Chapter 3

401 2 0
                                    


Hari masih pagi tapi aku sudah mendapat omelan dari kepala sekolah. Rasanya begitu menyebalkan, kalau bukan karena uang aku ingin sekali meninggalkan pekerjaan ini. Oke aku harus fokus bekerja.

Aku pergi ke ruang operator untuk meminta data siswa terbaru. Dan disana aku melihat Arya. Ya Ampun lagi-lagi dia sedang bersama mainannya. Seorang siswa. Dia mengeluarkan kata-kata manisnya. What?! Dia sampai memegang tangannya. Aku dan Yoga yang menyaksikan itu merasa geli. Yoga yang iseng, memotret mereka. Dia mengirimkannya padaku. Aku pun berniat iseng padanya ku kirimkan fotonya melalui WA.

Dan pesan pun terbaca. Tapi yang mengherankan dia tidak memegang ponsel . siapa yang membacanya?? Tak lama dari itu aku mendapat telepon. Nomornya Arya. Tapi Arya sedang berada dihadapanku bersama Laras. Aku merasa bersalah. Jangan jangan ponselnya Arya ketinggalan. Angkat gak ya?? Akh lebih baik aku matikan ponsel ku untuk sementara.

Aku keluar dari ruangan itu. Aku kembali melanjutkan pekerjaan ku. Aku terus kepikiran tentang telepon itu. Ah tidak, tidak. Jangan terlalu memikirkannya. Lebih baik aku terus bekerja, gumamku dalam hati.

Waktu istirahat tiba. Saatnya makan. Aku terbiasa makan di kantin sebrang sekolah. Sendirian. Ya ku orang yang selalu sendiri. Aku tak punya teman untuk sekedar ku ajak makan. Terkadang aku merasa sedih pada diriku sendiri. Ku lihat sekelilingku, orang lain makan bersama temannya bahkan bersama pacarnya mungkin. Sedangkan aku? Aku hanya ditemani ponsel. Tak ada yang bisa ku ajak untuk bertukar cerita, selain teman online ku sesama pecinta drakor. Selesai makan aku tak berlama-lama aku segera kembali kesekolah.

Saat lewat dilapang basket tiba-tiba seseorang menyapa ku."hai". Aku pun segera memalingkan muka ku. Oh ternyata arya. Tiba-tiba saja aku teringat tentang telpon itu.

"arya mana ponselmu?"

"Ketinggalan dirumah, kenapa emang?"

"maaf"

"untuk?"

Aku memperlihatkan ponselku. Ya itu poto arya yang sedang memegang tangan laras. Kupikir arya akan marah. Ternyata ia malah tertawa dan berkata "oh"

"Aku mengirimnya lewat WA, dan sepertinya istrimu melihatnya"

"tak apa, tak usah dirisaukan"

"bagaimana kalau dia marah?"

"udah biasa"

Aku hanya bisa melongo,, aku takut setengah mati. Tapi iamalah woles aja. Ah sudahlah aku juga tak perlu memikirkannya.

"Woi,, kok bengong??"

Aku hanya tersenyum,,,

"ga enak ngobrol sambil berdiri begini,, sambil duduk yu disana" arya menunjuk ke dapur tempat ia bekerja.

Tanpa pikir panjang aku pun langsung "ok".

Sambil menuju dapur kami pun masih berbincang.

"dari mana kamu?" Tanya arya.

"makan di kantin sebrang" jawab ku.

"Sendiri?"

"ya"

Arya tertawa kecil. Aku tak tahu apa yang ada dipikiran arya. Apakah ia sedang menertawakanku?

Kita pun sampai di depan pintu dapur. Arya membuka kunci. Setelah pintu terbuka kami pun masuk. Tiba-tiba arya berkata.

"lain kali kalau kau mau makan datannglah kesini. Aku akan membuatkan makanan untuk mu. Dan menemani mu makan."

"benarkah?"

"ya, rasanya begitu mnyedihkan harus makan sendiri."

"ok kalau begitu aku akan datang kesini setiap jam makan siang, lumayan ngirit uang jajan pula."

Teeeettttt.....

Bel berbunyi, aku pun melihat jam di tangan kiriku. "oh waktunya masuk kelas. Aku duluan ya"

"kelas mana?" Tanya arya.

"XI TKJ 2" jawab ku.

Aku pun berlalu meninggalkan arya.

Tak terasa waktu menunjukan pukul 16.00. saatnya pulang. Kurapihkan meja kerja ku sebelum aku pulang. Ku tukar sepatu kerjaku dengan sepatu plat ku. Ya untuk pulang aku selalu mengganti sepatuku karena aku pulang naik kendaraan umum. Jika aku pulang pakai sepatu kantor rasanya tak nyaman, pegal juga.

Aku berjalan menuju gerbang. Banyak motor yang melintas kehadapan ku. Sekolah tempat ku bekerja termasuk sekolah elit untuk pinggiran kota seperti ini. Hampir semua siswa membawa kendaraan bermotor. Lalu kenap aku tidak membawa kendaraan. Alasannya simple. Karena aku tak bisa bawa kendaraan.

Aku berdiri di depan gerbang sekolah. Menunggu angkot yang lewat. Tapi tiba-tiba seseorang berhenti di depanku dengan motor sport nya.Jaket kulit warna hitam yang membalut tubuhnya membuat ia terlihat begitukeren. Ia membuka kaca helm dan ia berkata "mau pulang bareng? aku antar".    

Mainanmu yang Paling  BerhargaWhere stories live. Discover now