Jaehyun kira ia telah berdamai dengan masa lalu. Nyatanya saat "dia" kembali, hatinya kembali goyah.
.
.
.
.
JaeYong & JaeTen, bxb, mpreg, age switch, plot receh ala sinetron indo**ar, local setting, bahasa baku-nonbaku, the world of the married ver...
Pria tua itu meraih tangan Taeyong dan menepuknya. "Gapapa, anggap aja cerita ke bapak sendiri. Jangan takut."
Melihat tatapan teduh itu, Taeyong mau tak mau memulai kisahnya bersama Jaehyun, singkat saja, yang penting seluruh intinya ia sampaikan. Saat ia telah menyelesaikan ceritanya, pria yang merupakan ayah Ten itu justru memberikan senyum menenangkan untuknya.
"Kamu udah ngelewatin banyak hal. Saya salut."
Taeyong tertawa canggung karena ayah Ten kini menepuk-nepuk pundaknya.
"Percaya atau ngga, saya pernah ngalamin berada di posisi Jaehyun. Dan ada satu keputusan yang kadang masih saya sesali sampai sekarang. Tapi menyesali apa yang sudah terjadi, apa gunanya? Kita cuma bisa memperbaiki apa yang ada di depan kan?"
Taeyong mengangguk pelan.
"Anak saya, Ten itu...dari kecil apa aja yang dia mau selalu saya kasih. Bahkan waktu dia bilang naksir seseorang dan mau nikah, saya usaha apapun biar dia bisa sama orang itu. Yang saya ga pikirin adalah... Apakah itu ternyata menyakiti perasaan orang lain? Dan ternyata bener, di sini kamu sama Jaehyun yang jadi korbannya. Saya minta maaf untuk itu."
Taeyong hanya bisa menunduk tanpa bisa menanggapi perkataan ayah Ten.
"Tapi yang namanya ayah, dimana-mana pasti ingin yang terbaik buat anaknya. Ayah manapun ga bisa terus-terusan liat anaknya sedih. Saya pun sama. Saya ga sanggup liat Ten menderita karena masalah rumah tangganya. Saya berpikir banyak dan akhirnya sampai pada satu keputusan."
"Ini permintaan seorang ayah yang tak tau diri, tapi tolong kamu dengarkan baik-baik ya, Taeyong?"
"Kalau kamu memang ga bisa ngelepas Jaehyun untuk Ten, tolong kamu bujuk Jaehyun untuk ngelepas Ten. Tolong biarin Ten bebas dan cari kebahagiaannya yang baru. Masalah Ten biar kami yang urus. Karena sampai kapanpun, kalau kalian memaksakan untuk bersama bertiga, pasti akan selalu ada yang tersakiti. Entah kamu, Ten atau Jaehyun."
. . .
Haruskah ia melepas Jaehyun? Atau haruskah ia menjadi jahat dengan memaksa Jaehyun melepas Ten? Kedua pilihan itu, sama-sama membuat Taeyong sakit kepala.
. . .
Ten menghabiskan hari-harinya yang membosankan dengan berjalan-jalan di taman rumah sakit. Harusnya ia bisa menunggu operasi donornya di rumah saja, tapi kondisinya masih naik turun, sehingga dokter menyarankannya untuk tinggal di rumah sakit.
Ia baru menyelesaikan panggilan video dengan Jaemin. Sedikit terhibur dengan celotehan anaknya yang cerewet, tapi juga membuat hatinya teremas karena kerinduan yang semakin besar. Maka untuk sedikit mengalihkan rindunya, ia memandangi pasien anak-anak yang juga sedang menjadi udara segar di taman rumah sakit.
Senyum lebar terkembang di wajahnya tatkala ia mengingat dirinya saat kecil dulu. Ia telah menghabiskan banyak waktunya di rumah sakit, bahkan sejak kecil. Hari-harinya yang suram menjadi lebih berwarna berkat seorang sahabat yang senasib dengannya.
