BAB 4 - D, Dilemma Dissapoint

42.1K 2.2K 26
                                    

Kamar mandi tersebut di dominasi warna putih dan beraroma musk yang menyegarkan, berukuran sangat luas dengan lantai marmer berkilauan yang begitu menampilkan kemewahan. Sebuah bak mandi berbentuk hati juga terdapat disana, dengan ukuran besar yang dapat menampung lebih dari satu orang, pertanda tempat itu memang sering digunakan untuk mandi bersama oleh pemiliknya.

Pada sebuah cermin terpantul wajah pucat Diva yang berdiri kaku memegang alat tes kehamilan. Sesekali ia terlihat menelan ludah, terlihat ragu-ragu namun berusaha memberanikan diri untuk melihat hasil yang muncul dari hasil alat tes kehamilan tersebut. Dengan tangan gemetar, ia pun akhirnya menyingkirkan telapak telunjuknya yang sedari tadi menutupi hasil tes tersebut.

Sedetik.. dua detik…

Lalu kemudian ia hanya bisa menghela nafas pilu. Melihat garis yang muncul pada alat tersebut hanya terdapat satu garis, pertanda dirinya masih belum juga hamil.

**

Jessica menyesap teh hangat yang baru saja disuguhkan di hadapannya oleh Anjani pembantu di rumah besar itu, lamunannya buyar saat sosok yang tengah ditunggunya telah duduk di depannya dengan setelan pakaian kantor yang begitu matching semakin menambah kharisma sosok pria itu sebagai seorang CEO.

“ apa yang bisa kubantu kakak ipar? Sepagi ini kau sudah berkunjung ke rumahku?” sapa Dave sopan bertanya pada Jessica.

“ Hai Dave! Maaf jika aku datang terlalu pagi, apa aku mengganggu kau dan Diva?”

“ tentu saja tidak… ayolah santai saja, rumah ini adalah rumahmu juga dan kita adalah satu keluarga. Jangan lupakan ikatan diantara kita karena sama-sama menikahi dua orang kaku itu…” Dave tertawa kecil

Ucapan Dave membuat Jess tampak lebih rileks, ia pun akhirnya tertawa. Dave benar, pria itu sepertinya sangat mengerti apa yang tengah dirasakan olehnya. Ah bagaimanapun lagi-lagi Dave benar, tak ada seorang pun yang mengerti bagaimana rasanya menjadi dirinya kecuali orang yang memang memiliki pasangan hidup dengan kepribadian yang mirip dengan kepribadian suaminya.

“ jadi apa Diva… mmm maksudku kalian sudah berhasil untuk memiliki anak kedua?” Jess bertanya hati-hati

“ belum! Tapi kami selalu berusaha setiap harinya..” jawab Dave santai, dan jawaban Dave membuat wajah Jess merona karena mengerti apa maksud pria itu.  “ Jadi bagaimana Jessica, siap bergabung dengan perusahaanku? Kau tau sebagai adik ipar yang baik, aku akan menyediakan posisi di tempat manapun yang kau inginkan!”

“ kau sangat to the point..” Jess tersenyum kecut

that’s me!” pria itu membalas kembali dengan senyuman. “Aku mengerti perasaanmu Jess, percayalah Mike melakukan ini semua untukmu. Para pria, ah maksudku para suami pada umumnya menginginkan istrinya hanya fokus pada mereka dan keluarga, bukan yang lain.. tak ada pria yang ingin waktunya dibagi”.

“ ya perlahan aku semakin paham… Untungnya Mike masih mengizinkan aku bekerja kantoran, ya walaupun ia hanya mengizinkan aku bekerja di kantormu, tidak di tempat lain. Tapi setidaknya ia memberi izin. Oleh karena itu Dave, aku ingin mengikuti proses seleksi karyawan seperti pada umumnya, aku tidak ingin hanya karena kau adalah pemilik perusahaan itu sehingga aku jadi tidak berjuang mendapatkan apa yang aku inginkan. Jadi untuk posisi, biar nanti bagian HRD kantormu saja yang memutuskan setelah aku mengikuti ujian sebagaimana mestinya”

“ wah sayang sekali, padahal aku bisa memberikan kau posisi dimanapun kau menginginkannya. Tapi baiklah jika memang kau ingin seperti itu. Selamat bergabung di Del Castillo Coorporation!” seru Dave mengulurkan tangan pada Jess yang seketika disambut oleh Jess yang juga tersenyum pada Dave.

Happy 4 You Happy 4everWhere stories live. Discover now