44. MELINDUNGI

657 107 7
                                    

Lika menautkan alisnya ketika Genoa menurunkannya terlihat seperti buru-buru. Melihat Genoa yang seperti itu jelas jadi banyak tanda tanya dipikirannya, mengapa dengan keadaan Genoa?

"Lo mau ke mana?" tanya Lika mencoba menahan Genoa agar tetap di dekatnya.

Genoa menghela napasnya. "Gue gak ke mana-mana."

"Ada apa sama lo, Gen?" Lika makin menyudutkan cowok itu agar berbicara. Tetapi ia tidak mendapatkan jawaban karena motor Genoa sudah berjalan meninggalkannya.

Lika jelas terkejut karena sikap cowok itu. Ia memang sangat penasaran dengan maksud Genoa sampai cowok itu tidak ingin memberitahunya.
Genoa seolah menyembunyikan masalah namun entah itu apa.

Makin mempercepat laju motornya, Genoa tidak bermaksud ingin Lika bertanya seperti itu kepadanya. Ia hanya ingin pulang ke rumah lebih dulu dari biasanya dan masuk ke dalam rumah yang hanya ada seorang wanita paruh baya sangat dicintainya.

"Ma, Genoa, pulang!"

Di depan mamanya, Genoa mencium pipi wanita paruh baya itu. Adya menatap Genoa dengan tatapan yang sulit Genoa artikan. Mamanya membuka layar ponsel dan menunjukkan suatu pesan kepada Genoa.

"Kamu minta uang lagi ke Papa, Gen?" tanya Adya masih bingung dengan permintaan cowok itu. "Uangnya buat siapa Genoa? Kamu kalau punya masalah cerita sama Mama."

"Mama tenang! Genoa akan ganti itu semua nanti. Tapi sekarang uang itu lagi Genoa butuhin, Ma, uang itu juga bukan buat hal yang aneh kok."

"Buat apa, Gen?"

Genoa mengusap wajahnya. "Genoa punya teman, Ma. Bukan cuma satu orang. Tapi mereka butuh bantuan, Genoa."

"Teman kamu yang mana, Gen? Baru kali ini ada teman kamu yang seperti ini." Adya memang tak mempermasalahkan mau uang itu diganti atau tidak oleh putranya. Tapi ia perlu tahu fungsi uang itu sekarang yang dibutuhkan oleh Genoa.

Genoa memegang tangan mamanya. "Mereka teman, Genoa, yang lagi dalam masalah besar. Mereka butuh Genoa karena mereka gak bisa lagi buat mempertahankan kondisi mereka."

"Kamu itu kalau kasih tau ke sana ke mari buat Mama bingung aja," ujar Adya memukul kepala putranya walaupun tidak keras tapi bunyi pelan.

"Uang itu buat mereka bertahan dari orang jahat, Ma. Orang jahat itu bisa melakukan apa aja ke teman-teman Genoa." Cowok itu melepaskan tangan Adya, lalu mengepalkan tangannya sendiri. "Dan tentunya, Genoa takut kalau Genoa jadi korban seperti keluarga teman Genoa, Ma. Cuma dengan uang, mereka gak bisa ganggu teman Genoa. Tapi ada rencana yang harus Genoa lakuin supaya kasus ini bisa dibawa ke polisi."

"Teman-teman kamu mengalami apa? Apa yang dilakukan sama orang jahat itu?"

Genoa menatap sedih mamanya. "Orang jahat itu memalak teman Genoa, Ma. Genoa mau bantu teman Genoa. Tapi mereka tau rencana Genoa, Ma, dan yang Genoa takutkan sekarang kalau keluarga kita juga jadi incaran mereka."

"Mama bantu kamu, Gen, kalau ada yang kamu perlu lagi cepat kasih tau Mama!"

"Ya, Ma. Satu-satunya cara Genoa memang harus terlibat dalam masalah ini. Genoa harus jadi korban mereka."

"Mama akan kasih tau Papa supaya Papa gak tanyain aneh sama maksud kamu."

"Genoa, lagi coba hati-hati. Genoa gak mau terlalu terlihat balas dendam, Ma. Mereka jumlahnya cukup banyak. Genoa gak kenal semuanya maka dari itu Genoa takut di antara mereka bisa aja menghancurkan apa yang Genoa punya."

"Mama dan Papa bakal hati-hati, Gen. Tapi sekarang kamu yang harus jaga diri kamu juga. Kondisi kesehatan kamu apalagi jangan terlalu memaksa untuk berpikir berat seperti ini, Gen. Kasian sama keadaan kamu."

Menjadi anak satu-satunya di keluarga ini membuat keberanian cowok itu meningkat untuk menyelesaikan masalah ini. Ia mengangguk yakin.

"Genoa berusaha lindungi Mama dan Papa."

Termasuk melindungi Dira.

* * *

ABSEN YANG MASIH TERUS BACAA?

SHARE JUGA NIH KE TEMAN-TEMAN KALIAN BUAT BACA CERITANYA❗❗❗

LANJUT KAN?!

NEXT?

SPAM KOMENTAR YUK SUPAYA TERUS LANJUT

SEMOGA SUKAAA

TERIMA KASIH

FOLLOW INSTAGRAM
@ERLITASCORPIO
@ERLITASCORPIOWP
@FIRLANAGRANDE

Titik TerendahWhere stories live. Discover now