Chapter Two

573 67 17
                                    

Aku naik ke lantai dua rumahku, disana terdapat kamarku. Aku membuka pintu kamarku yang bergambar bendera Inggris di depannya, aku memasuki kamarku yang di dindingnya bergambar Big Ben dan Tower Bridge. Aku merebahkan badanku di atas kasur yang bedcover-nya bergambar bendera Inggris juga. Aku menatap sejenak langit-langit kamarku, dan sesekali mataku terpejam.

Aku harus mulai latihan mala mini, karena besok adalah hari audisinya.

Benakku.

Akhirnya aku bangun lalu menyalakan tape dan mengambil botol handbody ku yang terletak di atas meja rias, dan aku menggunakan botol itu sebagai mic. Aku naik ke atas kasur dan berkhayal bahwa aku sedang bernyayi diatas panggung.

Musik dinyalakan

Dan aku mulai bernyanyi

We were both young, when I first saw you.

I close my eyes and the flashback starts-I'm standing there, on a balcony in summer air.

I see the lights; see the party, the ball gowns.

I see you make your way through the crowd-You say hello, little did I know...

That you were Romeo, you were throwing pebbles-And my daddy said "stay away from Juliet"-And I was crying on the staircase-begging you, "Please don't go..."

And I said...

Romeo take me somewhere, we can be alone.I'll be waiting; all there's left to do is run.

You'll be the prince and I'll be the princess,It's a love story, baby, just say

Belum selesai aku bernyayi tapi pintu kamarku sudah ada yang mengetuk.

Knock knock

Lagi-lagi pintu itu diketuk, mau tak mau akhirnya aku membukanya, namun sebelum aku membukanya, aku mematikan tape nya dahulu dan disana terdapat Dad dengan tangan nya yang melipat di dada yang masih memakai baju kantornya yang masih lengkap pula.

“Hi Dad!” Sapaku padanya sambil tersenyum agak meringis.

Kau menyalakan tape sangat keras Chris, suaranya sampai terdengar dari kamar Dad.” Katanya

“Tadi tak ada orang dirumah, jadi ku pikir tak kan ada yang terganggu. Dad baru pulang ya?”

Dad hanya berdeham sambil menganggukan kepalanya. “Memangnya kau sedang apa Chris?”

Apa aku harus memberitahu hal ini pada Dad? Aduh … jika Dad tau apa dia akan marah? Tapi kata Skandar dia malah akan bangga padaku.

“Um … aku ingin mengikuti kontes menyanyi Dad.” Jawabku polos.

“Apa? Kontes menyanyi?” Dad memasuki kamarku dan duduk di sofa yang ada di dalam kamarku.

“Apa kau serius?” Sambung Dad yang sambil tertawa kecil. Akku membalikan badanku dan ikut masuk ke dalam kamar, dan berdiri dihadapan Dad.

“Tentu. Aku kan ingin mencari pengalaman baru. Boleh ‘kan Dad? Boleh ‘kan?” Aku memasang muka melas ku.

Dad bangun dari posisi duduknya tadi dan keluar dari kamarku “Terserah kau saja. Namun, kau harus berjanji pada Dad untuk menang.” Dad akhirnya turun dan mengucapkan kata tadi sambil berteriak.

Yeaaay

Dad mengizinkanku, aku tak percaya ini.

Keesokkan harinya.

I Will Go To LondonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang