15

341K 14K 385
                                    

Bentar cari posisi enak dulu.

Ehmmm ....

Sinyal, cek ... Ok!

Baterai? Masih 96%, bagus.

Papi?

?

?

Dah molor

Alhamdulillah, moga ngga bangun pas tengah cerita, biar ngga ganggu.

Ok!

Satu

Dua

Tiga

Rolling and....

ACTION!

"Lo udah KETERLALUAN, NAD!"

Enno bentak aku, seumur hidup baru kali ini aku dibentak sama berondong kunyuk tukang kibul. Huaaa... Ello aja ngga pernah sekasar ini sama aku

Kenapa larinya ke Ello?

Lo lupa, Nad, dia itu breng%$#*&!

Terusin sendiri, takut dosa gue nambah.

"Hanya karena gue cinta mati sama lo, bukan berarti lo bisa dengan sesuka hati memperlakukan gue," mataku terasa panas dipenuhi cairan bening yang tinggal sedikit lagi bakal meluber banjir kemana-mana, "Harusnya lo bisa hargain gue sebagai pacar lo ngga seperti ini bikin gue malu depan umum ... lo itu egois, Kanadia. Bisanya lo hakimin gue tanpa tanya apa alesan gue."

Wajahku dan Enno sama-sama merah bedanya, wajah Enno merah karena marah sedang aku merah karena menahan tangis.

Jangan nangis Nad!

Tunjukin kalo lo ngga lemah, lo kuat, lo ngga boleh kalah sama bocah mesum model Enno kumpret. Tapi ...

Hiks ....

Hiks ... hiks ....

Hiks ....

Aku sakit ....

Aku sakit hati!

Kau terbangkanku ke awan

Lalu jatuhkan ke dasar jurang

Atit ma, atit! Bang Dudi pelukin dong biar atitnya ilang!

Ups sorry ... Bang Dudi dah solo karir. Mungkin kapan-kapan bisa duet bareng Kanadia hehehe ... Abang Dudi nyanyi Kanadia bawa kecrekan depan lampu merah pakek goyang

Cepek apa baret!

Cepek apa baret!

Cepek apa baret!

Emang cepek masih laku????

Ya, minta cepek yang gedhe donk!

"Lo bilang gue bocah tapi sekarang yang gue liat lo ngga bisa berpikir dewasa. Satu hubungan didasari kepercayaan, Nad. Gue cuman minta lo percaya sama ..."

"Lo bohong dan sekarang minta gue buat percaya."

"..."

"Lo bilang, lo kerja tapi ternyata jalan sama cewek lain, lo bilang puasa tapi malah makan habis sepiring," pertahananku sudah hancur, tubuhku melorot ke bawah.

Aku jongkok sambil menutupi wajahku dengan kedua tangan. Aku ngga mau Enno liat aku nangis.

Entah apa yang orang pikirkan tentang kami, bertengkar di depan umum pakek acara nangis-nangisan. Ngga keren banget tapi mau gimana lagi aku masih seorang cewek normal yang bakal nangis kalo disakitin.

Aku tidak tahu bagaiman wajah Enno? Apa dia masih marah atau tidak? Karena aku sudah tidak mendengarnya bicara apapun mungkin juga dia sudah meninggalkanku sendirian di tengah pandangan aneh setiap orang.

Jangan tanya bagaimana aku bisa tahu hanya dengan menutup kedua mataku. Kalian pasti akan berpikir sama jika ada di posisiku.

"Maaf, Mas, ada apa ini?"

Wajahku mendongak dan melihat seorang satpam menengahi kami.

"Ngga ada apa-apa, Pak," Enno mulai panik serta membimbingku untuk berdiri.

"Gue bisa sendiri," kutolak tangan Enno menyentuhku, si satpam sendiri masih melihat kami berdua dengan wajah penuh selidik.

"Ayo pulang, Ay."

Aku menggeleng.

"Mbak, ngga apa-apa?" Lagi kepalaku menggeleng, "Kalo ngga keberatan lebih baik masalahnya kita selesaikan di kantor."

"Ngga usah, Pak, saya ngga apa-apa."

Hiks ... ngga mungkin aku ngadu ke satpam kalo aku diselingkuhin pacar berondongku huaa ... lalu ke mana aku harus mengadukan nasibku ini?

Komnasham apa komnas perlindungan anak yang pasti bakal belain Enno ketimbang aku sebagai korban. Akhirnya aku juga Enno digiring masuk kantor satpam, malu-maluin banget.

"Jadi apa masalahnya?" Pak satpam membuka sidang perdana gugatan ceraiku kepada Enno.

"Ngga ada apa-apa, masalahnya sudah selesai kok, Pak," jawab Enno lalu melirik kearahku, "Iya kan, Ay?"

Tahu, tanya ja sama rumput yang bergoyang, "Gue mau putus."

"Jangan, Ay," wajah Enno pucat sambil menggenggam erat tanganku, berkali-kali genggamannya ku urai tapi Enno malah mengeratkan genggamannya.

"Saya harap kalian bisa menyelesaikan masalah kalian secepatnya," Pak satpam mengambil keputusan, "Dan kalian dilarang keluar sebelum masalahnya terselesaikan." lanjutnya, jadi kita disuruh mediasi nih pak!?

Aku baru nyadar kalo Pak Satpam punya kumis tebel kayak Pak Raden. Hiiii serem!

Untungnya Pak Satpam memberi kami ruang untuk bicara berdua dengan keluar, alasannya mau cari ta'jil buat buka.

"Pokoknya gue minta PUTUS!" aku setengah berteriak dengan tangisan yang masih sulit kukendalikan, "Gue ngga mau liat lo lagi!"

"Gue ngga bakalan mutusin lo, Ay. Gue janji bakal baik sama lo, janji bakal berusaha jadi yang terbaik buat lo asal lo maafin gue," kepalaku menggeleng diringi isakan tangis. Tangan Enno yang sedari tadi menggenggam kini menarik tubuhku ke dalam pelukannya.

Breetttttttt...!

Kupakai kaos Enno untuk usap ingus, "Jijik banget lo!"

"Katanya tadi bakal baik sama gue!" Sambil kupukul dadanya.

"Iya, lo pakai aja ngga apa-apa!" Kembali menarik kepalaku bersandar lalu mengecup lembut puncak kepalaku, "Gue sayang banget sama lo, maafin gue ya."

Aku menggigit bibir bawahku, "Trus kenapa bohong?"

"Gue takut nyakitin lo, Ay, soal Santi beneran dech ngga sengaja ketemu," Enno menatap wajahku dengan tatap intens, "Lo lucu kalo nangis, bukan cuman mata lo yang merah idung lo juga," Hidung Enno perlahan menyentuh hidungku.

"Jadi lo suka kalo gue nangis?" Enno menjawab dengan kepala tergeleng.

"Gue janji ngga bakal bikin lo nangis lagi, Ay."

Sayup-sayup dari kejauhan terdengar suara Adzan Magrib terdengar menggema.

"Buka, yuk!"

"Lo kan ngga puasa tadi."

Enno tersenyum miring lalu mencium bibirku dengan lembut namun perlahan mulai sedikit melumat kasar. Hadeh kok bukanya pakek ginian? Haram kagak ya?

PLAKKK

Ternyata haram buktinya Enno langsung dapet azab dari Pak Satpam berupa jitakan maut.

***

Kanadia ChantiqTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang