Still You Part 9

130K 5.6K 149
                                    

Part 9



Clara masih masih menunggu jawaban pertanyaan dari dalam hatinya saat ini. Walau Aga terlihat cuek dengan sikap wanita di sampingnya ini, tapi dia membiarkan tangan wanita itu tetap merangkul pundaknya tanpa berusaha untuk mengenyahkan atau melepaskan rangkulan tangan itu.

Pertandakah?

Clara tersenyum kaku membalas senyuman manis yang terukir di wajah cantik wanita ini.

“Nanti aku hubungi lagi.” jawab Aga akhirnya dengan menoleh ke arah wanita itu.

Clara yang sengaja melihat ini hanya mampu mengendalikan detakan jantungnya saja, saat ini. Dugaannya masih samar tapi Clara yakin, mereka berdua bukan saudara atau teman. Wanita itu tersenyum tulus dan Aga menjawab pertanyaan dengan menatap wajah wanita itu.

Tanpa Clara sadari ada deheman kecil yang membuyarkan tatapannya.

Ia sedikit salah tingkah, kini tahu kalau Aga menatapnya.

“Jadi, dia asisten baru kamu?” tanya wanita berambut ikal coklat keemasan itu pada Aga. Terlihat manja namun wanita ini bukan type wanita manja, lebih ke elegant kalau Clara bilang. Tapi, apa yang dia bilang tadi. Asisten?

Asis—what??!!! Belum sempat Clara mengalihkan pandangannya ke wanita itu, deheman Aga lagi yang segera membuyarkan keterkejutannya.

Asisten Aga? Ya, Tuhan! Ini mimpi buruk atau apa? Semoga ini tidak benar. Semoga tidak benar! Doanya dalam hati ketika melihat raut wajah Aga yang tenang dan penuh dengan tatapan seperti menusuk matanya kini.

Jangan bilang YA! Ku mohon, batinnya.

“Ya. Dia asisten baruku.” jawab Aga singkat dan tatapannya masih melekat padanya.

Seketika tubuh Clara terasa lemas, tidak bertenaga.

Demi, Tuhan... apa rencana Aga selanjutnya untuk membuatnya merasa tersiksa karena kejadian empat tahun silam. Ironi memang, pria ini sepertinya sangat membencimu, Clara.

“Oh, selamat bergabung di Perusahaan ini. Kenalkan saya, Arinta.” sapanya tersenyum ramah pada Clara dan Clara membalasnya juga dengan tersenyum...kaku sekaligus gugup.

Clara segera menyambut uluran tangan wanita yang bernama Arinta ini, “Clara. Terima kasih.” lanjutnya masih... gugup dan ia tidak tahu harus bagaimana menyikapi situasi ini.

Arinta belum melepaskan genggaman tangannya membuat Clara mengernyit tapi ia bisa melihat ada tatapan penuh kasih di mata wanita ini...untuknya. Penuh kasih untuknya? Ini tidak mungkin.

“Saya, tunangan Bapak Aga. Senang berkenalan denganmu, Clara.”

DEG.

Seiring dengan debaran jantungnya berdebar dengan begitu keras saat itu juga genggaman tangannya dari Arinta terlepas.

“Saya juga.” jawabnya nyaris berbisik.

Clara duduk kembali ke kursinya, masih di depan meja Aga yang kini bahkan masih menampilkan wajah datarnya. Maksud Clara, harusnya kalau Aga tidak suka dia akan menolak kalau Arinta mengatakan mereka bertunagan, tapi Aga bahkan hanya diam.

Mereka bertunangan. Serasi...benar-benar serasi.

Jadi inikah salah satu yang ingin Aga tunjukkan padanya, kalau ia sudah tidak ada kesempatan walau hanya untuk memperbaiki hubungan, sebagai keluarga atau teman...mungkin.

Sudah tidak ada harapan, Clara... walau hanya untuk menjelaskan semuanya. Walau untuk meminta maaf. Jelas, sudah tidak ada.

Meminta maaf? Tidak ada gunanya lagi toh Aga sudah bertunangan dan entah kapan akan menikah. Yang pasti mereka akan menikah.

Still YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang