Kisah Dua Tukang Sol (bag 1)

3.5K 35 0
                                    

Mang Udin, begitulah dia dipanggil, seorang penjual jasa perbaikan sepatu yang sering disebut tukang sol.

Pagi buta sudah melangkahkan kakinya meninggalkan anak dan istrinya yang berharap, nanti sore hari mang Udin membawa uang untuk membeli nasi dan sedikit lauk pauk. Mang Udin terus menyusuri jalan sambil berteriak menawarkan jasanya. Sampai tengah hari, baru satu orang yang menggunakan jasanya. Itu pun hanya perbaikan kecil.

Perut mulai keroncongan. Hanya air teh bekal dari rumah yang mengganjal perutnya. Mau beli makan, uangnya tidak cukup. Hanya berharap dapat orde besar sehingga bisa membawa uang ke rumah.

Perutnya sendiri tidak dia hiraukan. Di tengah keputusasaan, dia berjumpa dengan seorang tukan sol lainnya. Wajahnya cukup berseri.

"Pasti, si Abang ini sudah dapat uang banyak nich." pikir mang Udin. Mereka berpapasan dan saling menyapa. Akhirnya berhenti untuk bercakap-cakap.

"Bagaimana dengan hasil hari ini bang? Sepertinya laris nich?" kata mang Udin memulai percakapan.

"Alhamdulillah. Ada beberapa orang memperbaiki sepatu." kata tukang sol yang kemudian diketahui namanya Bang Soleh.

"Saya baru satu bang, itu pun cuma benerin jahitan." kata mang Udin memelas.

"Alhamdulillah, itu harus disyukuri."

"Mau disyukuri gimana, nggak cukup buat beli beras juga." kata mang Udin sedikit kesal.

"Justru dengan bersyukur, nikmat kita akan ditambah." kata bang Soleh sambil tetap tersenyum.

"Emang begitu bang?" tanya mang Udin, yang sebenarnya dia sudah tahu harus banyak bersyukur.

"Insya Allah. Mari kita ke Masjid dulu, sebentar lagi adzan dzuhur." kata bang Soleh sambil mengangkat pikulannya.

Mang udin sedikit kikuk, karena dia tidak pernah "mampir" ke tempat shalat.

"Ayolah, kita mohon kepada Allah supaya kita diberi rezeki yang barakah."

Akhirnya, mang Udin mengikuti bang Soleh menuju sebuah masjid terdekat. Bang Soleh begitu hapal tata letak masjid, sepertinya sering ke masjid tersebut.

Setelah shalat, bang Soleh mengajak mang Udin ke warung nasi untuk makan siang. Tentu saja mang Udin bingung, sebab dia tidak punya uang. Bang Soleh mengerti,

"Ayolah, kita makan dulu. Saya yang traktir."

Akhirnya mang Udin ikut makan di warung Tegal terdekat. Setelah makan, mang Udin berkata, "Saya tidak enak nich. Nanti uang untuk dapur abang berkurang dipakai traktir saya."

"Tenang saja, Allah akan menggantinya. Bahkan lebih besar dan barakah." kata bang Soleh tetap tersenyum.

"Abang yakin?"

"Insya Allah." jawab bang soleh meyakinkan.

"Kalau begitu, saya mau shalat lagi, bersyukur, dan mau memberi kepada orang lain." kata mang Udin penuh harap.

"Insya Allah. Allah akan menolong kita." Kata bang Soleh sambil bersalaman dan mengucapkan salam untuk berpisah.

Keesokan harinya, mereka bertemu di tempat yang sama. Bang Soleh mendahului menyapa.

"Apa kabar mang Udin?"

"Alhamdulillah, baik. Oh ya, saya sudah mengikuti saran Abang, tapi mengapa koq penghasilan saya malah turun? Hari ini, satu pun pekerjaan belum saya dapat." kata mang Udin setengah menyalahkan.

Bang Soleh hanya tersenyum. Kemudian berkata, "Masih ada hal yang perlu mang Udin lakukan untuk mendapat rezeki barakah."

"Oh ya, apa itu?" tanya mang Udin penasaran.

Kumpulan cerita inspirasiWhere stories live. Discover now