereka sudah tak mempunyai ibu dan ayah lagi. Orang tua mereka meninggal dalam sebuah kecelakaan.

Saat hari semakin malam, Inori menyuruh adiknya untuk segera tidur. Setelah membacakan dongeng kesukaan Sakebi, maka anak itu tertidur pulas setelahnya.

Tak ada lagi yang perlu dikhawatirkan, maka dia juga beranjak tidur setelah adiknya terlelap dalam tidurnya.

💣💣💣

Hiroshima, August 2, 1945

Keesokan harinya, saat Inori akan pergi bekerja, terdengar suara dari tetangganya, Tn. Kanemoto, yang sedang membaca koran. Dilihat dari raut wajahnya yang kesal, sepertinya berita yang dilihatnya adalah tentang perang dunia kedua.

"Orang Amerika itu sudah berkali-kali memperingatkan Kaisar. Mengapa pihak pemerintah masih tidak berkutik?" omelnya berkali-kali.

Di saat bersamaan, Sakebi keluar dari rumah, mencari kakaknya. "Onee-chan, sedang apa pagi-pagi begini?"

Inori terkesiap. Biasanya dia akan pergi ke pasar diam-diam saat adiknya masih tidur. Sepertinya pagi ini dewi keberuntungan tidak berpihak padanya.

Dengan nada lembut dia mengatakan. "Kakak hanya ingin berbelanja ke pasar, sekalian membelikanmu sarapan. Jadi, kakak harap kau menjaga rumah baik-baik, atau kau bisa mengajak Yoshinori untuk bermain bersamamu di rumah."

Sakebi mengangguk paham. Untunglah, dia percaya dengan perkataan kakaknya kali ini. Biasanya dia akan merengek minta ikut. Kadang sampai berguling-guling di tanah. Kalau sudah begitu, Inori repot sendiri jadinya. Apalagi jika dia tahu kalau selama ini kakaknya bekerja tanpa diketahuinya, ditambah lagi pekerjaan yang dilakoni kakaknya itu seharusnya adalah pekerjaan laki-laki, bukan perempuan. Bisa tambah rewel dia.

Maka, Inori mulai melangkah menuju pasar. Sejenak melihat adiknya yang duduk-duduk santai di teras rumah yang hanya memiliki lantai. Ditemani ocha dan biskuit sisa kemarin. Hanya itu.

[✓] Little Boy || One-ShootUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum