Doa

22 0 0
                                    

Akhirnya Allah mengirim Tara untuk membantuku, kalau tidak aku mungkin sudah terlantar atau aku mungkin  memilih tinggal dimasjid. Setelah sampai dikos Tara aku membersihkan diriku dan Tara meminjamkan pakaiannya untuk ku. Tara sangatlah baik walalupun dia bukanlah mahasiswa yang aktif berorganisasi. Setelah aku selesai bersih-bersih dan sholat isya dia mengajakku mengobrol dan memintaku menceritakan apa yang telah terjadi. Pada saat tu pula aku menonaktifkan handphone ku.

Dia begitu penasaran karena mataku sudah bengkak karena tangisanku, aku sudah menceritakan kepada Allah saat aku sholat isya dia pun ternyata juga melihatku menangis.

"kamu kenapa? Coba cerita?" tanyanya dengan begitu lembut dan penuh rasa kasihan kepadaku

Aku tak bisa berkata apapun. Aku mencoba menahan air mataku tapi air mata ini tiba-tiba terjatuh, dan menyesakkan dada, aku tak mampu menceritakannya. Dia pun hanya mengelusiku, lalu aku mencoba mengatakan ini dan itu. Dan akhirnya dia pun memahami apa yang telah terjadi kepadaku.

Keesokkan harinya sesudah aku menunaikan sholat subuh aku baru teringat kalau aku ada jam kuliah pagi itu. Tapi letak kampusku begitu jauh pasti Tara akan merasa direpotkan jika aku meminta tolong untuk mengantarkanku. Aku pun memutuskan untuk tidak hadir pagi itu. Tapi aku harus izin kepada ketua kelas. Aku mencoba menghidupkan kembali handphone ku ternyata banyak sekali pesan masuk. Namun entah kenapa aku tak  minat untuk membacanya. Aku hanya membaca pesan dari teman kosku, dia banyak sekali mengirim pesan.

"Nuha kamu dimana?" salah satu pesannya

Aku hanya membacanya. Setelah aku bersiap-siap aku meminta Tara untuk mengantarkan aku ke halte bus dekat masjid, ia pun mengantarku. Saat itu pukul 08.00. jika aku kekampus maka itu akan sia-sia karena sudah terlambat. Aku pun memutuskan setelah sampai aku akan langsung pulang ke kos.

"Tara makasih ya, udah bantuin aku, semoga Allah melancarkan urusanmu " ucapku kepadanya

"iya Nuha, aamiinn. Udah jangan dipikirin lagi, kamu pucet banget Nuha, pasti kamu capek. Seharusnya kamu dikos aku dulu"

"ngga papa Tara aku baik-baik aja kok, makasih ya baju nya hehe" ujarku

" kamu lo pake baju yang kemarin" katanya sambil mengejekku

"hehee..."

Setelah itu bus datang dan aku pun bergegas dan berpisah dengan Tara. Sepanjang jalan aku masih merasakan sesak, semua kejadian kemarin benar-benar menyayat hatiku. Aku tak minat lagi membuka handphone, apalagi membuka media sosial. Aku merasa begitu berantakan hari itu. Setelah setengah jam perjalanan , bus pun tiba dihalte depan kampusku. Aku harus berjalan lagi menuju kosan yang terletak di belakang kampus.

Aku menyebrang jalan dan berjalan sendirian menuju area kampus, tiba-tiba ada yang memanggilku, aku tau itu adalah suara seorang laki-laki dan dia adalah teman di organisasi lembaga dakwah yang sama denganku. Aku pun menghentikan langkahku, sambil menarik nafas aku membalik dan melihatnya yang berada di belakangku.

"kamu darimana?" ujarnya sambil berjalan kearahku

Aku tak mampu menjawabnya, aku hanya bisa tersenyum dan pergi menjauh. Dia pun terus mengejarku. Tiba-tiba teman kos ku memanggil.

"Nuha tunggu" teriaknya sambil berlari dan mencegatku

"kamu tu dari mana? Kok di hubungi ngga bisa? Terus kamu kok pake baju yang kemarin? Kamu tidur dimana?"

Ia bertanya seolah ia sangat mengkhawatirkanku, pada saat itu pula teman laki-laki itu ada di samping kananku. Aku tak bisa berkata apapun. Rasanya sesak air mata ini hampir terjatuh. Aku hanya bisa menjawab dengan ekspresi datarku.

" ngga papa kok" aku pun langsung berlari menjauh dari mereka, dan mereka terus saja meneriaki ku .

Aku pun lewat jalan terpencil menuju kos ku. Sesampainya dikos aku langsung mengunci kamar kosku dan menangis sejadi-jadinya. Sejak saat itu aku memtutuskan untuk segera menyelesaikan amanah ini dan perlahan menghilang. Aku sudah mulai jarang datang rapat, ikut kegiatan, ataupun kajian-kajian yang mereka adakan. Sungguh aku tak ingin membenci siapapun. Tapi tak ada satu pun yang memperdulikanku.

Jangan Salahkan AmanahWhere stories live. Discover now