Bab 3

132 14 0
                                    



"LALISA MANOBAN! Bangun dari tidurmu cepat!" Seruan melengking dari Jennie membuat Lalisa berjengit kaget. Ia bangun dari tidurnya dalam keadaan kacau karena kaget. Nyawanya pun sepertinya masih tertinggal beberapa diatas sana.

"Apa sih, kamu mengganggu acara barbeque mimpiku." Lalisa bergerak gelisah dibalik selimutnya— berusaha mencari posisi nyaman untuk melanjutkan tidurnya.

Jennie membulatkan matanya tidak percaya. Yang benar saja!

"Hey! Hari ini adalah D-Day, kau ingin membuatku menghancurkan semua helai rambutmu ya?" Jennie menarik selimut Lalisa dengan paksa, dibelakangnya ada Rose yang sudah rapi. Dan Krystal, ah, gadis itu memilih menginap dirumah pacarnya daripada harus dibunuh oleh makhluk bernama Lalisa.

Lalisa bangkit dari tidurnya. Dengan segera gadis itu menyambar ponselnya dan melihat kalender. Astaga, ini kan masih H-1 festival!

"Kau membohongiku. Hari ini bukan D-Day!" Setelah berseru seperti itu, Lalisa kembali menutup matanya— ingin melanjutkan tidur, namun sepertinya Jennie tidak akan pernah menyerah.

"Maksudku adalah D-Day dimana dirimu akan latihan lagi dengan jurusan seni vokal. Kalau kau lupa, kalian sedang dalam misi kerja sama." Rose yang berdiri dibelakang Jennie mengangguk sebagai balasan. Sedangkan Lalisa menendang-nendang ke segala arah.

"Aku ingin tidur," rengeknya.

"Kau bisa tidur nanti, Lalis. Hey, Jungkook sudah menunggumu dari tadi tahu!"

Seakan nama Jungkook adalah kata kunci untuk otak Lalisa— gadis itu langsung bangun dan memegang lengan Jennie dengan wajah tidak percaya.

"Jangan bercanda, ini masih pagi, Kim." Lalisa berlari kekamar mandinya tanpa menunggu balasan dari Jennie. Ia menyambar handuknya dan membersihkan badannya dengan waktu sesingkat mungkin.

"Dia aneh," komentar Rose sambil berjalan keluar. Sedangkan Jennie yang masih dengan wajah konyol karena kaget dengan tingkah Lalisa pun akhirnya menghela nafas.

"Kapan dia tidak aneh?" Tanya Jennie entah kepada siapa. Gadis itu memilih untuk mengikuti Rose dan bergabung dengan Jungkook di ruang keluarga.

Sekitar 30 menit kemudian, Lalisa keluar dengan keadaan rapi dan bersih. Aroma jeruk bercampur bedak bayi menyeruak seiring mendekatnya langkah Lalisa menuju ruang keluarga. Rambutnya ia kuncir kuda dengan sedikit anak rambut yang ia biarkan tergerai. Memakai celana jeans dan baju lengan pendek yang dipadukan dengan jaket adalah kebiasaan Lalisa dalam berpakaian.

Jungkook menoleh kebelakang saat indra penciumannya mencium bau harum bayi yang khas. Ia tahu betul siapa yang memiliki bau seperti ini, tentu saja Lalisa. Jungkook tersenyum kearah Lalisa, bahkan gigi kelincinya pun terlihat menggemaskan saat ia tersenyum.

"Jadi, bisa kita berangkat sekarang?" Lalisa mengangkat satu alisnya kearah Jungkook— bertanya pada pemuda berambut berantakan tersebut.

Rose yang duduk di sofa kecil sambil memakan cemilannya menyahut dengan malas, "Bawa dia pergi sejauh-jauhnya. Sebelum ia berhibernasi menjadi beruang kutub."

Lalisa mendelik mendengarnya, sedangkan Jungkook terkekeh kecil.

"Jika aku tidak menyebut namamu tadi, dia nggak mungkin mau bang—mphh!" Lalisa menyambar mulut Jennie sebelum gadis itu sempat melanjutkan kalimatnya. Memang ya, teman-temannya nggak ada yang bisa diajak bekerja sama!

Lalisa menoleh kearah Jungkook dan melihat cowok itu memberikan tatapan bertanya. Siapa juga yang tidak penasaran jika namanya disebut dalam kalimat rumpang.

"Lupakan," ucap Lalisa sambil menarik lengan Jungkook untuk keluar dari rumah. Bisa berbahaya jika Jungkook berlama-lama didalam sana, mulut Jennie dan Rose memang sangat ember jika tidak ada Krystal.

Attention SeekersWhere stories live. Discover now