Teman Dekat

19 0 0
                                    

"Hai ren, gimana..udah siap untuk presentasi hari ini ?" Suara bass khas yang sudah tidak asing di telinga Irene membuyarkan lamunannya.
" Nico lu bisa ga sih sehari aja ga ngagetin gue ? Presentasi bisalah diatasi, tapi kalo gue jantungan trus mati gegara elu gimana ?" Sanggah Irene sebel.
"Ya tinggal panggil ambulans, bawa ke rumah sakit, minta jam mati trus kubur. Selesai." Jawab Nico enteng yang bikin Irene naik darah.
"Eehh kampret ni bocah. Bae-bae lu sama gue. Nasib kenaikan gaji lu semua ada di tangan, mulut dan mood gue tar. Kalo sampe mood gue jeblok gegara elu, gue bisa kasi jaminan elu orang yang paling ga beruntung tahun ini " ancam Irene.
"Sial lu. Percuma punya temen manager keuangan kalo gue ga bisa naik gaji. Mohon ampun ibunda ratu maha sempurna." Rayu Nico.

Nico adalah sahabat Irene di tempat kerja dan di luar kerjaan semenjak hari pertama mereka bekerja di sini. Nico dan Irene satu angkatan di sini walau beda divisi.
Banyak orang yang bilang kalau mereka ini pacaran.

Nico Pov

Hari ini seperti biasa, aku berangkat ke kantor dengan penuh semangat. Mengingat akan bertemu seseorang yang sudah lama ku cintai, walau aku terjebak dalam lingkaran yang namanya Friendzone.
Irene sahabatku. Aku cinta kamu.

James Pov

Aku cemburu melihat mereka. Banyak yang bilang mereka pacaran. Bahkan teman seangkatanku juga sudah mengetahuinya. Apa harus aku akhiri sampai di sini perasaanku pada Irene ? Ahhh sudahlah, akan ku pelajari pelan-pelan tentang mereka.

Irene Pov

Hari yang melelahkan. Serangkaian presentasi dengan atasan dan klien yang seharusnya tidak perlu ku hadiri, tetapi gegara si kampret Nico, akirnya aku harus ikut. Dan ini sangat melelahkan. Aku butuh kopi.

"Sore bu. Ketemu lagi " suara James memecahkan suasana pantry yang kosong.
"Oh hai...ehhh James, yeah James. Gimana first day ? Masi grogi?" Pertanyaan Irene membuat lelaki di depannya tersenyum lebar.
"Sudah tidak bu. Saya menikmati hari ini. Di awali dengan hari yang indah karena bertemu bidadari. Senior yang ramah. Rekan kerja yang kooperatif. Dan akan di akhiri dengan senyum manis dari bidadari lagi." James mulai melancarkan serangan.
"Waw..beruntung sekali bertemu bidadari. Ucapkan salamku untuknya."Irene yang tidak mengerti dengan ucapan James barusan membalas sekenanya lalu pergi meninggalkan pantry. Masih banyak pekerjaan yang harus ia selesaikan.
Dan James masih terpesona.
"Bidadari itu kamu cantik" bisiknya dalam hati.
Walau masih ada rasa cemburu terhadap bidadarinya dan manager HRD, tetapi setidaknya dia menutup hari dengan senyuman bidadarinya.

Irene Pov

Anak baru tadi, James iya James, sangat aneh. Apa maksudnya dengan bidadari. Sekilas ia tampak sempurnya, tetapi sepertinya sedikit tidak waras. Entah kenapa Nico bisa menerimanya bukan di seleksi dulu dengan seksama.
Ehh tapi apa bener bidadari itu benar-benar ada di sini ? Kalau ada bidadari, jangan-jangan ada Pangeran tampan juga. Ohh God tampaknya aku juga ikutan gila. Sebaiknya aku kembali fokus bekerja biar segera pulang.

Belum juga selesai pekerjaan Irene, Nico sudah datang menjemputnya.
"Aku lapar teman. Ayo pulang." Rengek Nico.
"Eh pak manager HRD, mohon maap nih ya, manager Keuangan harus banget nih nyelesaiin kerjaannya dulu. Biar besok semua beres." Irene ngeles.
"Tepu banget sih lu, besok juga bisa dikerjain. Kalo sekarang semua lu kerjain besok kerjaan lu apa? Gue aebagai manager HRD akan menuntut pertanggung jawaban. Ayok buruan, laper gue. Gue tunggu di depan ga pake lama" Pinta Nico mulai maksa.
Kalau sudah maksa dan merengek seperti tadi, Irene sudah yak berdaya. Segera di bereskan semua kerjaannya tadi, sebelum Nico makin menjadi.

Tanpa mereka sadari, ada seseorang yang memperhatikan mereka. Kalau menurutnya, ini adalah bagian dari misi untuk mempelajari mereka, apakah benar mereka pacaran. Walau sakit, James bertahan.

Tentang KitaWhere stories live. Discover now