DUA PULUH

466K 55.7K 15.8K
                                    

Yang Baca Cerita Ini Wajib Follow Instagram :

@gang_diamnd
@wp.martabakkolor
@iiiitaaaa_12

1000 vote + 1000 komen untuk next!

Vote-nya imbangin dong.

****

Areksa menaiki tangga yang biasa ia gunakan untuk pergi ke kamar Ilona. Sebenarnya, bisa saja dia lewat pintu depan seperti biasanya. Tapi kali ini Areksa lebih memilih menaiki tangga lantaran ada kedua orang tua Ilona di rumah. Cowok itu malas bertatap muka dengan mereka.

Areksa menepukkan tangannya untuk menghapus sedikit debu yang menempel di telapak tangannya. Ia menatap Ilona yang juga tengah memandangnya.

Dengan langkah lebarnya, Areksa masuk ke dalam kamar gadis itu. Ilona masih setia duduk di atas kasur. Keduanya saling tatap cukup lama. Suasana yang menyelimuti mereka seolah berubah menjadi canggung tidak seperti biasanya.

"Masih marah?" tanya Areksa dengan suara berat khas miliknya.

Pertahanan Ilona luntur saat itu juga. Gadis itu mengerucutkan bibirnya membuat Areksa tidak tahan untuk tidak memeluknya. Cowok yang sekarang memakai kaos polos berwarna hitam itu memeluk Ilona dengan penuh kasih sayang.

"Gue minta maaf, Na," bisik Areksa seraya mengeratkan pelukan mereka.

Ilona membenamkan wajahnya di dada bidang milik Areksa. Tempat paling nyaman menurut dirinya. Gadis itu masih diam dan menikmati posisinya yang sekarang.

Usapan lembut tangan Areksa di kepala Ilona membuat gadis itu merasakan kenyamanan yang luar biasa.

"Gue cuma takut lo berpaling, Sa," balas Ilona akhirnya.

Areksa mengurai pelukan mereka. Ia sedikit menundukkan kepalanya untuk menatap Ilona tepat di kedua manik mata milik gadis itu. Kedua tangannya bertumpu di pundak Ilona.

"Dengerin gue baik-baik. Di dunia ini, nggak ada yang bisa nempatin hati gue selain lo sama keluarga gue, Ilona," ujar Areksa meyakinkan.

"Nggak percaya," jawab Ilona.

"Emangnya, perhatian gue ke lo selama ini belum cukup buat lo ngerti, ya, Na?" Areksa menghela napas sabar. Tatapan matanya melembut. "Lo perlu bukti apa lagi supaya percaya?"

"Gue nggak suka lo deket-deket sama Norak, Sa. Gue emang percaya kalau sekarang lo nggak ada rasa sama dia. Tapi gimana kalau nanti, besok, atau bahkan lusa? Apa lo bisa jamin itu semua?"

"Bisa. Gue bisa jamin itu semua." Areksa memegang kedua pipi milik Ilona. "Cantiknya Eksa cuma satu. Itu lo, Queen Ilona."

Ilona memandang kedua mata Areksa. Mencoba mencari kebohongan di mata cowok itu. Areksa tidak berbohong. Ilona sama sekali tidak menemukan keraguan di mata cowok itu.

"Sekarang, lo percaya?" tanya Areksa.

Dengan pelan Ilona mengangguk. Gadis itu berhambur ke dalam pelukan Areksa lagi. Perasaannya terasa sedikit lega. Begitu juga dengan Areksa. Ilona memang terkadang sulit untuk dibujuk.

Areksa tersenyum lebar. "Jangan ngambek lagi. Nanti cantiknya ilang."

Ilona melepas pelukannya. Ia menunjukkan kalung yang Areksa berikan padanya. "Pakein."

Areksa tertawa kemudian menjawil hidung mancung milik Ilona. Ia menerima uluran kalung dari gadis itu. "Hadap belakang. Gue pakein kalungnya."

Ilona pun menurut. Senyum di bibirnya perlahan mengembang ketika Areksa memakaikan kalung itu di lehernya. Ia memegang liontin kalung cantik itu.

AREKSAWhere stories live. Discover now