Kisah Dua Tukang Sol (bag 2)

3K 34 1
                                    

Sesampainya di Mall, mata mang Udin terpaku melihat sebuah tulisan yang berbunyi Service Sepatu Bang Soleh

"Jangan-jangan ..." pikir mang Udin. Dia segera menghampiri toko yang ada tulisan itu diatasnya. Disana memang tempat service sepatu, ya sepatu-sepatu yang cukup mahal harganya. Dia melihat semua orang yang ada di toko tersebut, tentu saja mencari-cari, apakah ada bang Soleh disana.

"Ada yang bisa dibantu pak?" tanya salah seorang karyawati toko itu.

"Nggak... Saya cuma ingin ketemu bang Soleh." jawab mang Udin ragu-ragu, apakah benar bang Soleh itu yang ada disini.

"Oh, sebentar ya pak, ini dengan bapak siapa?" jawab karyawati berjilbab itu dengan ramah.

"Saya Udin." jawab mang Udin.

"Baik pak, sebentar." jawab karyawati itu dan masuk ke sebuah ruangan.

Mang Udin seperti tidak percaya, orang yang keluar dari ruangan itu benar-benar bang Soleh yang sudah memberikan pencerahan baginya. Mang Udin hanya menatap bang Soleh.

"Alhamdulillah, kita dipertemukan lagi, apa kabar Mang Udin?" tanya bang Soleh sambil membuka tanggannya.

Akhirnya mereka berpelukan, seperti dua saudara yang telah lama tidak bertemu.

"Wah, bang Soleh sudah sukses nich. Pasti besar modalnya buka toko disini. Bagaimana bisa?" tanya mang Udin penuh dengan kekaguman.

"Ini keluarga mang Udin?" tanya bang Soleh sambil melihat istri mang Udin dan kedua anaknya, seolah mengabaikan pertanyaan mang Udin.

"Iya, ini Cecep ingin jalan-jalan." jawab mang Udin sambil tersenyum.

"Bagus sekali mang Udin, memasukan kebahagiaan untuk istri dan anak adalah perbuatan mulia. Jangan dilupakan itu." katang bang Soleh.

"Bagaimana kalau kita makan yuk disana?" kata bang Soleh sambil menunjuk sebuah restoran.

"Ah nggak usah... " jawab mang Udin.

"Jangan gitu, saya sudah lama tidak traktir mang Udin, sekarang sekalian dengan keluarganya." jelas bang Soleh sambil berjalan menuju sebuah restoran diikuti oleh mang Udin dan keluarganya.

"Jadi merepotkan nich..." kata mang Udin.

Setelah mereka duduk, perbincangan pun dilanjutkan.

"Bagaimana bang Soleh bisa buka usaha disini?" tanya mang Udin.

"Semua Allah yang mengatur. Seperti pertemuan kita dulu. Saya juga dipertemukan dengan teman SMP saya yang sudah menjadi pengusaha dan dia menawarkan bantuan modal untuk buka usaha disini." jelas bang Soleh.

"Wah ... kalau rezeki tidak akan lari kemana yah bang?" kata mang Udin kagum.

"Itu adalah jawaban dari do'a kita, terutama do'a dari ibu, istri, dan anak-anak saya. Saat kita berdo'a, Allah mengabulkan do'a kita dengan memberikan berbagai petunjuk. Tinggal bagaimana kita, mau menjemputnya atau tidak?" jelas bang Soleh.

"Saya sudah sangat bersyukur dengan apa yang saya dapatkan saat ini. Kalau saya ingin dapat lebih seperti abang, apa itu tidak salah? Apakah saya tidak bersyukur?" tanya mang Udin.

"Tentu saja tidak, selama kita berterima kasih atas apa yang Allah berikan kepada kita, kemudian memanfaatkan nikmat itu untuk kebaikan, itu adalah syukur kita. Jika kita ingin lebih baik, itu tidak ada salahnya. Allah menyuruh kita untuk tetap berusaha menjadi lebih baik." jelas bang Soleh.

"Bagaimana saya bisa maju seperti abang?" tanya mang Udin.

"Mintalah kepada Allah, kemudian jemput rezeki itu dengan segera, tidak boleh menunda-nunda." jelas bang Soleh.

Kumpulan cerita inspirasiWhere stories live. Discover now