Yakin

24 0 0
                                    


Jadi begini...

*Flashback on*

Dulu ketika aku semester 4 kak Syifa, kakak murobbiku, menyampaikan amanah kepadaku, amanah itu adalah amanah organisasi lembaga dakwah kampus. Aku disini diamanahkan menjadi salah satu ketua dapartement. Awalnya aku ragu untuk menerima, tapi setelah aku diskusikan dengan temanku sesama kader, ia meyakinkanku untuk menerimanya. Dan aku pun yakin. Sejak aku menerimanya aku berteguh diri untuk bertanggung jawab dalam mengemban amanah itu.

Aku senang, di organisasi tempat aku mengemban amanah adalah wadahnya teman-teman yang luar biasa, sholih dan sholihah. Aku percaya spenuhnya dengan mereka. Merekapun juga senantiasa mengingatkan dalam kebaikan, membantu layaknya saudara, dan banyak hal baik yang aku dapatkan disana. Namun bukan berarti hal yang menyakitkan itu lepas dari semua itu.

Suatu ketika aku ingin menjalankan program kerjaku. Dan aku pun mengerkannya. Walaupun aku tidak yakin untuk mengerjakannya, namun disisi lain aku percaya aku punya teman-teman seorganisasi yang luar biasa, pasti mereka akan membantuku.

Ya, benar sampai hari H-1 acara program kerjaku mereka membantuku walaupun hanya sekedar menjawab pertanyaan-pertanyaan dariku yang masih belum kupahami. Itu pun hanya 1 atau 2orang. Mungkin yang lainnya sibuk.

Aku terus mencoba berhusnuzhon kepada meraka. Dan sampailah dihari H.

Aku berdoa sebelum aku berangkat ke gedung dimana acara ku diadakan.

'ya Allah semoga Engkau memudahkan ku dan melancarkan segala urusanku. Berilah aku kesabaran Ya Allah. Aamiin'

Aku bergegas kehalte dan menaiki bus. Tepat pukul 06.30 aku sampai di gedung itu. Aku bergegas menuju ruangan, aku pikir aku terlambat tapi ternyata hanya aku seorang diri diruangan itu. 'Dimana yang lainnya?' kesabaranku sudah teruji pagi-pagi buta. Akhirnya tiba seorang adik tingkat yang menjadi panitia di acaraku, aku pun menghela nafas lega.

Aku mecoba menghubungi mereka, membombardir setiap grup kepungurusan ataupun grup kepanitian ini, tapi ada saja alasan mereka. Waktupun terus berjalan. Aku semakin cemas dan khawatir karena pukul 08.00 acara ini harus dimulai. Karena narasumber sudah sepakat hadir jam 08.00. peserta mulai berdatangan, dan mereka panitia acara  juga mulai datang satu persatu.

Ketika aku melihat mereka, rasanya sesak, ingin menangis namun tertahan. Aku mencoba menguatkan diriku agar terus bersabar, dan yakin acara ini akan berjalan dan selesai. Tak berhenti aku berdoa kepada Allah untuk meneguhkan kesabaran dalam dadaku.

Akhirnya acara telah usai, tepat pukul 18.00 semuanya benar-benar sudah beres. Evaluasi kegiatan juga sudah dilaksanakan, sedikit cerita saat evaluasi, sedikit namun begitu membekas, saat evaluasi itu kesabaranku benar-benar diuji dengan berbagai kritikan dari ketua umum organisasiku. Ya, aku mungkin bisa menerimanya saat itu, namun aku merasa tak perlu berkoar-koar tentang bagaimana usahaku hari ini.

Setelah itu mereka pulang, tak ada tumpangan. Aku yang tidak membawa kendaraan, terpaksa harus menunggu bus dihalte dekat kampusku. Aku begitu cemas karena ini sudah terlalu sore bus pasti sudah tidak ada lagi karena dijadwal bus terakhir pukul 18.00. tapi aku tetap yakin kalau masih ada. Namun ternyata aku sudah lama menunggu dan bus tidak datang juga.

Aku pun berjalan kaki menuju jalan raya, sambil meminta bantuan kepada teman-teman perempuan sesama anak lembaga dakwah atau kader. Namun hasilnya nihil hari semakin gelap dan adzan maghrib pun berkumandang. Aku bergegas ke masjid dan menunaikan sholat seraya memohon kepada Allah agar diberikan pertolongan.

Setelah sholat aku pun duduk di pinggir jalan dekat sebuah kedai gorengan si mamang. Aku semakin cemas. Aku harus kemana? Aku pun mencoba menghubungi teman-teman seorganisasiku. Akhirnya dijawab.

Assalamuallaikum ada apa ukh

Ukh lagi dimana, aku masih di kampus ni, aku boleh ngga minta tolong antarkan pulang?

Owalah, maaf ukh dikos masih ada keluarga ga bisa ditinggalin, coba yang lainnya ukh.

Tutt.. tiba-tiba telfonnya terputus

Aku pun menghela nafas, namun bukan karena lega. Tapi aku semakin cemas. Tiba-tiba ada pesan yang masuk., segera mungkin aku membukanya,

Waallaikumsalam afwan ukh udah sampai rumah, dan tidak bolehkan keluar lagi

Aku hanya membacanya. Aku hampir putus asa. Ada sepuluh orang sudah ku hubungi namun hanya dua orang yang membalasnya. Aku berdoa kepada Allah dan Alhamdulillah Allah mengabulkan doaku. Sebelum adzan isya dikumandangkan , seorang teman SMAku mengenaliku lalu menyapaku.

"lho Nuha?" ujarnya kaget melihatku

"Tara? Alhamdulillah..." ucapku seraya beranjak dari tempat aku duduk

"kamu ngapain disini? Sendirian lagi?"

"Tara aku boleh ngga singgah dikos kamu, mala mini saja besok aku pulang?"

"tapi kamu kok bisa disini?"

"nanti aku ceritakan dikos ya"

"ohh oke, ya udah ayok ikut aku" ajaknya

Jangan Salahkan AmanahWhere stories live. Discover now