Gael Aland ● 6

3K 202 5
                                    

Hal pertama yang akan di lakukan Laurie begitu dia bangun dari tidurnya adalah: memeriksa keadaan ibunya di kamar. Dan dadanya yang naik turun dengan teratur disaat terlelap mengartikan jika wanita itu dalam keadaan baik-baik saja. Maka, barulah Laurie menyiapkan diri sebelum ke sekolah. Tak lupa menyiapkan bekalnya sendiri. Sesekali sang ibu yang akan menyiapkan bekal Laurie. Tapi sepertinya kali ini wanita itu terlalu kelelahan dengan cucian kotor yang akan segera diantarkan kepada pelanggan hingga tertidur sangat pulas. Tentu saja Laurie tak tega membangunkannya.

Menyandang tas setelah menguncir rambutnya di depan cermin, Laurie melangkah menuju ruang tamu. Kakinya terhenti begitu melihat siapa yang kini tertidur di sofa dengan berbagai botol bekas minuman keras di atas meja. Menghela nafas, cewek itu mencoba menghiraukannya dan keluar dari rumah begitu saja.

Apa yang bisa dia harapkan dari ayahnya?

Pagi-pagi sekali sudah bangun tidur dan memberinya uang saku?

Bahkan Laurie tak ingat lagi kapan terakhir pria itu bersikap sebagai seorang ayah dan kepala keluarga.

Menghentikan sebuah angkot, Laurie berangkat ke sekolahnya sambil menatap jalanan. Hari-harinya selalu begitu. Hingga nanti di kembali lagi ke rumah, rasanya tak ada hal yang menarik.

Di SMA Rajawali, tepatnya di kelas 11 IPS6, dua orang cowok sudah sibuk mencuri coklat dan hadiah-hadiah lain di dalam laci meja Laurie. Semua hadiah dan coklat-coklat itu dari pengemar rahasia Laurie. Dan selalulah sebelum gadis yang cukup sering terlambat itu datang, Banyu dan Yaksa sengaja datang duluan untuk mencuri semua yang ada di laci Laurie. Lumayan, dari pada jajan di kantin, pikir mereka.

Dan saat cewek itu memasuki kelas, matanya langsung tertuju pada dua cowok sialan yang duduk di ujung belakang kelas itu. Aura permusuhan langsung terlihat di antara mereka. Mata Banyu yang sengaja dia besarkan sama sekali tak menciutkan nyali Laurie. Cewek itu justru memutar bola matanya sebagai reaksi.

"Gue sumpahin semoga apapun yang kalian curi dari laci gue dan kalian makan, akan jadi kura-kura di dalam perut kalian berdua!" Laurie melangkah mendekati kursinya. Memeriksa dulu keadaan kursi dan semuanya sebelum duduk dengan nyaman.

Siapa tahu Banyu dan Yaksa sudah memotong kaki kursinya untuk membuat Laurie terjatuh?

"Dear Laurie, semoga lo suka ya sama coklat nya. Gue selalu perhatiin lo."

Suara menggelegar milik Banyu mengisi kelas, diakhiri kekehan cemoohnya. Cowok itu baru saja membacakan surat dari coklat yang akan dia makan.

Sebagian anak kelas 11 IPS6 dan anak Rajawali yang mendapatkan cerita, iri pada Laurie yang selalu mendapatkan hadiah dari penggemar-penggemar rahasianya walau berakhir di ambil oleh Banyu dan Yaksa. Tapi walaupun begitu, Laurie sebenarnya tidak ambil pusing jika semua hadiah yang setiap hari selalu ada itu di ambil oleh kedua cowok sialan itu. Dia tidak memikirkannya. Dia tidak berminat.

Detik berikutnya Laurie merasakan kepalanya di lempar oleh remasan kertas yang ternyata adalah surat yang tadi bacakan oleh Banyu. Menoleh, Laurie mendapati wajah 'mencari gara-gara' milik cowok itu. Maka, Laurie menunduk meraih surat yang sudah di remas itu lalu mengisinya dengan penghapus miliknya. Bangkit dan melangkah mendekati Banyu yang sudah menarik bibir karena senang Laurie meladeninya bahkan di saat hari masih pagi.

Laurie berdiri di hadapan Banyu yang kini menegakan punggungnya. Dengusan cewek itu kemudian terdengar.

"Lo mau-"

Ucapan Banyu terhenti saat Laurie begitu saja melempar remasan kertas berisi penghapus di tangannya ke dahi Banyu dalam jarak dekat.

Suara kekehan tertahan milik beberapa anak kelas membuat Banyu mendengus dan berteriak menyuruh mereka diam. Juga Yaksa, teman Banyu yang tak kalah sialannya dibanding cowok itu, dengan terang-terangan terkekeh keras sebelum Laurie menginjak kakinya di bawah meja dengan sekuat tenaga. Dan keduanya tak bisa membalas saat Pak Subur sudah memasuki kelas.

Gael Aland (Completed)Where stories live. Discover now