Ah, tiba-tiba ia jadi teringat akan bocah jangkung itu. Bagaimana kabarnya sekarang ya? Apakah sudah sembuh atau masih berjuang untuk hidup sepertinya?
Dulu mereka pernah mengukir janji, kalau sudah besar dan sembuh, mereka harus bertemu lagi dan melanjutkan persahabatan masa kecil mereka. Ia bahkan ingat, si bocah jangkung itu memberinya sebuah permen jelly berbentuk cincin dan memasangkan di jarinya.
"dengan ini saya nyatakan john dan chitta akan bersama selamanya..."
Ten terkikik, sepertinya suara bocah jangkung ini masih terngiang-ngiang di otaknya.
Suara dering handphone membuyarkan lamunan Ten. Sebuah nomor tak dikenal terpampang di layar handphonenya. Sedikit ragu, tapi Ten tetap menjawab panggilan itu.
"Halo?
.....
John?"
. . .
"Mas, ini mau kemana dulu?"
"Ke rumah orang tuanya Ten. Jaemin minta dijemput. Udah kangen sama Jeno katanya."
"Oooh, oke. Tapi mas kenapa ga bilang dulu, tadi biar aku pulang sendiri naik ojol aja."
"Loh, kenapa? Kamu capek? Mau langsung pulang?"
"Ngga mas. Gapapa..."
Taeyong belum bisa jujur kalau ia agak segan bertemu ayah Ten. Ia takut pria itu menagih hasil dari permintaannya tempo hari.
Tapi kekhawatiran Taeyong itu sepertinya tak perlu. Ayah Ten menyambutnya dengan baik, tanpa menyinggung sedikit pun pembicaraan mereka beberapa hari yang lalu. Malah pria itu juga memberikan peluk yang sama padanya dengan yang diberikan pada Jaehyun saat mereka pamit pulang.
"Titip cucu saya ya, kalau bandel marahin aja. Sama bundanya juga sering dimarahin katanya."
"Iya, pak..." Balas Taeyong dengan canggung. Ia tetap masih merasa aneh.
Bukankah ayah Ten bersikap terlalu baik padanya?
. . .
"Ayah kamu itu gimana sih? Malah biarin Jaemin ikut sama suamimu!" Ibu Ten mencak-mencak saat memasuki kamar Ten, sepertinya ia baru saja menelepon suaminya di tanah air.
"Ya biarin tho bu, sama papanya ini." Jawab Ten sekenanya sambil masih asyik bermain dengan handphonenya.
Ibu Ten memicing tak suka. "Tapi kan ada istri mudanya juga! Kalo Jaemin semakin deket sama dia gimana? Ibu ga suka! Kamu mau Jaehyun ngeklaim hak asuh Jaemin pas kalian pisah?!"
"Ibu! Kok ngomongnya gitu sih? Siapa juga yang mau pisah sama mas Jaehyun?"
"Ten... Coba kamu inget-inget, berapa kali kamu dihubungin suamimu. Ada dia udah nelepon kamu hari ini? Ngga kan? Kayaknya dia udah mulai lupa sama kamu deh. Kamunya juga sih keasyikan main hape, sambil senyum-senyum pula, kayak orang gila."
Benar juga, Ten tak ingat belum mendengar kabar dari suaminya hari ini, tapi ia bukannya tak tahu kabar Jaehyun sama sekali juga. Ia sudah mendengar sedikit dari Johnny.
Ya, Johnny. Rekan kerja Jaehyun di kantor itu ternyata adalah sahabat kecilnya dulu, John.
Sudah beberapa hari ini mereka melepas rindu dengan saling menelepon atau chat. Mungkin karena itu juga Ten jadi agak lupa Jaehyun belum meneleponnya sama sekali hari ini. Ia terlalu terhibur oleh celotehan absurd Johnny.
"Nanti deh aku telepon mas Jaehyun kalo mau tidur, sekalian nanyain kabar Jaemin."
. . .
Bersambung
. . .
Hiya hiya hiya... Apakah kapal ini akan berlayar?
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.