LIMA

625K 70K 14.2K
                                    

Aku adalah bagian dari mereka yang terluka, dan bersembunyi di balik tawa.

                               ***

Setelah menempuh perjalanan dengan cara kebut-kebutan, akhirnya Areksa sampai di rumah Ilona dalam waktu lima belas menit saja. Jantung cowok itu berdebar kencang dengan keringat dingin di sekujur tubuhnya. Tidak ingin menunggu Ilona membukakan pintu, Areksa pun langsung menerobos masuk ke dalam.

Matanya membulat saat melihat darah yang bercecer di lantai. Ilona tidak mungkin nekad, kan?

"Ilona! Lo di mana, Na?!" teriak Areksa, masih mencari keberadaan gadis itu. Ia berdecak sebal karena tidak kunjung menemukan Ilona di dalam rumah, termasuk di dalam kamar.

Kedua kakinya itu melangkah menuju belakang rumah. Matanya menangkap siluet seorang gadis yang sedang dirinya cari. Ilona duduk merenung di ayunan halaman belakang rumah. Areksa langsung berlari menghampiri gadis itu kemudian memeluknya dari belakang.

"Lo bikin gue hampir mati, Na," ujar Areksa, masih dalam posisi mendekap erat tubuh Ilona. Ia mengelus kepala gadis itu yang bersandar di dada bidangnya.

"Kenceng banget," gumam Ilona.

"Apanya?"

"Jantung lo," balas Ilona lalu beralih memegang tangan cowok itu, "tangan lo dingin banget, Sa. Lo mau mati apa gimana?"

Astaga ....

"Lo udah bikin gue hampir jantungan, tapi dengan santainya lo bilang kayak gitu? Sinting lo. Bener-bener sinting gila miring," kata Areksa. Ia menatap Ilona tak percaya, lalu melepas pelukan mereka.

"Selain sinting gila miring, gue juga bego, nggak tau diri, malu-maluin, kerjaannya bikin ulah, hobi gangguin lo sama—"

"Berhenti jelek-jelekin diri lo sendiri walaupun kenyataannya emang gitu," balas Areksa lalu terkekeh pelan. Ia mengecek seluruh tubuh Ilona untuk memastikan kalau bayi besarnya itu tidak apa-apa.

"Lain kali jangan kayak gitu, Na. Lo tau kan sepenting apa lo di hidup gue?" Areksa menghela napas panjang lalu kembali melanjutkan, "hidup gue itu buat lo. Jadi, kalau lo nggak ada, buat apa lagi gue di dunia?"

Areksa tersenyum sembari mengusap lembut kedua pipi Ilona. Tatapan teduhnya itu mampu menghipnotis Ilona dalam sekejap mata.

"Makasih, Sa," kata Ilona begitu terharu dengan ucapan Areksa. "Makasih udah buat gue ngerasa dihargai di dunia," lanjutnya kemudian memeluk cowok itu lagi.

Areksa tidak bisa membayangkan bagaimana hancurnya dia saat kehilangan seseorang yang begitu disayanginya.

                                 ♥  ♥  ♥

"Ilona kena teror."

Canva yang tengah asyik memakan mi instan itu langsung tersedak akibat perkataan Areksa. Marvin yang berada di samping cowok itu justru tertawa, bukannya mengambilkan minum untuk sahabatnya.

"Lo ... serius?" tanya Samuel dengan raut wajah serius sekaligus penasaran.

Terdengar helaan napas berat dari mulut Areksa. Ia mengambil secarik kertas dari dalam saku celananya dan memberikannya kepada Samuel. Ketua dari DG itu langsung membuka lipatan kertas itu dengan cepat.

13, merah -L

"Maksudnya?" tanya Samuel, tidak mengerti dengan tulisan yang tertera di sana.

Areksa mengedikkan bahunya. "Gue tadi nemu kertas itu di dalam bingkisan yang dikirimin buat Ilona."

Marvel yang merasa penasaran itu pun langsung merampas kertas itu dari tangan Samuel. Cowok itu membaca tulisan yang tertera di sana dengan kedua alis yang saling menaut.

AREKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang