Chapter Three

489 56 17
                                    

"Aku ingin ke London. Um ... aku tau itu agak sedikit aneh terdengar, maksudku, kalian ini band asal London 'kan? Jadi, jika aku menang otomatis aku akan ke London." Aku menjawab pertanyaan si cowok mirip Beckham itu.

"Ah, okay, sekarang, bernyanyilah." Suruh pria berambut gondrong dengan suaranya yang agak ... um, sudahlah.

Saat aku hendak saja bernyanyi aku mendengar suara teriakkan histeris dari luar.

"AAAA Harry! Harry! Harry! Aku ingin bertemu Harry! Kumohon." Teriakkannya makin terdengar, dia menjerit hingga terdengar sedikit isak tangis dan menyebut nama 'Harry'.

Si pria berambut curly itu berdiri dari posisi duduknya dan mengahampiri gadis histeris tadi yang kini sudah ada di depan pintu ruang audisi. Dia meregangkan tangannya menghadap gadis itu dan berkata "Hug me, babe." dan gadis itupun memeluk si curly yang dicurigai namanya Harry. Gadis itu menangis histeris di pelukannya, sebenarnya ada apa dengan si curly itu hingga membuat seorang gadis menangis? Gadis itu terus menangis histeris dengan berkata "I love you, Harry. I can't believe it, It's you?" dan si curly itu membalasnya "I love you too. Dan kau tak perlu menangis. Lihat, ini aku, Harry, aku ada di depanmu sekarang." Dia memeluk kembali dengan erat.

Aku dan ke empat personel One Direction lainnya hanya menatap aneh kepada si curly dan gadis itu. Si curly berkata lagi pada gadis itu "Kita akan bertemu lagi. Senang bertemu denganmu." si curly dan gadis itu melepaskan pelukkannya dan gadis itu pun di tarik oleh salah satu penjaga disini, dan si curly melambaikan tangannya dan kembali ke posisi duduknya.

"Silahkan kau bernyanyi." Suruh si curly itu padaku, dan ku harap tak ada lagi gangguan.

We were both young, when I first saw you.

I close my eyes and the flashback starts-I'm standing there, on a balcony in summer air.

I see the lights; see the party, the ball gowns.

I see you make your way through the crowd-You say hello, little did I know...

That you were Romeo, you were throwing pebbles-And my daddy said "stay away from Juliet"-And I was crying on the staircase-begging you, "Please don't go..."

And I said...

Romeo take me somewhere, we can be alone.I'll be waiting; all there's left to do is run.

You'll be the prince and I'll be the princess,It's a love story, baby, just say "yes"

Aku bernyanyi dengan penuh percaya diri, dengan gaya layaknya seorang penyanyi profesional.

Seluruh personel One Direction bertepuk tangan, dan aku pun berhenti bernyanyi.

"Bagaimana?" Tanya dengan raut wajah senang.

"Hah? Apa?" Ujar si blonde.

"Keputusannya? Apa aku lolos?"

"Suaramu bagus, bahkan amat bagus, tapi keputusannya kami kirim lewat surat besok. Di formulir sudah tertera namamu dan alamatmu 'kan?" Jelas si wajah-mirip-beckham. "-dan namamu--" Dia sedikit membaca name tag-ku "-Chissy?"

"It's Chrissy."

"Okay, Chrissy, sekarang kau boleh pulang." Tambahnya lagi.

Akhirnya aku kembali keluar dengan melewati pintu yang sama saat aku masuk tadi, di luar telah berdiri seorang Skandar yang menungguku.

"Hey, Skand!" Sapaku dan Skandar berbalik badan menghadapku.

"Hey! Bagaimana? Apa kau lolos?"

"Keputusannya di kirim lewat surat besok, dan, semoga saja aku lolos." Aku tersenyum.

Kami, Aku dan Skandar, naik ke mobil dan Skandar mengantarku ke rumah.

Esok hari.

"Chrissy, ada surat untukmu!" Teriak Dad dari depan pintu  kamarku, dan itu cukup untuk membangunkan tidur nyenyakku.

Aku membuka pintu kamarku, dan disitu terlihatlah Dad yang sedang memegang amplop putih yang kupikir itulah suratnya.

"Surat dari siapa, Dad?" Tanyaku sembari mengucek pelan mataku.

"Entah. Namun, ada tulisan 'PENGUMUMAN AUDISI. UNTUK: CHRISSY COSTANZA'"

"Hah? Apa benar itu suratnya?" Aku mengambil surat yang tadinya di pegang Dad dan membuk- belum sempat aku membukanya, handphone ku bergetar yang bertanda ada telfon masuk, akhirnya aku angkat dahulu telfon itu.

(Hallo Chris)

Ya? Skandar? Ada apa?

(Suratnya sudah sampai?)

Iya, sudah sampai

(Tadinya mereka mengirim ke rumahku karena aku baru ingat saat mendaftarkanmu aku menuliskan alamat rumahku)

Yah, bagaimana sih kau

(Aku minta maaf)

Yasudah tak apa, yang terpenting sekarang sudah ada di rumahku

(Ya, kau sudah membukanya?)

Belum, baru saja aku ingin membukanya dan kau telfon

(Yasudah, jika kau sudah membukanya beri tahu aku ya)

Baiklah, terimakasih Skand

(Ya, bye)

Bye

Terputus.

Akhirnya aku membukanya perlahan dan jawabannya ...

tuttt tuttt tutt  LOL xD hahaha gaje banget -___-

Penasaran gak? nggak kan? yess :3

Hanifahxx

I Will Go To LondonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang